TAHAP MELIBATKAN DIRI DALAM KEHIDUPAN LAPANGAN
Berbeda dengan apa yang telah dibicarakan di sub bab 1, disini penelitian
kualitatif dengna berbekal propopsal ‘syah’ secara akademik memasuki kancah
untuk melakukan penelitian. Dengan berbekal ‘modal akses’ yang dimukakan materi
sebelumnya, peneliti segera memasuki lapangan penelitian. Pertanyaan penting
yang dibawa peneliti masuk kancah atau lapangan adalah ‘ Apa yang sedang
terjadi?’ sesuai dengan rumusan masalah, pertanyaan bisa berlanjut ‘Bagaimana
kejadian itu’, lalu ‘Mengapa terjadi demikian?’. Untuk menjawab pertanyaan
itulah peneliti melakukan partisipasi sambil mengobservasi. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang interpretif, yang di dalamnya peneliti
terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para
partisipan.
A.
Partisipasi (dan
Observasi) Naturalistik di Lapangan
Penekanan pada kata ‘partisipasi’, mengacu pada
keterlibatan peneliti di dalam proses-proses yang diamatinya. Sebagaimana
dijelaskan cukup terinci di belakang, partisipasi aktor peneliti di dalam
aktivitas natural aktor terteliti adalah menyatu dengan observasi. Tingkat
partisipasi atau keterlibatan dimaksud terentang dari patisipasi penuh (complete), aktif (active), menengah (moderate),
pasif (passive), sampai
nonpartisipasif. Tingkat partisipasi ini bukanlah posisi yang semena-mena
terjadi di lapangan, melainkan sudah direncanakan suatu pilihan posisi
sebelumnya beserta alasannya, hal mana tertuang eksplisit dalam proposal
penelitian.
Pada umumnya dipercaya bahwa seakin tinggi tingkat
keterlibatan peneliti dalam aktivitas aktor terteliti maka semakin besar
peluang baiknya kualitas data. Akan tetapi, pilihan itu bergantung pula pada
substansi yang diteliti. Tingkat keterlibatan dimaksud juga tidaklah selalu
menjadi jaminan, sebab kecermatan data dalam riset kualitatif juga banyak
ditentukan oleh kualitas peneliti sebagai instrumen dalam menjalin hubungan
partisipasif sehingga aktor terteliti tetap mengekspresikan sifat alamiahnya.
Soal penting kalau peneliti memilih berpartisipasi dengan aktor terteliti,
karena itu adalah jalinan keakraban atau perkenalan peneliti dan aktor
terteliti harus tetap terjaga agarkeberadaannya, tampilannya, dan
komunikasinya, senantiasa dalam kualitas yang fasilitatif bagi terpeliharanya
terpeliharanya sifat naturalistik peristiwa yang diteliti. Faktor lainyang
menentukan kualitas data adalah keterampilan kognitif peneliti dalam membedakan
mana fenomena selaku data dan mana yang bukan.
Sejalan dengan partisipasi itu peneliti (khususnya pada
subjek manusia) hampir selalu didukung dengan interviu tidak terstruktur atau
interviu mendalam (in-depts interview)
bersama aktor terteliti. Bahkan ada pandangan bahwa interviu adalah bagian saja dari observasi. Oleh karena itu, interviu sering
kurang menonjol dalam judul pembahasan teknik riset kualitatif, terutama pada
bahasan khusus observasi pertisipatif. Tapi dalam konteks praktis riset
terhadap subjek manusia diyakini bahwa interviu mendalam memiliki kedudukan
penting dalam observasi partisipatif. Maksud pertisipatif dan penggabungan data
dan memburu makna seotentik dan secermat mungkin.
Perlu ditegaskan di sini bahwa dalam penelitian
kualitatif terhadap subjek manusia pada latar natural terutama perlu di
perhatikan sebagai berikut:
1. Pemilihan posisi
dari segi tingkat partisipasi peneliti di lapangan ditetapkan sebelumnya, dan
itu tertulis dalam proposal penelitian
2. Penyiapan diri
peneliti selaku instrumen dan senantiasa melakukan penilikan-diri dalam
keterlibatannya dengan aktor terteliti adalah penting bagi keotentikan dan
kecermatan data.
3. Penggabungan
observasi berpartisipasi dengan interviu, yang dilakukan secara cermat (tepat
sasaran dan tepat waktu) dapat menjamin keotentikan dan kecermatan data.
B.
Analisis di Lapangan
Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan namum dalam pembahasan ini
difokuskan proses analisis data di lapangan. Nasution (1988) dalam sugiyono
(2010) menyatakan “ Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan
hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya
sampai jika mungkin, teori yang grounded”.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses
dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an ongoing activity
that occurs throughout the investigative process rather than after process.
Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Peneliti kualitatif yang melakukan pengumpulan data
sekaligus juga melakukan analisis data di lapangan. Ini akan dijelaskan lebih
terinci pada naskah lain, kelanjutan naskah ini. Analisis di lapangan adalah
seperangkat aktivitas merefleksikan fakta, dari data kongkret pada fenomena
yang diamati atau hasil interviu, direfleksikan artinya ke tinngkat yang agak
abstrak. Dari kejadian kongkret menjadi term, konsep atau konstruk khas suatu
bidang ilmu, dari term menjadi konsep agak abstrak. Secara umum, proses ini
sama persis sifat dan isinya dengan teknik komunikasi klarifikasi, refleksi
perasaan, dan teknik interpretasi dalam interviu konseling. Hanya
pelaksanaannya dalam riset kualitatif, refleksi data tidak harus dikatakan oleh
oleh peneliti hadapan aktor terteliti. Hal penting disini adalah perefleksian
data dimaksud dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan ciri konteks
(dalam peristiwa dan situasi bagaimana data itu muncul), intensi(dengan maksud
subjek yang mengekspresikannya) dan proses (bahwa data itu dilatarbelakangi hal
tertentu dan berkaitan dengan hal-hal lain saat itu dan sesudahnya).
Aktivitas pengumpulan data pada riset kualitatif
dibarengi dengan penarikan refleksi arti atau makna dari peristiwa atau data.
Proses perefleksian dimaksud bersifat maju-berkelanjutan, kontinyu dan
progresif, berdasarkan pertanyaan ‘Apa yang sedang terjadi’, mungkin berawal
dari suatu peristiwa kecil
yang
unik, yang direfleksikan oleh peneliti arti atau maknanya (sebagai ‘hipotesis’
sementara). Berangkat dari ‘hipotesis’ ini, peneliti itu melacak data lebih
lanjut untuk mengujinya dan jika ternyata keliru dilakukan penyusunan
‘hipotesis lain’, melacak data untuk direfleksikan arti atau makna dari data
yang sedang berlangsung dan direkam. Oleh karena itu, beberapa peneliti
kualitatif menyebut aktivitas ini sebagai proses ‘memburu makna’. Mahasiswa
bimbingan konseling atau psikoterapi yang sudah menghayati proses berpikirnya
selaku konselor atau terapis dalam konseling atau interviu akan mudah sekali
memahami uraian di atas ini. Interviu konseling (termasuk didalamnya,
pengamatan terhadap tingkah laku klien) pada hakekatnya adalah ‘proses
penelitian kualitatif, upaya konselor memahami masalah klien, bahkan upaya
memahami pemahaman klien.
Hal penting lainnya adalah
pencatatan temuan lapangan secara sistematis dan sesegera mungkin. Setiap
peristiwa yang dipandang sebagai data dari fenomena yang diteliti direkam dalam
buku “Buku Catatan Kancah’, atau dalam format-format yang sudah disiapkan
sebelumnya. Semua fenomena yang dipandang sebagai data dicatat secara cermat di
dalam ‘ Buku Catatan Kancah’, dengan pemberian spesifikasi secara tegas
mengenai konteks,intensi, dan proses kejadian. Beberapa data khusus, menonjol,
situasi tertentu, dan mungkin dengan penekanan pada refleksi lebih abstrak dari isi ‘Buku Catatan Kancah’, dicatat dalam
format-format. Ini dilengkapi dengan kodefikasi atas data atau refleksi yang
dibuat.
Anjuran di atas ini juga berlaku dalam penelitian
kualitatif yang memanfaatkan alat-alat perekaman data, misalnya rekaman suara, audio-visual atau kamera foto. Data
dalam rekaman suara (audio tape-recorder)
harus segera dicatat ulang secara tertulis. Gambar bergerak dalam rekaman audio-visual atau gambar rekaman kamera
foto juga perlu dideskripsikan berupa pernyataan-pernyataan verbal hasil
interpretasi. Semuanya dicatat dalam format yang sesuai yang sudah disiapkan.
Ringkasnya, dalam analisis lapangan aktivitas penting
melibatkan fokus perhatian khusus penelitian akan hal-hal berikut:
1. Proses Induktif dan
emic view menjadi ciri esensial
pengumpulan data dan analisis data di lapangan. Berangkat dari peristiwa kecil
dilakukan perefleksian arti data secara abstrak.
2. Berangkat dari
pertanyaan ‘Apa yang sedang terjadi’, lalu pertanyaan ‘Bagaimana terjadinya’,
proses ‘memburu makna’ bersifat maju berkelanjutan, dan jika perlu dan
memungkinkan, dilapangan pun sudah boleh dilakukan analisis data untuk
disimpulkan atau dicanangkan jawaban sementara atas pertanyaan ‘Mengapa terjadi
demikian’.
3. Catatan sistematis
dan segera yang dilakukan dalam aktivitas pengumpulan data dan analisis data
lapangan adalah mutlak disertai keterangan mengenai konteks, intensi, dan
proses kemunculan suatu peristiwa.
C.
Model Spradley Analisis Selama Dilapangan
Spradley
membagi analisis data dalam penelitian,
berdasarkan tahapan dalam penelitian kualitatif. Tahapan penelitian kualitatif
menurut spradley ditunjukkan pada gambar 1 berikut:
12.Menulis Laporan Penelitian Kualitatif
11.Temuan Budaya
10.Melakukan Analisis Tema
9.Melakukan
Analisis
Komponensial
8.Melakukan
Observasi Terseleksi
7.Melaksanakan
Analaisis Taksonomi
6.Melakukan
Observasi Terfokus
5.Melakukan
Analisis Domain
4.Melakukan
ObservasiDeskriptif
3.Mencatat
Hasil Observasi dan Wawancara
2.Melaksanakan
Observasi Partisipan
1.Memilih Situasi
Sosial (Place, Actor, Activity)
Berdasarkan
gambar tersebut dapat terlihat bahwa, proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan
seseorang informan kunci “key informan”
yang merupakan informan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti
untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukanwawancara kepada
informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Selanjutnya, perhatian
peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif,
dilanjutkan dengan anlisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil analisis
dari wawancara selanjutnya peneliti akan melakukan analisis doamain. Pada
langkah ketujuh peneliti sudah menentukan fokus, dan melakukan analisis
taksonomi. Berdasarkan hasil analisis taksonomi selanjutnya peneliti mengajukan
pertanyaan kontras yang dilanjutkan dengan analisis komponensial. Hasil dari
analisis komponensial, selanjutnya peneliti menemukan tema-tema budaya.
Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan.
Jadi
proses penelitian berangkat dari yang luas, kemudian memfokuskan. Terdapat
tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu
analisis domain, analisis taksonomi, analisis kmponensial dan analisis tema
budaya.
1.
Analisis Domain
Adalah
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek atau penelitian atau
situasi sosial. Ditemukan berbagai doamain atau katagori. Diperoleh dengan
pertanyaan grand atau minitour. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai
pijakan untuk penelitian selanjutnya.
2.
Analisis
Taksonomi
Analisis
terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah
ditetapkan. Dengan demikian domain yang telah ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti. Hasil analisis
dapat disajikan dalam berbagai bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul.
3.
Analisis
Komponensial
Mencari
cirri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar
elemen. Dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan
yang mengkontraskan.
4.
Analisis Tema
Budaya
Mencari
hubungan di antar domain dan bagiamana hubungan dengan keseluruhan dan
selanjutnya dinyatakan ke dalam tema atau judul.
Gambar 2. Macam Analisi Data Kualitatif Spradley
D.
Model
Miles dan Huberrman Analisis Selama Dilapangan
Secara umum Miles dan
Huberrman membuatan gambaran seperti pada gambar berikut. Beranggapan bahwa
analisis terdiri dan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Reduksi
Data, Reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan
tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data, berlangsung
terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.
Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, antisipasi ákan adanya
reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali tanpa disadari
sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian,
dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan
data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan,
mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo).
Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Penyajian
Data, Alur penting
yang kedua dan kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan Huberman
membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka
penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dati
alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Dengan melihat
penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah mengambil tindakan
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.
Dalam pelaksanaan
penelitian Miles dan Huberman yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.
Penyajian-penyajian yang diamksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian
seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis
yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin
berguna.
Menarik Kesimpulan/ Verifikasi, Kegiatan
analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari
permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti
benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang
mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi. Peneliti yang berkompeten akan
menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis,
tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam
istilah kiasik dan Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih
rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak
muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan -kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan
tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah
dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah
melanjutkannya “secara induktif”.
Penarikan kesimpulan,
dalam pandangan Miles dan Huberman, hanyalah sebagian dan satu kegiatan dan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang
pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan
tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat
untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif,” atau juga upaya-upaya yang
luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakañ validitasnya. Jika tidak
demikian, yang dimiliki adalah cita-citá yang menarik mengenai sesuatu yang
terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.
Komponen-Komponen
Analisis Data Model Interaktif
Menurut Diagram hubungan antar
komponen model interaktif, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan
sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.
Proses seperti tersebut
sesungguhnya tidak lebih rumit, berbicara secara konseptual, daripada
jenis-jenis analisis yang digunakan oleh para peneliti kuantitatif. Peneliti
kualitatif pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data (menghitung mean,
standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi, cetakan angka-angka
regresi), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat signifikansi, perbedaan
eksperimental/ kontrot). Soalnya ialah bahwa kegiatan itu dilakukan melalui
batasan-batasan yang jelas, metode yang sudah dikenal, patokan-patokan yang
memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa peristiwa berturutan jika
dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi lain, para
peneliti kualitatif nenempati posisi yang lebih bersifat longgar, dan juga
lebih bersifat perintis.
Rujukan
Creswell, John W. 2012.
Research Design; Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixied. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Mappiare AT, Andi.
2009. Dasar-Dasar Metodologi Riset
Kualitatif; Untuk Ilmu Sosial dan Profesi. Malang: Jenggala Pustaka Utama
dan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Rahmat, Pupu Saeful.
2009. Penelitian Kualitatif. Journal
Equilibrium, Volume 5, No.9, Januari-Juni 2009: 1-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar