Senin, 31 Maret 2014

TEORI PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY



TEORI PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY


RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono, M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd



Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209












PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
NOVEMBER 2013
A.  Nama Pendekatan
Nama pendekatan adalah Rational Emotive Behavior Therapy. Namun memiliki  nama lain, antara lain : Rational Therapy, Rational Emotive Therapy, Rasional Emotif Behavior.

B.  Sejarah Perkembangan
Rational Emotive Behavior (REBT) diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis 1955, seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Awalnya, pendekatan ini disebut Rational Therapy (RT) karena Ellis ingin menekankan rasional dan fitur kognitif. Dalam melakukannya, Ellis menunjukkan pengaruh filosofis pada pemikirannya.
Pada 1961, ia berubah nama menjadi Rational Emotive Therapy untuk menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak mengabaikan emosi, lebih dari 50 tahun keberadaannya, terapi ini telah berhasil diterapkan untuk perorangan, kelompok, perkawinan, dan terapi keluarga untuk beragam masalah.
Lebih dari 30 tahun kemudian (tahun 1993) Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rational Emotive Behavior untuk menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak mengabaikan perilaku. Teori REBT dari Ellis merupakan filsafat irasional yang diekspresikan lewat beberapa tingkah laku dalam bentuk tingkah laku emosional neurotik. Manusia dapat menyusun kembali pemikiran rasionalnya, yang diikuti selanjutnya dengan pola tingkah laku.

C.  Hakikat Manusia
Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.
Secara ringkas, Ellis mengatakan ada tiga keyakinan irasional:
1.    “saya harus mempunyai kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”.
2.    “orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita.”
3.    “kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa.”

D.  Perkembangan Perilaku
1.    Struktur Kepribadian
Kerangka ABC merupakan pusat REBT teori dan praktek. Model ini menyediakan alat yang berguna untuk memahami perasaan klien, pengalaman, peristiwa, dan perilaku. ABC yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).














a.    Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
b.    Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
c.    Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
d.   Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1)   Detecting irrational beliefs
Konselor menemukan keyakinan klien yang irasional dan membantu klien untuk menemukan keyakinan irasionalnya melalui persepsinya sendiri.
2)   Discriminating irrational beliefs
Biasanya keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-kata: “harus”, pokoknya atau tuntutan-tuntutan lain yang tidak realistik. Membantu klien untuk mengetahui mana keyakinan yang rasional dan irasional.
3)   Debating irrational beliefs
Beberapa strategi yang dapat digunakan:
a.       The lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.
b.      Socratic debate, mengajak klien untuk beradu argumen.
c.       Humor, creativity seperti: cerita
d.      Self-disclosure: keterbukaan konselor tentang dirinya (kisah konselor, dl)
2.    Pribadi Sehat dan Bermasalah
a.    Pribadi Sehat
Rumusan pribadi sehat menurut REBT adalah jika individu mampu menggunakan kemampuan berfikir rasionalnya untuk memecahkan dan menghadapi satu masalah.
b.    Pribadi Bermasalah
Rumusan pribadi tidak sehat dalam pendekatan konseling rasional emotif adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Ciri-ciri berpikir irasional : Tidak dapat dibuktikan, menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu dan menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.

E.  Hakikat Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1.      Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2.      Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3.      Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.      Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
F.   Kondisi Pengubahan
1.    Tujuan
Therapy menurut Ellis (dalam Corey, 2009: 279) adalah a) membantu konseli dalam proses mencapai unconditional self-acceptance dan unconditional other acceptance, dan b) melihat bagaimana kedua hal itu saling berkaitan.
Sedangkan menurut Ellis (dalam Sharf, 2012: 339) tujuan umum Rational Emotive Behavior Therapy adalah membantu konseli dalam meminimalisir gangguang emosi, menurunkan self-defeating self-behaviors, dan membantu konseli lebih mengaktualisasikan diri sehingga mereka bisa menuju ke kehidupan yang bahagia. Sedangkan tujuan khususnya adalah membantu konseli berpikir lebih bersih dan rasional, memiliki perasaan yang lebih layak, dan bertindak efisien dan efektif dalam mencapai tujuan hidup yang bahagia.
2.    Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
a.    Menjelaskan bahwa konseli mengadopsi pikiran irrasional
b.    Menyadarkan konseli bahwa ia memelihara gangguan emosi secara aktif dengan terus menerus berfikir secara logis dan tidak realistis
c.    Menyedarkan konseli bahwa ia bertanggung jawab terhadap gangguan emosi yang dialami
d.   Membantu klien mengubah pikiran irrasional dan mengganti pikiran tersebut dengan yang rasional
e.    Membantu konseli untuk mengembangkan falsafah hidup rasional sehingga pada masa depan ia dapat menghindari menjadi korban pikiran irrasional

3.    Sikap, Peran, dan Tugas Konseli
a.    Aktif terlibat dalam konseling dalam menemukan pikiran tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran rasional
b.    Aktif diluar konseling dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan rumah bagi pemecahan masalah dan perubahan emosi dan perilaku yang merusak diri.

4.    Situasi Hubungan
Hubungan konseling yang ditandai dengan ketulusan, pemahaman, dan penghargaan positif penting bagi pencapaian tujuan konseling tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkahlaku bagi konseling. Dalam hal ini diperlukan teknik-teknik konseling untuk membantu konseli mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan yang produktif bagi pengembangan dirinya secara optimal

G.  Mekanisme Pengubahan
1.    Tahap-Tahap Konseling
a.    Tahap pembinaan hubungan/ Relation Building
Hubungan baik-good rapport antara konselor dan konseli memang merupakan suatu prasyarat dalam konseling. Untuk dapat menciptakan hubungan baik, konselor perlu: menerapkan sikap dasar, menciptakan suasana pendukung, membuka sesi pertama atau perbincangan awal.
b.    Tahap Kognitif / pengelolaan pemikiran dan pandangan
Tahap ini secara konsekuensial peran konselor adalah: 1. mengidentifikasi, menerangkan, dan menunjukkan masalah (A-B-C) yang dihadapi konseli dengan keyakinan irasionalnya, 2. Mengajar dan memberikan informasi (tentang teori A-B-C), 3. Mendiskusikan masalah (menunjukkan arah perubahan, dari Bir ke Br yang hendak dicapai dalam konseling), 4. Menerapkan berbagai teknik debate dan dispute.
c.    Tahap pengelolaan emotif dan afektif
Konselor memusatkan perhatiannya pada “menggarap emosi atau afeksi” konseli sebagai kondisi pendukung kemantapan perubahan Bir ke Br. Dalam tahap ini konselor adalah: (1) Meminta kesepakatan penuh kepada konseli atas arah perubahan dan “perubahan-perubahan kecil” yang telah terjadi pada konseli., (2) Memelihara suasana konseling bisa dengan teknik humor, (3) Melaksanakan teknik-teknik relaksasi.
d.   Tahap pengelolaan tingkah laku / Behavior
Jika konseli telah memberikan isyarat bahwa ia: (1) Sepakat atas arah perubahan, (2) Ada pernyataan telah terjadi sejumlah perubahan kognitif maupun afektif sekalipun kecil. (3) Sikap emosional dihadapkan pada perubahan perilaku, maka konselor siap masuk pada tahap pengelolaan perilaku tampak konseli.
Pada tahap ini konselor: (1) Menganjurkan klien untuk berbuat dan memberikan masukan, (2) menunjukkan contoh perilaku cocok, pantas, atau teknik modeling, serta mengajak konseli mengikuti contoh, (3) Mengajak konseli dalam latihan-latihan keasertifan, (4) Mengajak dan “menuntun” konseli dalam merumuskan kalimat-kalimat rasional.

2.    Teknik-Teknik Konseling
a.    Teknik Kognitif
1)   Diskusi
2)   Tugas-tugas pekerjaan rumah
3)   Bacaan terarah
4)   Dialog Sokrates
5)   Pengubahan pernyataan konseli
6)   Penggunaan humor
7)   Penentangan pragmatis
b.   Teknik-teknik Emotif
1)   Pembayangan rasional emotif
(pembayangan peristiwa saat ini dan akibat yg ditimbulkannya)*
2)   Permainan peran
3)   Latihan penanganan rasa malu
4)   Pembayangan masa depan
(membayangkan kejadian masa depan terjadi saat ini)*
c.    Teknik-teknik Behavioral
1.    Penguatan
2.    Desentisisasi sistematik
(mengurangi kepekaan konseli pada pikiran irrasional)*
3.    Relaksasi
4.    Pemberian model
5.    Pelatihan keterampilan
6.    Pelatihan asertivitas
(latihan kelugasan apa adanya tanpa agresifitas)*

H.  Hasil-Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan Rasional Emotif Behavior Terapi ini adalah sebagai berikut :
1.    Yuniarti, Yesi dan Indah P, Titin. (2009), Pada Konseling kelompok Rasional emotif untuk meningkatkan percaya diri siswa, Siswa diajarkan untuk memahami bahwa masalah-masalah mengenal dan menghentikan pikiran tersebut dengan pikiran yang positif. Hal ini berarti bahwa Konseling rasional emotif memiliki pengaruh terhadap rasa kurang percaya diri siswa.
2.    Rokhyani, Esty. (2009). Berdasarkan teori konseling rasional emotif, kecemasan ditimbulkan oleh pikiran-pikiran irrasional atau dengan kata lain merupakan akibat yang bersumber atau berakar dari sistem kenyakinan yang salah atau irrasional.. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa konseling rasional emotif dengan teknik relaksasi efektif mengatasi kecemasan.

I.     Kelemahan dan Kelebihan
1.    Kelemahan
a.    Terlalu konfrontatif serta mengabaikan "masa lalu“ klien.
b.    Kurangnya pengakuan terhadap perasaan (emosi) yang merupakan faktor yang sangat dominan dalam kehidupan manusia, yang tidak mudah untuk mengalami perubahan jika dibandingkan dengan pengubahan tindakan dan cara berpikir.
c.    Melibatkan tugas-tugas yang banyak dan rumit sehingga memerlukan dukungan dan partispasinya klien dan keluarganya.
d.   Klien harus rajin dan melakukan banyak laporan pekerjaan rumah.
e.    Klien dengan kapasitas intelektual yang lebih rendah mungkin memerlukan waktu yang lebih banyak.
2.    Kelebihan
a.    Dapat mengubah keyakinan irasional (irrational beliefs) dengan cara menentang (dispute) pola pemikiran yang salah dan negatif
b.    Berfokus pada bagaimana individu menafsirkan dan bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c.    Mengajarkan klien cara untuk melakukan terapi sendiri tanpa tergantung pada konselor (Metode belajar aktif)
d.   Memiliki strategi intervensi yang lengkap, mencakup teknik kognitif, emotif dan behavioral (kombinasi)
e.    Menyakinkan klien bahwa pola pikir yang baru akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik

J.    Sumber Rujukan
Capuzzi, D. & Gross, D.R. 2007. Counseling and Psychotherapy: Theories and Interventions. Upper Saddle River, New Jersey: Perason Prentice-Hall.
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Seligman, L. 2006. Theories of Counseling and Psychoterapy. Columbus, Ohio: Person Merril Prentice Hall.
Sharf, R.S. 2004. Theories of Psychotherapies and Counseling: Concept and Cases. Pacivic Grove, CA: Brooks/Cole.
Rokhyani, Esty. 2009, Efektifitas Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik
Relaksasi untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian ( jurnal )
Yuniarti, Yesi dan Indah P, Titin. 2009, Penggunaan Konseling Rasional Emotif
Untuk Meningkatkan Rasa percaya Diri Siswa ( jurnal )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar