TEORI
PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF BEHAVIOR THERAPY
RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono,
M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN KONSELING
NOVEMBER
2013
A. Nama Pendekatan
Nama pendekatan adalah Rational Emotive Behavior Therapy. Namun memiliki nama lain, antara lain : Rational Therapy, Rational Emotive Therapy, Rasional Emotif Behavior.
B. Sejarah Perkembangan
Rational Emotive
Behavior (REBT) diciptakan
dan dikembangkan oleh Albert Ellis 1955,
seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani,
Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Awalnya, pendekatan ini disebut Rational Therapy
(RT) karena Ellis ingin menekankan rasional dan fitur
kognitif. Dalam melakukannya, Ellis menunjukkan pengaruh filosofis
pada pemikirannya.
Pada 1961, ia
berubah nama menjadi Rational
Emotive Therapy untuk
menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak mengabaikan emosi, lebih dari 50 tahun
keberadaannya, terapi ini telah berhasil diterapkan untuk perorangan, kelompok,
perkawinan, dan terapi keluarga untuk beragam masalah.
Lebih
dari 30 tahun kemudian (tahun 1993) Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rational Emotive Behavior untuk menunjukkan bahwa pendekatan ini tidak mengabaikan perilaku.
Teori REBT dari Ellis merupakan filsafat irasional yang diekspresikan lewat
beberapa tingkah laku dalam bentuk tingkah laku emosional neurotik. Manusia
dapat menyusun kembali pemikiran rasionalnya, yang diikuti selanjutnya dengan
pola tingkah laku.
C. Hakikat Manusia
Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan
bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
berpikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi,
interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.
Secara ringkas, Ellis mengatakan ada tiga keyakinan
irasional:
1. “saya
harus mempunyai kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak
berguna”.
2. “orang
lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita.”
3. “kenyataan
harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa.”
D. Perkembangan Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
Kerangka ABC merupakan pusat REBT teori dan praktek. Model ini menyediakan
alat yang berguna untuk memahami perasaan klien, pengalaman, peristiwa, dan
perilaku. ABC
yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).
a. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa
luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
b. Belief (B) yaitu keyakinan,
pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief
atau iB).
c. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi
emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau
hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent
event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang
rB maupun yang iB.
d. Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1) Detecting irrational beliefs
Konselor
menemukan keyakinan klien yang irasional dan membantu klien untuk menemukan
keyakinan irasionalnya melalui persepsinya sendiri.
2) Discriminating irrational beliefs
Biasanya
keyakinan irasional diungkapkan dengan kata-kata: “harus”, pokoknya atau
tuntutan-tuntutan lain yang tidak realistik. Membantu klien untuk mengetahui
mana keyakinan yang rasional dan irasional.
3) Debating irrational beliefs
Beberapa
strategi yang dapat digunakan:
a. The
lecture (mini-lecture), memberikan penjelasan.
b. Socratic
debate, mengajak klien untuk beradu argumen.
c. Humor,
creativity seperti: cerita
d. Self-disclosure:
keterbukaan konselor tentang dirinya (kisah konselor, dl)
2. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
a. Pribadi
Sehat
Rumusan pribadi sehat menurut REBT
adalah jika individu mampu menggunakan kemampuan berfikir rasionalnya untuk
memecahkan dan menghadapi satu masalah.
b. Pribadi
Bermasalah
Rumusan pribadi tidak sehat dalam
pendekatan konseling rasional emotif adalah merupakan tingkah laku yang
didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Ciri-ciri berpikir irasional :
Tidak dapat dibuktikan, menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan,
kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu dan menghalangi individu
untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
E. Hakikat Konseling
Konseling
rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan
sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam
batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Karakteristik
Proses Konseling Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif,
artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial,
artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien
dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial,
artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek
emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik,
artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan
mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
F.
Kondisi
Pengubahan
1. Tujuan
Therapy menurut
Ellis (dalam Corey, 2009: 279) adalah a) membantu konseli dalam proses mencapai
unconditional self-acceptance dan unconditional other acceptance, dan b) melihat bagaimana kedua hal itu
saling berkaitan.
Sedangkan menurut Ellis (dalam Sharf, 2012: 339) tujuan umum Rational
Emotive Behavior Therapy adalah
membantu konseli dalam meminimalisir gangguang emosi, menurunkan self-defeating self-behaviors, dan
membantu konseli lebih mengaktualisasikan diri sehingga mereka bisa menuju ke
kehidupan yang bahagia. Sedangkan tujuan khususnya adalah membantu konseli
berpikir lebih bersih dan rasional, memiliki perasaan yang lebih layak, dan
bertindak efisien dan efektif dalam mencapai tujuan hidup yang bahagia.
2. Sikap,
Peran, dan Tugas Konselor
a. Menjelaskan
bahwa konseli mengadopsi pikiran irrasional
b. Menyadarkan
konseli bahwa ia memelihara gangguan emosi secara aktif dengan terus menerus
berfikir secara logis dan tidak realistis
c. Menyedarkan
konseli bahwa ia bertanggung jawab terhadap gangguan emosi yang dialami
d. Membantu
klien mengubah pikiran irrasional dan mengganti pikiran tersebut dengan yang
rasional
e. Membantu
konseli untuk mengembangkan falsafah hidup rasional sehingga pada masa depan ia
dapat menghindari menjadi korban pikiran irrasional
3. Sikap,
Peran, dan Tugas Konseli
a. Aktif
terlibat dalam konseling dalam menemukan pikiran tidak rasional dan
menggantinya dengan pikiran rasional
b. Aktif
diluar konseling dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan rumah bagi pemecahan
masalah dan perubahan emosi dan perilaku yang merusak diri.
4. Situasi
Hubungan
Hubungan konseling yang ditandai
dengan ketulusan, pemahaman, dan penghargaan positif penting bagi pencapaian
tujuan konseling tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkahlaku
bagi konseling. Dalam hal ini diperlukan teknik-teknik konseling untuk membantu
konseli mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan yang produktif bagi
pengembangan dirinya secara optimal
G. Mekanisme Pengubahan
1. Tahap-Tahap
Konseling
a.
Tahap pembinaan hubungan/ Relation Building
Hubungan baik-good
rapport antara konselor dan konseli memang merupakan suatu prasyarat dalam
konseling. Untuk dapat menciptakan hubungan baik, konselor perlu: menerapkan
sikap dasar, menciptakan suasana pendukung, membuka sesi pertama atau perbincangan
awal.
b.
Tahap Kognitif / pengelolaan pemikiran
dan pandangan
Tahap ini secara konsekuensial peran konselor adalah: 1.
mengidentifikasi, menerangkan, dan menunjukkan masalah (A-B-C) yang dihadapi
konseli dengan keyakinan irasionalnya, 2. Mengajar dan memberikan informasi
(tentang teori A-B-C), 3. Mendiskusikan masalah (menunjukkan arah perubahan,
dari Bir ke Br yang hendak dicapai dalam konseling), 4. Menerapkan
berbagai teknik debate dan dispute.
c.
Tahap pengelolaan emotif dan afektif
Konselor
memusatkan perhatiannya pada “menggarap emosi atau afeksi” konseli sebagai
kondisi pendukung kemantapan perubahan Bir ke Br. Dalam tahap ini konselor
adalah: (1) Meminta kesepakatan penuh kepada konseli atas arah perubahan dan
“perubahan-perubahan kecil” yang telah terjadi pada konseli., (2) Memelihara suasana konseling bisa dengan teknik humor,
(3) Melaksanakan teknik-teknik relaksasi.
d.
Tahap pengelolaan tingkah laku / Behavior
Jika konseli telah memberikan isyarat bahwa ia: (1)
Sepakat atas arah perubahan, (2) Ada pernyataan telah terjadi sejumlah
perubahan kognitif maupun afektif sekalipun kecil. (3) Sikap emosional dihadapkan pada perubahan perilaku,
maka konselor siap masuk pada tahap pengelolaan perilaku tampak konseli.
Pada tahap ini konselor: (1) Menganjurkan klien untuk
berbuat dan memberikan masukan, (2) menunjukkan contoh perilaku cocok, pantas,
atau teknik modeling, serta mengajak konseli mengikuti contoh, (3) Mengajak
konseli dalam latihan-latihan keasertifan, (4) Mengajak dan “menuntun” konseli
dalam merumuskan kalimat-kalimat rasional.
2. Teknik-Teknik
Konseling
a. Teknik
Kognitif
1) Diskusi
2) Tugas-tugas
pekerjaan rumah
3) Bacaan
terarah
4) Dialog
Sokrates
5) Pengubahan
pernyataan konseli
6) Penggunaan
humor
7) Penentangan
pragmatis
b. Teknik-teknik
Emotif
1) Pembayangan
rasional emotif
(pembayangan
peristiwa saat ini dan akibat yg ditimbulkannya)*
2) Permainan
peran
3) Latihan
penanganan rasa malu
4) Pembayangan
masa depan
(membayangkan
kejadian masa depan terjadi saat ini)*
c. Teknik-teknik
Behavioral
1. Penguatan
2. Desentisisasi
sistematik
(mengurangi
kepekaan konseli pada pikiran irrasional)*
3. Relaksasi
4. Pemberian
model
5. Pelatihan
keterampilan
6. Pelatihan
asertivitas
(latihan
kelugasan apa adanya tanpa agresifitas)*
H. Hasil-Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian mengenai
penerapan pendekatan Rasional Emotif Behavior Terapi ini adalah sebagai berikut
:
1.
Yuniarti, Yesi dan Indah P,
Titin. (2009), Pada Konseling kelompok Rasional emotif untuk meningkatkan
percaya diri siswa, Siswa diajarkan untuk memahami bahwa masalah-masalah
mengenal dan menghentikan pikiran tersebut dengan pikiran yang positif. Hal
ini berarti bahwa Konseling rasional emotif memiliki pengaruh terhadap rasa
kurang percaya diri siswa.
2.
Rokhyani,
Esty. (2009). Berdasarkan teori konseling rasional emotif,
kecemasan ditimbulkan oleh pikiran-pikiran irrasional atau dengan kata lain
merupakan akibat yang bersumber atau berakar dari sistem kenyakinan yang salah
atau irrasional.. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa konseling rasional
emotif dengan teknik relaksasi efektif mengatasi kecemasan.
I.
Kelemahan
dan Kelebihan
1. Kelemahan
a. Terlalu
konfrontatif serta mengabaikan "masa lalu“ klien.
b. Kurangnya pengakuan terhadap perasaan (emosi) yang merupakan
faktor yang sangat dominan dalam kehidupan manusia, yang tidak mudah untuk
mengalami perubahan jika dibandingkan dengan pengubahan tindakan dan cara
berpikir.
c. Melibatkan tugas-tugas yang banyak dan rumit sehingga memerlukan
dukungan dan partispasinya klien dan keluarganya.
d. Klien harus rajin dan melakukan banyak laporan pekerjaan rumah.
e. Klien dengan kapasitas intelektual yang lebih rendah mungkin
memerlukan waktu yang lebih banyak.
2. Kelebihan
a. Dapat mengubah keyakinan irasional (irrational beliefs)
dengan cara menentang (dispute) pola pemikiran yang salah dan negatif
b. Berfokus
pada bagaimana individu menafsirkan dan bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c. Mengajarkan
klien cara untuk melakukan terapi sendiri tanpa tergantung pada konselor (Metode belajar aktif)
d. Memiliki strategi intervensi yang lengkap, mencakup teknik
kognitif, emotif dan behavioral (kombinasi)
e. Menyakinkan klien bahwa pola pikir yang baru akan menghasilkan
kehidupan yang lebih baik
J.
Sumber
Rujukan
Capuzzi, D. & Gross, D.R. 2007.
Counseling and Psychotherapy: Theories and Interventions. Upper Saddle River,
New Jersey: Perason Prentice-Hall.
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and
Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Seligman, L. 2006. Theories of
Counseling and Psychoterapy. Columbus, Ohio: Person Merril Prentice Hall.
Sharf, R.S. 2004. Theories of
Psychotherapies and Counseling: Concept and Cases. Pacivic Grove, CA: Brooks/Cole.
Rokhyani, Esty. 2009, Efektifitas
Konseling Rasional Emotif Dengan Teknik
Relaksasi untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan
Menghadapi Ujian (
jurnal )
Yuniarti, Yesi dan Indah P, Titin. 2009, Penggunaan Konseling Rasional Emotif
Untuk
Meningkatkan Rasa percaya Diri Siswa ( jurnal )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar