TEORI
PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono,
M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER
2013
A.
Nama
Pendekatan
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan
Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional
maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun
hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari
komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah
transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara
dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang
mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya
dalam buku Games People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan
dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling
kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh
klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses
konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan
keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan
sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya
keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan
kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna
kemajuan hidupnya sendiri.
Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata,
analisis berarti pngujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat
menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau
transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian,
analisis transaksional adalah metose yang digunakan untuk mempelajari interaksi
antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran
kepribadian seseorang.
B.
Sejarah
Perkembangan
Pendekatan analisis transaksional
dikembangkan oleh Eric Berne (1910-1970) setelah dia mendapat gelar M.D (Medical Doktor). Dari McGill University
di Montreal pada tahun 1935. Dia menyelesaikan spesialis psikiatri di Yale
University. Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1934-1946, dia mulai bereksperimen tentang
terapi kelompok . setelah itu dia memulai praktek psikiatri di Carmel,
California. Berdasarkan hasil obervasinya terhadap konseli-konseli, Berne
membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan
dengan sebagian besar psikiatri pada zaman itu, yaitu pada pertengahan tahun
1950-an. Pada usia 46 tahun, dia mengundurkan diri dari keanggotaan di the psychoanalytic Institute. Kemudian
dia mendobrak asumsi dasar psikiatri tradisional dan mulai berpraktek dengan Transactional Analysis. Pada tahun 1946
dia menerbitkan buku Games People Play
yang menjadi International Best-Seller.
Tahap
Pertama (1955-1962)
Pada tahap ini Berne mengidentifikasi ego state yang terdiri dari
orang tua (Parent), dewasa (Adult), dan anak-anak (Child). Ego state ini yang memberikan perspektif dalam berpikir, merasa, dan
bertingkah laku.
Tahap
Kedua (1962-1966)
Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. Pada tahap ini, analisis
transaksional menjadi lebibh popular karena pendekatan ini menggunakan kosa
kata yang direktif dank arena individu secara langsung dapat mengetahui games
yang dia mainkan. Pada tahap ini Analisis Transaksional dikenal sebagai
pendekatan kognitf dan hanya sedikit menyentuh aspek afektif.
Tahap
Ketiga (1966-1970)
Pada tahap ini perhatian Berne pada
naskah hidup (Life Scripts) dan analisis naskah hidup (Scripts Analysis). Naskah hidup adalah rencana internal yang
menentukan arah hidup individu. Konselor mengarahkan konseli untuk merasakan
kembali pengalaman secara emosional (emotionally
reexperience) dan menganalisis peristiwa-peristiwa penting yang mendasari
pengambilam keputusan.
Tahap
Keempat (1970-Sekarang)
Tahap ini dikarakteristikan sebagai
tahap penggabungan teknik-teknik Analisis Transaksional yang baru dari
pendekatan yang lain. Robert dan Mary Goulding, direktur dari the Western Institute for Group and Family
Therapy di Watsonville, California adalah pionir dari pendekatan analisis
transaksional yang terbaru. Pendekatan mereka berbeda dengan pendekatan
analisis transaksional klasik, karena mereka mengkombinasikan pendekatan
analisis transaksional dengan prinsip dan teknik-teknik pendekatan gestalt dan
modifikasi perilaku.
Dalam tulisan Goulding dan Goulding teori analisis transaksional diintegrasikan
dengan beberapa konsep , antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunction) yang berbasis dari
pesan-pesan orang tua dalam membuat pengambilam keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini
bertujuan untuk menerima stroke dari
orang tua (parental strokes) yang
berupa penghargan dan perhatian (recognition
and attention) serta memastikan dalam pertahanan hidup yang mendasar (basic survival). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu. Rackets adalah perasaan buruk yang
familiar yang biasanya disimpan oleh individu. Dalam keluarga tertentu tidak
membolehkan ekspresi perasaan tertentu, seperti hanya orang-orang tertentu
dalam keluarga dalam keluarga yang
diperbolehkan untuk marah, sedangkan yang lain harus mengekspresikan kemarahan
dalam bentuk lain. Dengan demikian, individu yang sangat dilarang dalam mengekspresikan
kemarahannya dapat mengekspresikannya dalam bentuk kesedihan. Individu
menampilkan kesedihan untuk menutupi kemarahan dan kesalahanya. Semua elemen
ini merupakan bagian dari naskah hidup (Life
Scripts), yang termasuk di dalamnya adalah harapan individu tentang drama
kehidupan yang dimainkan. Kontribusi Goulding dan Goulding adalah penekanan
pada kapasitas konseli untuk mengambil keputusan kembali (redecision) tentang naskah hidupnya.
C.
Hakikat
Manusia
Analisis trasaksional
berakar dari filosofi antideterministik. Iman ditempatkan
dalam kapsitas
seseorang untuk di atas pola kebiasaan dan untuk memilih
sasaran dan perilaku
baru. Ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali tanpa ada
hal yang mempengaruhinya
bisa sampai pada penentuan hidup yang kritis.
Analisis ini juga
mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan
oleh orang lain yang
signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang
terlebih dahulu telah
dibuat pada masa hidup mereka pada saat mereka sangat
bergantung pada orang
lain. tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan ditantang
dan apabila keputusan
yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat
keputusan. Secara
singkat hakikat manusia menurut Analisis Transaksional adalah:
1. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup.
2. Manusia
memenuhi dua kebutuhan dasar yaitu fisik dan psikologis.
3. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai potensi untuk
membuat keputusan.
4. Manusia
adalah makhluk yang bertanggung jawab
5. Manusia
adalah makhluk social.
D.
Perkembangan
Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
a. Konsep
Dasar
Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi
dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang
sebagai sebuah transaksiyang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap
orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup.
Pendekatan ini dapat digunakan pada seting individu atau kelompok yang
melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan
tujuan dan arah dari proses terapi. Pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan
keputusan di awal yang menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat
keputusan baru, menekankan pada aspek konitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan keasadaran sehingga konseli
dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
Beberapa konsep penting dalam pendekatan analisis
transaksional yaitu injunction dan
keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision).
Injungsi
(Injunction) dan Pengambilan
Keputusan Awal (Early Decision)
Salah satu konsep kunci Analisis Transaksional
adalah injunction ayau don’ts.
Injunction adalah
pesan yang disampaikan oleh anak kepada parent’s
internal child out dari kondisi
kesakitan orang tua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi dan ketidak
bahagiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus
mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Sebagai seorang anak yang
membutuhkan pengakuan dan strokes
dari orang tua dalkam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orang tua
diterima oleh anak. Goulding dan Goulding (1978, 1979) mengemukakan injunction yang biasa terjadi dan beberapa kemungkinan
keputusan yang dibuat untuk merespon injunction
tersebut, di antaranya adalah:
1)
Don’t
atau
don’t do anything (jangan berbuat
apa-apa)
2)
Don’t
be (don’t exist)
3)
Don’t
be close (jangan dekat)
4)
Don’t
be important (jangan menjadi orang penting)
5)
Don’t
be a child (jangan seperti anak kecil)
6)
Don’t
grow (jangan jadi besar)
7)
Don’t
succeed atau don’t
make it (jangan berhasil)
8)
Don’t
be you (jangan begitu)
9)
Don’t
be sane and don’t be well
10) Don’t belong (jangan
jadi orang kita)
11) Don’t think (jangan
berpikir)
12) Don’t feel (jangan
merasa)
Strokes
Strokes
adalah
bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokes
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Strokes
dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolik seperti pandangan mata,
kata-kata, bahasa tubuh dan verbalisasi. Beriku adalah tipe-tipe strokes :
Strokes baik
positif maupun negative memberikan pengaruh pada individu. Akan tetapi strokes
positif merupakan bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang
sehat. Strokes ini membentuk ekspresi kasih saying (affection) dan penghargaan (appreciation).
Adapun strokes negative menghambat perkembangan individu. Strokes negative
mengambil harga diri individu denga menghilangkan mempermalukan, dan
mempermainkan individu.
Naskah
Hidup (Life Scripts)
Menurut teori analisis transaksional naskah hidup
menetukan pilihan terakhir. Bila anak menyusun lakon hidupnya, pilihan akhir
ini sudah terungkap juga pada lakon ini. Seluruh proses perkembangan lakon ini
dari titik mula sudah diarahkan dan dijiwai oleh titik akhirnya. Titik akhir
ini oleh analisis transaksional dinamakan payyof,
penyelesaian akhir dan pembulatan sandiwara yang diharapkan menjadi happy ending. Pembentukan naskah hidup
dipengaruhi oleh:
1) Injunction,
yaitu pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal
dan tingkah laku. Diterima melalui pesan orang tua, penemuan sendiri dan misin
terpretasi atas pesan orang tua.
2) Strokes
yaitu berupa penghargaan dan penerimaan baik positif maupun negative.
3) Hunger
yaitu kekurangan stroke positif.
Sesudah
naskah hidup disusun sejak kecil, seiring dengan bertambahnya umur, naskah hidup inipun berkembang lebih lanjut.
Pada perkembangannya naskah hidup mendapat bentuk yang oleh analisis
transaksional dinamakan naskah hidup pemenang (winner), pecundang (loser)
dan bukan pemenang (non-winner).
Konsep Ego State
Terdapat
tiga jenis ego state yang secara in heren eksis dalam diri setiap individu. Ego
state tersebut yaitu: ego state orang tua (parent),
ego state dewasa (adult) dan ego
state anak-anak (child).
1) Ego
State Orang Tua (Parent)
Pada ego state orang tua, individu merasakan kembali
pengalaman (reexperience) yang
individu imajninasikan bagaimana orang tua kita merasa pada situasi tersebut
dan bagaimana orang tua kita bertindak. Ego state orang tua cenderung memiliki
cirri-ciri antara lain: menasihati, kritik, berperilaku sesuai dengan aturan
atau ketentuan institusi yang berperanan penting selama masa pendidikan
seseorang. Terdapat dua jenis ego state orang tua, yaitu :
a) Orang
tua yang membimbing (nurturing parent)
Cirri-ciri orang tua yang membimbing adalah empatik
dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta
menilai dan member batasan benar salah yang tegas.
b) Orang
tua yang mengkritik (critical parent)
Cirri-cirinya adalah cenderung menasihati,
mengkritik dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung keras. Seringkali
mengatakan “Tidak”, “Jangan”. Bila berbicara umumnya sambil menunjuk.
2) Ego
State Dewasa (Adult)
Ego state orang dewasa adalah pemroses data (the processor of data). hal ini ditandai
dengan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego stste orang
dewasa adalah bagian objektif dari individu
dimana dia menyimpan, menerima, memproses, dan mengirim informasi
kembali berdasarkan fakta bukan opini atau perasaan. Cirri-ciri ego state ini
adalah berpikir logis berdasarkan fakta-fakta obyektif dalam mengambil
keputusan, nalar, diplomatis, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekpresi wajah
tenang dan nada suara datar.
3) Ego
State Anak-Anak (Child)
Ego state anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls,
dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan cirri-ciri spontan, memiliki
kebutuhan, perasaan dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa
internal yang direspon dengan melihat, mendengar, memahami sesuatu, manipulasi
lingkungan seperti menunjukan sikap manja, menangis, dan merajuk. Terdapat tiga
jenis ego state anak, yaitu :
a) Anak
yang alamiah (free/natural child)
Cirinya adalah spontan mengungkapan perasaan dan
keinginannya, baik emosi positif dan maupun negative.
b) Professor
kecil (the little professor)
Adalah anak yang menunjukkan “kebijaksanaan”
anak-anak (unscooled wisdom of a child).
Cirinya adalah egosentris, manipulative, dan kratif. Ini adalah bagian dari ego
state anak yang intuitif dan bermain dengan tebakan intuitif (feeling hunch).
c) Anak
yang menyesuaikan diri (adapted child)
Ego state yang melakukan penyesuaian diri terhadap
ego state orang tua yang dimainkan orang lain. Terdapat dua jenis ego state
dalam ego state anak yang menyesuaiakn diri, yaitu:
Ø Anak
yang penurut (conforming child)
Ego state yang melakukan apa yang dikehendaki orang
lain bukan ungkapan perasaan dan
keinginan sebenarnya. Biasanya diungkapkan dengan suara lirih.
Ø Anak
yang pemberontak (rebellios child)
Ego state yang melakukan apa yang bertentangan
dengan kehendak orang lain. Misalnya ungkapan
“tidak tau” dan “masa bodoh”.
Posisi Hidup (Life Position)
Keyakinan-keyakinan
yang dinamakan posisi hidup (psychological
position), yang terdiri dari empat posisi hidup, yaitu: I’m OK, You’re OK; I’m OK, You’re not OK;
I’m not OK, you’re OK; I’m not OK, You’re not OK.
Membuat
Keputusan Ulang (Redecisions)
The Gouldings menekanakan bahwa ketika keputusan
awal telah dibuat, keputusan tersebut tdak dapat diubah. Menurut mereka
individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup, sehingga
individu dapat membuat keputusan baru yang lebih sesuai dan memungkinkan
individu untuk mengalami kehidupan yang baru. Dalam proses membuat keputusan
ulang (redecision), konseli di ajak
kembali ke masa kecil disat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego
state anak-anak dan memfasilitasi konseli untuk membuat keputusan baru. Dengan
kegiatan ini konseli di ajak untukj merasakan kembali situasi masa kecil secara emosional dan membuat
keputusan baru secara emosional dan intelektual.
Games
Kebanyakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan
belajar menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia memainkan
games. Games adalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling
melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat dipredeksi individu. Barne
percaya bahwa keuntungan game adalah fungsi stabilisasi (homeostatic). Homeostatic adalah kecenderungan individu untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis untuk mengatur proses intrapcychic. Games berfungsi untuk
mepertahankan keseimbangan biologis, eksestensial, psikologis, area sosial
internal dan eksternal. Games merupakan bagian yang penting dalam interaksi
individu dengan orang lain dan individu harus memahami games yang dimainkannya
untuk hidup lebih otentik.
2. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
a.
Pribadi sehat
1)
Memilih
posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK
2)
Status
ego berfung secara tepat.
b.
Pribadi bermasalah
1)
Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
2)
Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
3)
Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK
4)
Kontaminasi (merupakan
pengacauan dari satu status ego terhadap status ego yang lain)
5)
Eksklusi (batas
status ego yang kaku)
E.
Hakikat
Konseling
Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis
transaksional yaitu perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga
klien mampu mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang
rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang
logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka,
wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konseling dalam
pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral dan
dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang
telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.
F.
Kondisi
Pengubahan
1. Tujuan
Menurut Eric Berne 1966 (Dewa Ketut Sukardi 1984:223),
mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling analisis
transaksional, yaitu:
a. Konselor
membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b. Konselor
membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status
egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat
ditembus diantara status egonya.
c. Konselor
berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah
menetapkan pikiran dan penalaran individu, untuk itu individu membutuhkan
kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
d. Konselor
membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok
serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
2. Sikap,
Peran dan Tugas Konselor
a.
Sebagai guru (memperjelas teknik analisis transaksional,
rencana kehidupan dan analisis rencana kehidupan, rencana analisis permainan).
b.
Sebagai pengamat
c.
Sebagai fasilitator
d.
Sebagai pelatih
(membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan
menggunakan status ego yang tepat).
e.
Sebagai nara sumber (membantu klien menemukan apa yang
diperlukan)
f.
Sebagai advisor
g.
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat
keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat
perkembangan.
h.
Membantu klien menemukan kemampuan dan untuk berubah dengan
membuat keputusan sekarang.
i.
Membantu klien mendapat alat yang diperlukan untuk mencapai
perubahan.
3. Sikap,
Peran, dan Tugas Konseli
a. Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak
konseling.
b. Klien
harus aktif dalam proses konseling.
c. Klien memperlihatkan
kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.
4. Situasi
Hubungan
Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor
dan klien, yaitu:
a. Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani
di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi kata-kata dan
konsep-konsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang
situasi yang dihadapi.
b. Klien
memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam konseling.
Berarti klien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan
hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya..
c. Kontrak
memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan
klien.
G.
Mekanisme
Pengubahan
1. Tahap-Tahap
Konseling
a) Analisis
Struktur (Structural Analysis)
Analisis structural adalah alat yang digunakan
individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya
(orang tua, dewasa dan anak). Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk
ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang
mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan
hidupnya. Dua masalah dalam kepribadian yang dapat dipertimbangkan dalam
analisis struktur, yaitu: kontiminasi
atau perencanaan (contamination) dan
ekslusi (exclusion). Kontaminasi
terjadi ketika isi dari ego state
bercampur dengan ego state lainnya. Kontaminasi terjadi bila ego state anak (child) dan ego state orang tuanya (parent) memasuki batasan ego state dewasa (adult) sehingga mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state dewasa. Sedangkan ekslusi terjadi bila satu
ego state memblokade ego state yang lain dan tidak memperbolehkan perpindahan
antara ego state dengan ego state lainnya.
b) Analisis
Transaksi (Transactional Analysis)
Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan
analisis transaksional. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam
sebuah komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus-respon antara dua
orang ego stage. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa
yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Analisis
transaksional dikelompokan menjadi tiga katagori, yaitu:transaction transaksi
komplementer (complementary),
transaksi bersilang (crossed transaction),
dan transaksi ulterior atau terselubung (ulterior
transaction).
1) Transaksi
Komplementer (complementary transaction)
Transaksi komplementer dideskripsikan oleh Berne
sebagai “ the natural order of healthy human relationship” yaitu bentuk nyata
hubungan antar manusia secara sehat, ketika stimulus dan respon datang dari ego
state yang diinginkan.
2) Transaksi
bersilang (Crossed Transaction)
Transaksi terjadi ketika pesan disaampaikan dari satu ego state dan mendapat kan respons dari ego state yang
tidak dihgarapkan.
3) Transaksi
Terselubung (Ulterior atau Covert
Transaction)
Transaksi
yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang
disampaikan tidak jelas.
c) Analisis
Naskah Hidup (Scripts Analysis)
Naskah psikologis adalah program yang terjadi pada
individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendekti perjalanan
hidup individu. Manusia – secara sadar atau tidak sadar – bertingkah laku
kompulsif tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup adalah
rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa kehidupannya berdasarkan pesan
yang diterima oleh anak dari orang tuanya. Berne percaya bahwa naskah hidup
mempunyai lima komponen, yaitu (1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan
kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa kanak-kanak
yang disesuaikan dengan diri, (4) ketertartarikan pada kesuksesan atau
kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku.
d) Analisis
Game (Game Analysis)
Terdapat tiga peran dalam analisis games, yaitu
persecutor, victim, dan recuer. Dalam permainan tidk ada pemenang, semua pemain
kalah. Analisis transaksional berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang mengganti
perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Games dapat
memberikan bentuk intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi
games menciptakan jarak di antara
mereka. Games yang bisa dimainkan antara laian: kasihan saya (poor me); (martyr); iya, tapi (yes, but);
bila ini bukan untuk kamu (if it weren’t
for you); (look what you made me do!
Harried); (uproar), dan (wooden leg). Dalam melakukan analisis
games, konselor melakukan rackets. Rackets adalah perasaan tidak menyenangkan
yang dialami individu setelah bermain games. Hal ini berupa perasaan kronis
yang dipertahankan individu karena perasaan ini kerap sekali direasakan bersama
orang tua karena perasaan individu ketika masa kecil. Rackets terdiri dari calling up dan koleksi perasaan yang digunakan individu
untuk menjustifikasi naskah hidup dan keputusan. Analisis games dan rackets
adalah aspek penting dalam memahami transaksi dengan orang lain. Dalam
melakukan analisis games, dapat dipergunakan dua cara yaitu formula G dan
segitiga drama karpman ( the karpman drama triangle). Analisis dengan formula
game (formula G) dilakukan dengan enam langkah, yaitu:
Ø Con
= stimulus yang memancing orang lain untuk ikut main.
Ø Gimmick
= tanggapan dari orang lain untuk main game
Ø Respon
= rangkaian transaksi psikologis terselubung dan transaksi sosial.
Ø Switch
= penjungkirbalikan sikap dari kedua pihak
Ø Cross
up = saat kebingungan kedua pihak akibat switch
Ø Pay
off = merupakan racket feeling (perasaan tidak enak) ke dua pihak di akhir
game.
Cara
yang kedua adalah Seg itiga Drama Karpman (The
Karpman Drama Triangle) adalah alat yang berguna untuk membantu individu
memahami games. Model ini dikembangkan Stephan Karpman. Dalam segitiga terdiri
dari penuduh atau orang yang menyakiti (persecutor),
penolong (rescuer) dan korban (victim). Persecutor memiliki posisi
hidup I’m OK, You’re not OK; rescuer I’m OK, You’re not OK; dan victim I’m not OK, You’re OK.
2. Teknik-Teknik
Konseling
Permission
(Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen
untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual
pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan
mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati
kehidupan; 3) tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klian
memainkannya.
Protection
(Proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan
untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego
Dewasa dan Status Ego Anak.
Potency
(Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan
dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak
pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik
Khusus menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi,
Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi
H.
Kelamahan
dan Kelebihan
1. Kelebihan
a.
Punya
Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
AT
memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan
kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga
manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat
tumbuh.
b.
Penekanan
Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan
pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan
memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan
menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain. Dan itu adalah persoalan interaksi sekarang.
Kini dan di sini (here and now).
c.
Mudah Diobservasi.
Pada
umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu
terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan
konstruk pikiran manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D
dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi
atau komunikasi manusia.
d.
Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi,
maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang
dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, AT tidak hanya berusaha
memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus
mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang
lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya.
2. Kelemahan
a.
Kurang
Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT
mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi antara
status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak
secara realistis. Tetapi
dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan
jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya
kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya
diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini
dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b.
Subyektif
dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah
ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan
penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan
dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego
akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan
dalam menakar egogram klien.
I.
Sumber
Rujukan
Correy,G.1982. theory ang practice of counseling and psycotheraphy. California:
cole publishing company
Corey.G.1988.
Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco
Fauzan
lutfi.2001. Pendekatan-pendekatan konseling individual.
Malang:Elang Mas
Subandi.A.M. 2002.Psikoterapi pendekatan
konvensional dan kontemporer. Yogyakarta : pustaka pelajar
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT
indeks.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi
Rafika Aditama
Corey, G.
2009. Theory and Practice of Counseling
and Psychotherapy.
Belmont,
CA: Brooks/Cole.
Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktek Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Daftar Agen Judi Poker, Adukiu, QQ, BandarQ Online Terpercaya Di Indonesia Sekarang Juga...
BalasHapusTingkat kemenangan 80% Ayo Buruan Tunggu Apa Lagi Daftarkan Diri anda sekarang juga...
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ