ARTI, PENGGUNAAN,
KEGUNAAN DAN MACAM-MACAM
KONSELING KELOMPOK
Oleh : Dra. Aryatmi Siswohardjo MA
I. APAKAH KONSELING KELOMPOK
Konseling
diartikan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas konseling berarti
kegiatan menolong seseorang dengan menggunakan wawancara. Dalam arti sempit
konseling adalah kegiatan menolong melewati dengan mengharuskan kedua belah
pihak mengadakan interaksi, saling keterlibatan dan pembagian tanggung jawab
dalam usaha memecahkan masalah.
Dalam
konseling kelompok pemecahan masalah dilaksanakan dalam situasi kelompok.
Anggota kelompok biasanya meliputi orang yang mempunyai masalah yang bersamaan
atau yang dapat memperoleh manfaat dari metode itu intensitas dan sifat
interaksi dalam proses konseling berbeda dengan :
a.
Tipe Konseling Kelompok
Dapat berupa pemberian informasi kepada
kelompok siswa, dapat berupa diskusi kelompok dengan tujuan agar lewat kegiatan
ini sebagian atau seluruh anggota dapat tertolong. Tetapi ada pula konseling
kelompok yang mengharuskan keterlibatan yang mendalam dari dua pihak dan
interaksi yang intensif dari konselor dengan konseli, mengharuskan saling
membagi (sharing) pengalaman, tilikan dan sebagainya.
b.
Tujuan
Tujuan dapat bermacam-macam, seperti
pemecahan masalah yang ringan dan berat, diperoleh tilikan-tilikan baru, atau
perubahan pandangan, sikap atau tingkah laku. Dapat juga pemberian pertolongan
kepada konseli agar ia dapat melepaskan perasaan-perasaan negatif yang berakar
dalam seperti rasa diri kurang atau rasa bersalah, disertai usaha memperoleh
pengenalan dan konsep yang lebih realistik tentang diri sendiri dan orang lain.
c.
Pribadi Konselor dan Anggota
Kemasakan pribadi konselor, kesehatan
jiwa, ataupun adanya masalah-masalah yang belum terpecahkan dan frustasi-frustasinya
ikut menentukan apakah ia dalam kondisi yang baik untuk bertindak sebagai
konselor.
Demikian juga sifat-sifat seperti ;
apakah ia dapat menerima, mendukung atau memahami orang yang bermasalah, dan
memahami perasaan orang ditinjau dari kerangka orang itu sendiri? (dengan frame
of reference konseli).
Sifat-sifat
tersebut sedikit banyak juga diharapkan ada pada anggota kelompok, karena
setiap orang dalam kelompok akan betindak baik sebagai konselor maupun sebagai
konseli. Hanya orang yang relatif masak yang dapat menjadi anggota yang berguna
dalam kelompok. Setiap anggota diharapkan untuk mau dan mampu berpartisipasi
sebagai anggota dengan cara positif.
Tetapi
di lain pihak kelompok konseling diadakan untuk mereka yang memerlukan
pertolongan, atau lebih tepat yang merasa membutuhkan pertolongan. Oleh karena
itu masalah pemilihan anggota kelompok adalah masalah yang pelik.
Konseling
kelompok tidak hanya merupakan pertolongan yang kuratif atau preventive,
misalnya jika menolong orang membentuk / memperbaiki pribadinya, terutama bagi
mereka yang belum / kurang mnyedari bahwa mereka bermasalah. Pembahasan dalam
kelompok akan membuat mereka lebih sadar akan masalahnya dan memperoleh
tilikan/jalan keluar yang dapat ditempuhnya.
Orang-orang
yang mempunyai masalah kejiwaan yang relatif berat dapat dijadikan sebagai
anggota kelompok, hanya jika kegiatan kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin
(facilitator, konselor) yang berpengalaman.
Pengalaman
menunjukkan bahwa teknik yang sama yang
diterapkan beberapa kelompok tidak pernah menunjukkan dinamika dan hasil yang
sama. Pribadi tiap individu mempunyai sifat-sifat yang unik dan memnerikan
pengaruh yang unik pula pada setiap situasi. Pribadi-pribadi dengan
sifat-sifatnya yang khas/unik dari setiap individu menentukan suasana, dinamika
dan proses, yang berlangsung dalam konseling kelompok, yang khas pula.
Tetapi
di atas semua itu konselor lah yang menjadi kunci keberhasilan konseling
kelompok. Pemimpin harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin kelompok,
menstimulir dan secara tidak menyolok memberi arah sambil menciptakan suasana
“permissive”. Ia perlu memiliki sifat atau sikap seperti minat yang
sungguh-sungguh dan wajar, hingga anggota kelompok merasa “diterima” dan
ditolong untuk “menerima” orang lain. Ia hendaknya memiliki kapasitas untuk
merangsang keterbukaan yang memungkinkan berlangsungnya “saling membagi”
(sharing) di antara orang.
II. KEBUTUHAN AKAN KONSELING KELOMPOK
Salah
satu hal yang menunjukkan alasan akan perlunya konseling kelompok ialah bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
kebutuhan akan penerimaan, kasih dan pengakuan merupakan kebutuhan akan
penerimaan, kasih dan pengakuan merupakan kebutuhan dengan manusia.
Tanpa komunikasi manusia tidak dapat
mengaktualisasikan potensinya dan mencapai tingkat kemasakan dala kehidupan
yang sehat dan bahagia. Ini berarti beberapa kebutuhan, atau masalah yang
paling baik dipenuhi dan dipecahkan dalam situasi kelompok. Perasaan bahwa ia
tidak dikasihi atau tidak diterima orang hanya dapat “diobati” dengan
menghayati kasih dan penerimaan di dalam kelompok. Dalam konseling individual
masalah macam ini hanyadapat dibicarakan, dalam konseling kelompk hat tersebut
dapat diperlihatkan atau langsung dihayati.
Indikasi
yang ketiga yang menyatakan kebutuhan akan pendekatan kelompok dalam konseling
ialah masalah efesien, memberikan konseling individual memerlukan waktu yang
banyak. Memang tidak dapat kita menyisihkan konseling individual dan diganti
dengan konseling kelompok dengan alasan menghemat waktu, tetapi jelas bahwa
individu-individu yang bermasalah bersamaan akan lebih beruntung jika dilayani
dengan pendekatan kelompok. Setiap anggota kelompok diminta dan diberi
kesempatan dalam menentukan prosedur kelompok. Sering pula, orang lebih memberi
perhatian kepada pendapat teman sebaya dari pada pendapat orang tua atau
penguasa, yang sering dihadapi dengan kecurigaan atau keragu-raguan.
III. HAL-HAL YANG
PERLU DIPIKIRKAN DALAM PENYELENGGARAAN KONSELING KELOMPOK.
Setiap
kegiatan konseling, baik individual ataupun kelompok, kelihatannya “sederhana”
bagi orang luar (penonton). Tetapi orang tidak mengetahui apa yang beralngsung
dibalik yang kelihatan itu. Baru jika orang mendalami teori konseling ia
menjadi sadar akan kompleknya konseling. Memang konseling tidak semudah yang
diperkirakan. Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat mengadakan
konseling yang baik.
Keterampilan yang dimaksud meliputi
wawancara, mengamati, mendengarkan, komunikasi, menganalisa data dan
sebagainya. Selain itu pemimpin konseling kelompok memerlukan keterampilan lain
seperti menjadi fasilitator diskusi, memahami dan menggunakan dinamika kelompok
secara efektif, dan sebagainya.
Beberapa
faktor perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan konseling kelompok seperti:
1.
Pemimpin harus betul-betul
menyadari tujuan dan membawa diskusi ke arah tujuan tanpa memporsir (memaksa)
proses kelompok.
2.
Ia harus dapat membedakan antara
kegiatan kelompok dengan kebutuhan kelompok.
3.
Para anggota kelompok perlu
dipilih dengan teliti, dengan menyisihkan orang yang menderita maladjusment yang berat.
4.
Anggota perlu betul-betul
dipersiapkan sebelumnya, supaya mereka mau/siap bertindak sebagai anggot yang
mau “share” dan menolong anggota lain dalam kelompok, peka terhadap dan
menyesuaikan diri dengan pribadi lain.
Jelas
dari yang diatas bahwa keberhasilan konseling kelompok banyak ditentukan oleh
pribadi konselor.
IV. MACAM-MACAM KONSELING KELOMPOK
Akhir-akhir
ini banyak perhatian dicurahkan kepada konseling kelompok. Psikolog, konsleor
dan pekerja sosial mengadakan eksperimen mengenai pendekatan kelompok dalam
konsleing. Konseling kelompok digunakan di rumah sakit, lembaga pendidikan
maupun masyarakat luas.
Teknik
kelompok memang bervariasi, baik tentang bentuk, isi, tujuan, dinamika maupun
interkasi di dalam kelompok.
Kegiatannya dapat berupa memberi informasi
kepada siswa mengenai cara atau kebiasaan belajar, ataupun tentang bagaimana
cara memilih pekerjaan atau jurusan studi. Kegiatan macam ini sebenarnya sukar
untuk disebut konseling kelompok yang mendalam. Dimana anggota tidak hanya
mendapat informasi dan arah/bimbingan dalam membuat keputusan atau menentukan langkah berikutnya, tetapi
juga mendapat tilikan tentang sikap-sikap hidupnya yang selanjutnya mengakibatkan
perubahan tingkah laku.
Jenis
lain dari kegiatan kelompok dalam menggunakan bahan bacaan (biasanya sehubungan
dengan masalah atau kebutuhan yang dihadapi anggota kelompok). Setelah dibaca
kelompok dimohon untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan atau pernyataan
sehubungan dengan isi bacaan. Jika isi bacaan betul-betul mengenai maslah atau
kebutuhan anggota kelompok dapat bertumbuh diskusi yang sangat berguna.
Kelompok
serendipity, yang biasanya terdiri dari 8-10 anggota, didorong untuk memikir tentang
diri sendiri, dan mengekspresikan diri dengan menggunakan guntingan gambar,
dengan menggambar, atau garis-garis. Tugas atau pertanyaan yang merangsang
dapat berbunyi: Dimanakah saya sekarang? Bagaimana saya? Atau masa kecil dan
keluarga saya. Lewat kegiatan –kegiatan itu kita ditolong untuk lebih mengenal
diri dan orang lain dalam kelompok, maupun belajar saling membagi (share) dan
menerima.
Yang
disebut diatas merupakan kegiatan kelompok berstruktur/terpimpin ialah kelompok
hubungan antar pribadi, yang terdiri dari 5 pertemuan kelompok. Untuk tiap
pertemuan diperguanakn 1 buku yang memberi arah atau pimpnan kepada diskusi.
Pimpinan kelompok berindak sebagai fasilitator
diskusi, menginterpretasi konsep-konsep, menyimpulkan diskusi bilaman
diperlukan.
Kegiatan
kelompok type ini berguna bagi anak muda maupun orang dewasa untuk
mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi. Editor buku-buku kecil
(BIR-Basic Interpersonal Relationship) ini, yaitu “The human Development
Institute” yang merupakan bagian dari IDI (instructional Dynamic Incorated) di
Chicago menulis :
“ Kursus ini membrikan perkenalan tentang
prinsip berhubungan dengan orang lain, dan memberikan kesempatan untuk
mencobakan prinsip-prinsip itu dengan cara yang menyenangkan, dan merangsang
keterbukaan di antara para anggotanya”.
Kursus kegiatan kelompok ini meliputi :
-
Menunjukkan penerimaan.
-
Menyadari perasaan orang lain dan
menaggapi perasaan itu.
-
Mencari jalan (cara) yang ekluar
dari pola tingkah laku yang menuduh atau mempertahankan diri.
-
Mengakui perasaan sendiri.
-
Bertumbuh dalam kesadaran akan
perasaan sendiri.
Di Barat, terutama di Amerika, akhir-akhir
ini ada kemajuan pesat dalam penggunaan kegiatan kelompok, yang mirip dengan
kelompok konseling, tetapi yang sebenarnya berbeda. Kegiatan kelompok itu
meliputi kegiatan kelompok “Enconter”, keompok “sensitivity”, kelompok-kelompok
“confrontation”, atau T (Training) Group.
Marilah kita tinjau dengan cepat
macam-macam konseling kelompok itu:
1.
Terapi Gestalt (Gestalt Therapy)
Tipe
ini dikembangkan ole Fritz Perls, menekankan kebualatan individu,dan
kebijaksanaan sub-intelektual dan komunikasi tubuh. Caranya ialah dengan
menempatkan setiap anggota secara bergantian, di kursi dekat pemimpin, yang
disebut “Hot seat” atau “kursi panas”, untuk “bekerja” dengan pemimpin sedang
anggota lain mengamati.
2.
Analisa Transaksi (Transactional
Analysis)
Tipe
ini dikembangkan oleh Eric Berne, mempunyai prosedur yang mirip dengan tipe
gestalt, tetapi menekankan aspek-aspek intelektual dan kognitif. Teori ini
menekankan transaksi atau interaksi diantara peranan-peranan atau status ego
individu, (orang tua, anak, dewasa), sebagaimana dibahas dalam buku “I’am ok,
you’re ok”.
3.
Esalen Eclective
William
Scuhtz dalam buku Joy (1967) membahas tipe ini, yang nampaknya “meminjam”
(menggunakan) apa saja yang bisa jalan, kadang-kadang menekankan
pelepasan-pelepasan dari hambatan tubuh, pada pelaksanaan (active doing) dan
pengalaman dan kurang menekankan kepada mencari makna larangan.
4.
Psikodrama
Psikodrama,
sosiodrama, atau role-playing biasanya dipergunakan sebagai teknik tambahan
dala teknik-teknik lain. Type ini pada dasarnya memberi kesempatan kepada
pemain untuk “act out” pengalaman-pengalaman yang membekas atau traumatik
dengan cara yang dramatik.
5.
Marathon
Kelompok
marathon bertemu tanpa istirahat untuk waktu yang panjang, misalnya selama 12
atau bahkan 24 jam. Kontak yang intensif dan kelelahan jasmani dapat
mempercepat interaksi.
6.Orientasi Psiko-Analitik
Aliran/type
ini mengikuti prinsip-prinsip Freud dan pengikut Freud dalam emnggunakan
analisa psiko (taking apart the soul), mempunyai kecenderungan yang relatif
konservatif, kurang menggunakan atau memperhatikan emosi, dan lebih bersifat
rational dibanding dengan tipe lain.
6.
Tape Encounter (kelompok yang tidak
memerlukan pemimpin)
Kelompok
yang menggunakan tape yang dimainkan untuk setiap pertemuan encounter. Dalam
prosedur kelompok diperguankan bermacam-macam latihan yang berstruktur (seperti
dengan pertemuan antar pribadi-dengan menggunakan buku BIR, yang disebut
sebelumnya).
V. KEOMPOK KONSELING-KELOMPOK ENCOUNTER.
Tidak semua kegiatan
keompok dapat diterapkan di Indonesia. Faktor kebudayaan di Indonesia yang
kurang mendorong orang untuk mengekspresikan diri dan perasaan, menyebabkan
T-Groups (sensitivity training groups), sukar dipergunakan, kecuali untuk
kelompok orang yang telah betul-betul dipersiapkan. Demikian juga pendekatan
“menyerang” yang dilakukan oleh Fritz Perls mungkin sukar dilakukan untuk
orang-orang Indonesia. Barangkali pendekatan encounter dari rogers,
mengeksplore pendalaman hubungan dapat dilaksanakan. Namun sebenarnya
kelompok-kelompok encounter pada dasarnya berbeda dengan kelompok konseling.
Satu tujuan utama dari kelompok encounter ialah untuk mempertemukan orang,
untuk saling “berhadapan” dan menjadi lebih peka terhadap orang lain.
Kelompok-kelompok konseling mempertemukan orang untuk mengeksplore kesempatan
menganal masalah-masalah yangada dan bagaimana tindakan/cara memecahkannya
dengan sebaik-baiknya.
Kelompok encounter menekankan
kepada perasaan, kelompok encounter menggunakan perasaan, dihubungkan dengan
ratio untuk menginterpretasikan (memahami) pengalaman dan merencanakan
bagaimana dengan itu memperbaiki hidup.
Merle Ohlsen dari
universitas Indiana, seorang ahli terkenal, dibidang konsleing kelompok,
menyatakan bahwa kelompok encounter cenderung untuk kurang berstruktur di
banding dengan kelompok konseling; kelompok encounter cenderung menekankan
kelompok konfrontasi dan interpretasi dari tingkah laku, sedangkan konseling kelompok
menekanka kepada empati terhadap konseli, memberi dukungan kepada sesama
konseli di waktu mereka membahas perasaan, merencanakan langkah-langkah yang
harus dilakukan dan melaksanakan langkah-langkah itu.
IV. KONSELING KELOMPOK MENURUT OHLSEN
Beberapa
hal yang pokok tentang konseling kelmpok menurut Ohlsen meliputi :
1.
perlu diadakan “intake interview”
atau wawancara pendahuluan dengan mereka yang ingin menjadi anggota kelompok.
Tujuannya adalah :
a.
Untuk memulai/membuka hubungan
yang berdasarkan pemahaman antara pemimpin dengan anggota, menyiapkan hal-hal
(suasana kejiwaan, sikap pada calon anggota dan lain-lain) yang menolong agar
proses kelompok dapat berjalan cepat dan lancar, mengembangkan kesediaan dan
kesiapan tiap anggota untuk saling menolong / mengkonsel; juga untuk menolong
dalam menentukan dan megembangkan prosedur kelompok. Terlampir: contoh dari
formulir “intake interview” yang harus diisi oleh calon anggota. Contoh dari
formulir “intake interview”, yang harus diisi oleh calon anggota.
b.
Suatu pertemuan yang lamanya 2-3
jam, dimana para anggota yang mengambil peranan (paling banyak berbicara).
Pembicaraan bertitik tolak dari apa yang ditulis dalam formulir tersebut.
Kemudian diteruskan dengan pertemuan 2x seminggu selama 5-6 minggu. Tekanan diberikan
kepada: menentukan tujuan untuk tiap anggota dan bagaimana anggota
masing-masing dapat memasuki proses menuju kepancapaian tujuan. Diharapkan juga
ia dapat bererak ke arah makin memahami masalah-masalahnya dan memecahkannya.
2.
Sebelum akhir setiap pertemuan,
setiap anggota diminta memilih anggota lain untuk diajak berbicara tentang
situasi yang sedang dihadapi dan bagaiman memperbaiki situasi itu. Pasangan itu
bertemu sebelum pertemuan berikutnya, dan melaporkan kepada kelompok tentang
pembicaraan, rencana, hasil pelaksanaannya.
3.
Pada akhir pertemuan setiap
anggota diberi kesempatan untuk memberi saran / usul untuk perbaikan untuk
penyelenggaraan pertemuan yang akan datang.
Pengenalan
dan pemahaman tentang kelompok konseling ini (apa yang terjadi, dinamika,
persoalan, kebaikan dan sebagainya) yang sedalam-dalamnya sukar diperoleh lewat
mendengarkan penjelasan, membaca atau membicarakannya. Untuk itu kita harus
menghayatinya sendiri.
Sebagaimana
diketahui umum, konseling kelompok dapat melengkapi layanan konseling
individual dan tidak menggantinya.
Lampiran :
CONTOH FORMULIR YANG
HARUS DIISI CALON ANGGOTA
KONSELING KELOMPOK
Sebelum “intake inteview”
(wawancara pendahuluan)
1.
Setiap anggota diharapkan
menghadiri semua pertemuan kecuali jika ia sakit atau jika perasaan terlalu
tertekan, ia boleh meninggalkan (tidak menghadiri pertemuan) sampai ia merasa
siap untuk datang lagi pada pertemuan konseling.
2.
Informasi yang anda berikan akan
dijaga kerahasiaannya. Kecuali pemimpin kelompok tidak ada orang lain akan
melihatnya.
3.
Saya telah pernah menjadi anggota
salah satu kelompok konseling................... apa .............. kapan
................. berapa lama..................
4.
Saya pernah diberi obat dari
dokter untuk penyakit syaraf (kapan).................berapa
lama............Apakah ada yang lain yang mungkin lebih serius dari yang
disebutkan tadi................
5.
Saya bersedia memberi saran-saran perbaikan bagi perbaikan
prosedur kelompok..................
6.
Sebagai anggota kelompok ini saya
berjanji tidak akan mengemukakan hal-hal yang dikatakan di sini atau yang saya
lihat atau alami di sini di luar kelompok. Saya menyadari bahwa tentu pada
saat-saat tertentu saya dapat berbicara tentang hal-hal itu diluar situasi
kelompok ini, tetapi tanpa membuka rahasia orang atau menyebut nama orang atau
kelompok, kecuali diri sendiri, hingga orang tidak tahu hubungan persoalan itu
dengan kelompok ataupun anggota kelompok.
7.
Saya bersedia memberi saran-saran
perbaikan bagi perbaikan prosedur kelompok.............
8.
Saya mengerti bahwa dalam masa
konseling kelompok ini sebaiknya saya tidak akan membuat keputusan penting
dalam hidup saya (karena adanya kemungkinan pergolakan emosi dan sebagainya).
- Saya berjanji akan bergaul dan berbicara dalam kelompok ini secara bebas dengan kelompok lain, mengekspresikan diri dalam kata-kata pada saat-saat saya merasa baik/tepat atau jika pada saat tertentu timbul perasaan yang perlu saya komunikasikan dengan anggota lain.
10.
Saat dan tempat dalam hidup saya
yang membuat saya merasa paling bahagia adalah..............
11.
Saat saya yang merasa paling sakit
hati / disakiti hati (hal yang sangat saya butuhkan atau hal yang saya ingin
mengubahnya mengenai diri saya ialah.............
12.
Pengalaman sewaktu kecil saya
(sebelum berumur 10 tahun) yang tetap saya ingat dengan penuh rasa
ialah............. sebab................
13.
(komentar lain)............... _____________________
Nama
anggota kelompok
Lampiran
Dr. Jane H Root.
Baca
percakapan berikut antara seorang konselor bimbingan dan seorang siswa.
Kemudian pilih satu dari kemungkinan-kemungkinan jawaban di bawah yang paling
mendekati jawaban yang mungkin anda berikan bila sisiwa tersebut menghadap
diruang kerja anda.
-
“ He, Adik apa kabar? Apa yang
dapat saya bantu?”
-
“ Keluarkanlah saya, Pak, dari
sekolah kalau Bapak mau. Pokoknya saya tidak dapat belajar, dan saya
inginmencari pekerjaan saja. Tetapi menurut ayah, saya tidak boleh berhenti
sekolah. Benci saya, terutma itu lho, pelajaran biologi. Gurunya benar-benar payah
dech. Ia mendamprat-damprat saja dan memberikan PR yang tak seorang muridpun mengerjakannya; ia mendamprat kami
sepanjang jam karena tak membuat PR
itu. Begitulah Pak, kami tak bisa belajar apa-apa “.
Sekarang pilih salah satu dari jawaban-jawaban berikut yang menurut
Anda akan dapat menolong :
1.
“Menurut pandanganmu tak ada
gunanya bersekolah bila tak ada yangberguna yang dapat kamu pelajari dan kamu
ingin saya meyakinkan ayahmu bahwa kamu seharusnya berhenti sekolah saja”.
2.
“Apakah kamu sudah berbicara
dengan Pak Harun tentang bagaimana perasaanmu mengenai pelajaran Biologi,
dengan maksud kalau-kalau pelajaran itu dapat diperbaiki?”.
3.
Bila kamu berhenti sekolah, maka
kamu tak akan mendapatkan pekerjaan yang
baik. Tidak saja kamu nanti akan menjadi seorang potolan sekolah, tetapi kamu
akan kehilangan kesempatan baik memperoleh kepandaian yang kamu perlukan”.
4.
“Nampaknya kamu merasa dirimu
sangat tertekan dengan keadaanmu dan kamu rasa-rasanya seperti mau melepaskan
diri dari semuanya itu”.
5.
“Ya, satu sebab mengapa saya
berada di sini ialah membantu siswa-siswa mengatasi masalah seperti ini. Kita
semua kadang-kadang merasa diri kita terkekang tetapi menurut pengalamanku,
bila kita mengambil satu-satu masalah biasanya kita dapat menemukan
pemecahannya.sekarang saya kira kita perlu mencari jalan bagaimana membantu
agar kamu dapat menyelesaikan PR-mu”.
6.
“Hemmm-hemmm, ya”.
7.
“Saya akan menemui Pak Harun,
untuk mengetahui apa maksud-maksudnya. Kemudian saya akan menemuimu lagi pada
hari kamis dan kita lihat nanti bagaiman mengatasi soal ini”.
Sumber literaturnya dari mana ya?
BalasHapus