LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
MAKALAH
PEMBANDING
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan Pendidikan dan
Pembelajaran
Yang dibina oleh Bapak Dr. Imanuel
Hitipeuw, M.Pd & Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto 130111809209
Anisatul Muthi’ah 130111809290
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEPTEMBER
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
hanturkan kepada ALLAH SWT, Karena telah memberikan kita kesehatan. Shalawat
serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW. Karena dengan perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita
bisa merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan
semoga kelak kita menjadi umat yang beliau syafaati di padang tandus yang tidak
kita temui syafaat selain dari beliau.
Makalah ini dibuat
dengan judul “Landasan Sosiologis Pendidikan” diharapkan bisa membuat pembaca
mengerti tentang landasan-landasan fiosofis pendidikan,serta mengetahui aliran-aliran
pendidikan.
Makalah ini masih
sangat sederhana dan masih banyak sekali ditemukan kekurangan baik isi, atau
kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah ini juga
sangat bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita mengetahui
pengertian sosiologi, latar belakang histories perkembangan sosiologi
pendidikan, ruang lingkup dan fungsi kajian sosiologi pendidikan, dan kajian
tentang masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan
nasional.
Demikian sebagai
pengantar makalah ini
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------ ii
BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------- 1
A. Latar
Belakang---------------------------------------- 1
B. Rumusan
Masalah------------------------------------- 2
C. Tujuan
Penulisan-------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------ 3
A. Pengertian
Landasan Sosiologis---------------------- 3
B. Sejarah
Landasan Sosiologis-------------------------- 5
C. Landasan
Sosiologis Pendidikan---------------------- 6
D. Implementasi
Sosiologis Pendidikan------------------ 7
E. Fungsi
Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan------ 8
F.
Ruang Lingkup Landasan Sosiologis
Pendidikan---- 9
G. Aplikasi
Landasan Sosilogis Terhadap BK----------- 10
BAB III PENUTUP------------------------------------------------- 12
A. Kesimpulan
------------------------------------------- 12
B. Saran
-------------------------------------------------- 13
DAFTAR RUJUKAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang
diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca
indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus
digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya
harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan
terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan
berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan
pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan
dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah
warisan budaya dari generasi ke generasi, agar kehidupan masyarakat
berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya
merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari,
dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong
milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat
sebagai akibat dari era globalisasi. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun
berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma
pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara
bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus
perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut
secara baik dan bijak yang berlandaskan sosiologi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan landasan
sosiologis pendidikan ?
2.
Bagaimana sejarah lahirnya landasan
sosiologi pendidikan ?
3.
Apa yang menjadi landasan dalam
sosiologi pendidikan ?
4.
Bagaimana implementasi landasan
sosiologis pendidikan ?
5.
Apa fungsi kajian dalam landasan
sosiologis pendidikan ?
6.
Apa saja ruang lingkup landasan
sosiologis pendidikan ?
7.
Bagaimana aplikasi landasan sosiologis
terhadap bimbingan dan konseling ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian landasan
sosiologis pendidikan
2.
Untuk mengetahui bagaimana lahirnya
landasan sosiologis pendidikan
3.
Untuk mengetahui apa saja yang menjadi
landasan dalam sosiologi pendidikan
4.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi
landasan sosiologis pendidikan
5.
Untuk mengetahui fungsi kajian dalam
landasan sosiologis pendidikan
6.
Untuk mengetahui ruang lingkup dalam
landasan sosiologis pendidikan
7.
Untuk mengetahui penerapan landasan
sosiologis terhadap BK
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Landasan Sosiologis
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di
Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris
yang memperoleh pijakan yang kokoh. Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat
lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali
digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan positif yang memepelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari
berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat
banyaknya realitas sosial,
maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi
ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan
lain-lain.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan
generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis
terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat.
Perhatian sosiologi pada pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatnya
perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang
sosiologi pendidikan. Ciri-ciri sosiologis pendidikan :
1.
Empiris
adalah adalah ciri utama sosiologi sebagai
ilmu, Sebab bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis adalah peningkatan fase
penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu
lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3.
Komulatif
adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan
berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.
Nonetis
adalah karena teori ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat
dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
1. Paham individualisme
2. Paham kolektivisme
3. Paham integralistik
Paham individualisme dilandasi teori
bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat
apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan
orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan
kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat.
Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain
saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam
bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di
atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham
integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu
sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di
Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat:
1. Kekeluargaan dan gotong royong,
kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan
hidup bermasyarakat.
3. Negara melindungi warga anegaranya
4. Selaras serasi seimbang antara hak
dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan
juga kualitas struktur masyarakatnya.
Sifat sebagai makhluk sosial sudah
dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi yang dibawa sejak lahir.
Bahwa manusia merupakan makhluk sosial karena beberapa faktor berikut:
1. Sifat ketergantungan manusia dengan
manusia lainnya
2. Sifat adaptability dan intelegensi.
Dengan demikian, manusia sebagai
makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan
pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial
akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang
bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan.
B.
Sejarah
Lahirnya Sosiologis Pendidikan
Sosiologi
lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Sosiologi
sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat.
Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857),
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari tentang
masyarakat.
Sosiologi
mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial.
Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang sosiologi
seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi
pengetahuan, sosiologi pendidikan.
Rintisan
Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx,Emile Durkheim, Ferdinand Tonnies, George Simmel, Max Weber,
dan Pitirim Sorokin
(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
sosiologi.Emile Durkheim (ilmuwan
sosial Perancis) berhasil melembagakan sosiologi sebagai disiplin akademis.
Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi
berbagai elemen sosial sebagai
pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. Pada tahun 1876 di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan sosiologi dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami
masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang
terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Karl Marx memperkenalkan
pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik
antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
C.
Landasan
Dalam Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologi mengandung norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut
oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita
harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok
dalam masyarakat
tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat
dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham
individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori
bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat
apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang
lain.
Dampak individualisme menimbulkan
cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan
masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan
diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi
sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan
kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat
secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
Sedangkan paham integralistik
dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan
erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat. Masyarakat
integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam
konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi.
Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan
kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di
Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk
mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3)
negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak
dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya
meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang
D.
Implementasi
Landasan Sosiologis Pendidikan
Masyarakat
Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah
banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri
unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian
pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus
seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa
Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai
upaya yang persatuan dan kesatuan yang kokoh, berbagai upaya tersebut
dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat
Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya
dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah.
Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan
demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan
berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.dilakukan,
baik melalui jalur sekolah (seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah)
maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non
penaratan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih.
E.
Fungsi
Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan
1.
Fungsi eksplanasi
menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang
termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep,
proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil
dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian
lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain,
serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi
yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang
baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat.
Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi.
2.
Fungsi prediksi
meramalkan
kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa
yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat akan berubah
dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang
masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi. Fungsi prediksi
ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna
mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3.
Fungsi utilisasi
menangani
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti
masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan lingkungan,
dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah penyelenggaraan
pendidikan sendiri.
Jadi,
secara umum sosiologi
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu
pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian
tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan
masyarakat. Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data
dan informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat
dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan
antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
F.
Ruang
Lingkup Landasan Sosiologis Pendidikan
Para ahli Sosiologi dan ahli
Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan namanya, Sosiologi Pendidikan atau
Sociology of Education (juga Educational Sociology) adalah cabang ilmu
Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh professional dibidang pendidikan
(calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan) dan para mahasisiwa serta
professional sosiologi.
Mengenai ruang lingkup Sosiologi
Pendidikan, Brookover mengemukakan adanya empat pokok bahasan berikut:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan
sistem social lain
2. Hubungan sekolah dengan komunitas
sekitar,
3. Hubungan antar manusia dalam sistem
pendidikan
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku
anak didik
Rochman
Natawidjaja (2007: 81).
Sosiologi Pendidikan diharapkan
mampu memberikan rekomendasi mengenai bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat
mengenai isi dan proses pendidikan itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu
berlangsung menurut kacamata kepentingan masyarakat, baik pada level nasional
maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara
operasional dapat defenisi sebagai cabang sosiologi yang memusatkan perhatian
pada mempelajari hubungan antara pranata pendidikan dengan pranata kehidupan
lain, antara unit pendidikan dengan komunitas sekitar, interaksi social antara
orang-orang dalam satu unit pendidikan, dan dampak pendidikan pada kehidupan
peserta didik. Rochman Natawidjaja (2007: 82).
G.
Aplikasi
Landasan Sosiologis Terhadap Bimbingan Dan Konseling
Landasan
sosilogis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor
tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia
sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi
tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan
sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda
sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya
ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal
maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
Dalam
proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan
klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya
yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar
budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c)
stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan
bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan
mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat
individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social
prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping
dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan
reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki
lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg
berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture
shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus
berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat
terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait
dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dasar sosiologis
berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik masyarakat.
Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang proses social di dalam
sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang :
1.
hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
2.
hubungan sekolah dengan komunitas sekitar
3.
hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4.
pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Landasan sosiologis
mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan
bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan
antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya
kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial
yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan
bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Sosiologi pendidikan
dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi eksplanasi, (2) fungsi
prediksi, (3) fungsi utilisasi. Secara umum, sosiologi pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan fungsi-fungsinya tersebut melalui pengkajian
fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka mencari model-model
pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan
untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama
dalam hal menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-an, baik melalui kegiatan
jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
B.
Saran
Manusia
sebagai makhluk sosial, maka setiap manusia seharusnya menjadikan sosiologi
sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang
karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik
dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi
melalui pendidikan. Maka perlu adanya komitmen dari pemerintah untuk memberikan
suatu pengembangan yang memadai tentang sosiologi pendidikan. Seperti tampak
seperti ini seharusnya pendidikan melaksanakan pengembangan, yang dilaksanakan
umumnya tidak memilih salah satu tetapi seharusnya diupayakan seimbang antara
pelestarian dan pengembangan sosial.
DAFTAR
RUJUKAN
Tirtarahardja,
U. & Sula, S. L. L. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ruswandi, Uus & Hermawan Heris,
A. 2008. Nurhamzah. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Sutikno Sobry. M. 2008. Landasan
Pendidikan. Bandung: Prospect.
Natawidjaya. R.
Sukmadinata,.N.S. Ibrahim. Djohar. A. 2007. Ilmu Rujukan Filsafat, Teori, dan
Praksis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar