BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah
karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan
sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup
rentang waktu yang lebih panjang daripada pilihan okupasional (occupational
choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan
sekolah dan jurusan.
Bimbingan
karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di
sekolah-sekolah dan juga suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap
individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal
dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan
dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil
suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan
keadaan dirinya. Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari
pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup.
Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang daripada pilihan okupasional
(occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti
pilihan sekolah dan jurusan.
Di
era globalisasi seperti saat ini bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi
semua orang khususnya bagi para peserta didik. Contohnya, sering kali para
siswa kebingungan dalam memilih suatu jurusan di SMA, penyebabnya tidak lain
karena ia tidak paham betul dengan minat dan potensi yang ia miliki. Selain itu
faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu
keputusan karir. Misalnya, seorang siswa sering merasa dirinya salah dalam
memilih suatu jurusan. Hal tersebut disebabkan karena ia ikut-ikutan sama
teman-temannya dalam memilih jurusan dan juga bisa karena dorongan dari orang
tuanya. Untuk mengetahui bagaimana karir itu terjadi dan bagaimana karir itu
berkembang maka diperlukanlah pemahaman terhadap teori karir. Salah satu teori
tentang karir adalah Teori perkembangan Karir Ginzberg.
Berdasarkan
asumsi terhadap masalah tersebut, jelaslah sudah bahwa bimbingan karir
sangatlah diperlukan bagi semua orang agar tidak kebingungan dalam mengambil
keputusan karir. Untuk itulah kami membahas salah satu teori perkembangan karir
dari Ginzberg ini, karena kami anggap teori ini sangatlah penting dalam
perkembangan karir seseorang. Lebih lanjut akan kami bahas secara riil dalam
pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep pokok teori perkambangan karier menurut Ginzberg?
2. Apa
saja unsur-unsur teori perkembangan karier Ginzberg?
3. Bagaimana
proses pemilhan karier terjadi menurut teori perkembangan karier Ginberg?
4. Apa
saja karakteristik teori perkembangan karier Ginzberg?
5. Implikasi
teori perkembangan karier Ginzberg dalam Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan
masalah yang disampaikan, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui
konsep pokok teori perkambangan karier menurut Ginzberg
2. Mengetahui
unsur-unsur teori perkembangan karier Ginzberg
3. Mengetahui
proses pemilhan karier terjadi menurut teori perkembangan karier Ginberg
4. Mengetahui
karakteristik teori perkembangan karier Ginzberg
5. Mengetahui
Implikasi teori perkembangan karier Ginzberg dalam Bimbingan dan Konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pokok Teori
Pokok
yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya adalah didasari
atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia.
Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg
dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu proses (bahwa pilihan
pekerjaan itu merupakan suatu proses), irreversibilitas (bahwa
pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), kompromi
(bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang main
yaitu minat, kemampuan, dan nilai), dan optimisasi yang merupakan
penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
B. Konsep
Dasar Teori Ginzberg
Teori
perkembanagn karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan
hasil kerjasama suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan
terhadap pemilihan karir. Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang
ahli ekonomi, S. Ginzburg yang seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang
sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang psikolog. E. Ginzberg, S.
Ginzburg, S. Axelrad, dan J. Herma memulai penelitian pada tahun 1951 dengan
maksud mengembangkan suatu konsepsi tentang pilihan jabatan sebagai bagian dari
suatu studi tentang dunia kerja. Kelompok ini memandang masalah pilihan jabatan
dari sudut perkembangan orang muda. Menurut pandangan kelompok Ginzberg ini
pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu
proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara enam sampai lima belas
tahun. Teori perkembangan karir (development career choice theory) dari
Eli Ginzberg et. al. yang mengatakan bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap
pemilihan karir: fantasi, tentative dan relistis (Ginzberg, 1972 ;
Ginzberg dkk., 1951). Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar”,
anak kecil mungkin menjawab “dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang
film”, “bintang olahraga” atau sejumlah pekerjaan lainnya. Pada saat
masih kecil, masa depan terkesan dapat memberikan jutaan kesempatan. Ginzberg
berargumentasi bahwa hingga usia 10 tahun seorang anak masih dalam tahap
fantasi dari pemilihan karir. Dari umur 11 hingga 18 tahun, remaja ada dalam
tahap tentative dari perkembangan karir, sebuah transisi dari tahap pengambilan
keputusan realistis dari masa dewasa muda. Ginzberg percaya bahwa kemajuan
remaja terlihat mulai dari mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) lalu
mengevaluasi kemampuan mereka (13 hingga 14 tahun) sampai mengevaluasi nilai
mereka (15 hingga 16 tahun) dan sampai bertanggung jawab serta menyadari
keputusan ( 17 hingga 18 tahun ). Pemikiran berubah dari yang kurang subyektif
hingga pemilihan karir yang lebih realistis pada usia 18 tahun. Ginzberg
menyebut usia 18 tahun hingga awal 20-an sebagai tahap realistis dalam
pemilihan karir. Selama masa ini, tiap orang secara ekstentif mencoba karir yang
mungkin, lalu memfokuskan diri pada satu bidang, dan akhirnya memilih pekerjaan
tertentu dalam karir tersebut (seperti menjadi dokter umum, atau ahli bedah
ottopedik, dalam karir kedokteran).
Dalam
mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik sejumlah
sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri
dari laki-laki yang berasal dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan,
dari keluarga Protestan atau Katolik, yang tingkat pendidikanya berkisar dari
kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat
terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara
terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik
minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin
tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan
dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang
diwakili oleh sampel yang disebutkan. Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa
pilihan okupasional merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup
kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11
tahun dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa. Pengambilan keputusan
karir berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan
realistik.
Pokok
yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya didasari atas
pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia.
Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg
dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu: proses (bahwa pilihan pekerjaan
itu merupakan suatu proses); irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan
itu tidak bisa diubah atau dibalik); kompromi (bahwa pilihan pekerjaan
itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang terlibat yaitu minat,
kemampuan, dan nilai); dan optimalisasi yang merupakan penyempurnaan
teori (individu yang mencari kecocokan kerja)
C. Unsur-Unsur
Teori Ginzberg
Perkembangan
karir terikat pada tiga unsur, yaitu proses, irreversibilitas, dan kompromi serta
optimalisasi (Gibson dan Mitchell, 1995). Dari unsur proses yang
berpendapat bahwa pilihan terhadap pekerjaan itu merupakan suatu proses,
sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan bahwa pilihan
pekerjaan itu tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang kompromi
menyatakan bahwa pilihan pekerjaan merupakan kompromi dari faktor-faktor
yang ada, antara kepentingan subyek dengan kepentingan nilai, minat, dan
kemampuan. Setelah direvisi pada tahun 1970, proses yang semula berakhir pada
awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak
demikian halnya tetapi berlangsung terus menerus. Mengenai irreversibilitas,
adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat
menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun mempengaruhi
kariernya. Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam
pilihan pekerjaannya. Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai
hasil temuan-temuan riset. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa
dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan
peristiwa sekali saja. Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan
teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan yang paling baik
antara minatnya yang terus mengalami perubahan,tujuan-tujuannya, dan keadaan
yang juga terus berubah. Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur
hidup.
D. Proses Pemilihan Karier
Menurut
Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna (1951), perkembangan dalam pemilihan
pekerjaan mencakup tiga tahapan utama yaitu fantasy, tentatif, dan realistik.
Dua tahap daripadanya, yaitu masa tentatif dan realistik masing-masing
dibagi lagi menjadi beberaa tahap. Masa tentatif meliputi empat tahap
yaitu minat, kapasitas, nilai, dan transisi. Sedangkan masa realistik
terdiri dari tahap eksplorasi, kristalisasi, dan spesifikasi.
Pembahasan lebih lengkap mengenai masa-masa pemilihan pekerjaan diuraikan di
bawah ini.
1.
Masa Fantasy
Masa
ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau
12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih
bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang
masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada dan hanya berdasarkan
pada kesan dan khayalan belaka. Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari
atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan semata, dan diperolehnya
dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan kerjanya. Anak seperti
ini percaya bahwa dia bisa menjadi apa saja berdasarkan kesan yang timbul pada
orang-orang yang bekerja disekitarnya.
Menurut
Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi
berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas
tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang
menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja. Atau dengan kata lain selama
periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja
dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu. Umpamanya
anak umur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi
dokter karena dokter itu bermobil mewah dan penghasilannya besar dari praktek
swasta. Anak seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini
berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan
lingkungan kerjanya
2.
Masa Tentatif
Pada
masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan. Mula-mula
pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat
saja tanpa pertimbangan apapun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak dipertimbangkan.
Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak mulai memikirkan dan bertanya
kepada dirinya sendiri apakah dia memliki kemampuan (kapasitas)
melakukan pekerjaan yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan itu cocok dengan
minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar anak menyadari bahwa di dalam suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang itu mengandung sebuah kandungan nilai
yaitu nilai pribadi dan nilai kemasyarakatan, bahwa kegiatan yang satu lebih
mempunyai nilai daripada kegiatan lainnya.
Masa tentatif berlangsung mencakup anak usia lebih
kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SMP dan SMA.
Pada masa ini, pilihan pekerjaan seseorang mengalami perkembangan. Masa ini
oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari :
a.
Tahap Minat
Tahap minat terjadi pada usia 11-12 tahun. Individu membuat keputusan
yang lebih definitif tentang suka atau tidak suka. Individu cenderung melakukan
pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja.
Pertimbangan karier pun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat
individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan
tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi
perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada
dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan.
Keadaan ini disebut sebagai tahap kapasitas.
b.
Tahap
Kapasitas
Tahap kapasitas yaitu individu menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang
terkait dengan aspirasi vokasional. Tahap ini berlangsung antara pada usia
13-14 tahun yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan/kegiatan
didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga
pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat
dan kesukaannya.
c.
Tahap
Nilai
Tahap nilai yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang
gaya-gaya okupasional. Tahap ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap
dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh
individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai
tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi
maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan
serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat
mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.
d.
Tahap
Transisi
Tahap transisi berlangsung pada usia 17-18 tahun. Pada usia ini individu
menyadari keputusannya tentang pilihan karir serta tanggung jawab yang
menyertai karir tersebut. Individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan
yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat
direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap
pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat,
kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi
pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier
yang dipilih
3.
Masa Realistik
Pada
tahap relistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian
atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai
syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau
pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap
pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat,
kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan
direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame
vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan
atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka
(spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :
a.
Tahap
Eksplorasi
Tahap eksplorasi yaitu tahap dimana individu akan melakukan eksplorasi
(menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum
berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau
kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap
tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai
acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk
ke perguruan tinggi. Pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir
menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum menentu.
b.
Tahap
Kristalisasi
Tahap kristalisasi yaitu tahap
dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun
yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada
tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan
faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi
pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan
keputusan itu. Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen pada satu bidang karir
tertentu sudah terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo-crystallization”.
c.
Tahap
Spesifikasi
Tahap spesifikasi yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau
khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari
orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi
telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi
tugas-tugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier
dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi terjadi bila individu sudah memilih
suatu pekerjaan atau pelatihan profesi untuk karir tertentu.
Berdasarkan
tahap-tahap tersebut, setelah anak melakukan eksplorasi dan memadukan faktor-faktor
internal dan eksternal, selanjutnya anak memasuki fase kristaliasi dengan
mengambil keputusan, dan selanjutnya mengambil keputusan yang lebih spesifik.
Berdasarkan teori ini, maka semakin dewasa, proses pemilihan pekerjaan semakin
meningkat ke arah yang lebih realistik.
Dari
berbagai tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan
suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh
individu dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa
dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat,
pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam
karier atau pekerjaan (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu
mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas,
dan nilai ke dalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis.
Kelompok
Ginzberg mengakui adanya variasi individual dalam proses pembuatan keputusan
karir. Pola individual perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya
disebut “menyimpang”. Terdapat dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu:
a. Keterampilan
okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering menghasilkan
pola karir yang dini pula yang menyimpang dari perkembangan normal.
b. Timing
untuk tahap perkembangan realistis itu mungkin secara signifikan lebih lambat
datangnya sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu seperti instabilitas
emosi, berbagai masalah pribadi, dan kekayaan finansial.
Dari
penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang didasarkan
terutama pada pola penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan
okupasi. Pemilihan okupasi merupakan proses bertahap yang dinilai secara
subjektif oleh individu yang bersangkutan dalam sosiokulturalnya sejak masa
kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Pilihan okupasi itu dirumuskan selama
individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam penelitian
ini. Pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan lain yang
potensial dicoret.
Pada
awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses perkembangan pembuatan
keputusan okupasional itu tidak dapat diputar balik, yaitu bahwa individu tidak
dapat kembali secara kronologis ataupun psikologis ke masa lalu untuk mengubah
keputusannya. Konklusi ini kemudian dimodifikasi. Individu dapat mengubah
keputusannya tetapi tetap menekankan pentingnya pilihan yang dilakukan secara
dini dalam proses pembuatan keputusan karirnya.
Dalam
kaji ulang terhadap teorinya, Ginzberg (1984) menekankan kembali bahwa pilihan
okupasional merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang
mencari kepuasan dari kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa
menilai ulang bagaimana mereka dapat meningkatkan kecocokan antara perubahan
tujuan karirnya dengan realita dunia kerja.
Telah
terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama dari teori ini. O’Hara
dan Tiedeman (1959) menginvestigasi keempat tahap dari periode tentative (minat,
kapasitas, nilai, dan transisi) dan menemukan bahwa tahap-tahap itu
memang terjadi sesuai dengan urutan sebagaimana diteorikan, tetapi pada usia
yang lebih dini. Studi oleh Davis, Hagan, dan Strouf (1962) dan Hollender
(1967) cenderung mendukung konsep perkembangan vokasional, meskipun waktu dan
urutan tahap-tahap tersebut belum sepenuhnya didukung.
Konseptualisasi
perkembangan proses pembuatan keputusan karir tersebut sangat bertentangan
dengan pendekatan trait and faktor. Meskipun belum sepenuhnya teruji,
tetapi teori ini memberikan suatu deskripsi tentang suatu proses perkembangan
untuk pola perkembangan vokasional yang normal maupun menyimpang. Teori ini
lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori; artinya bahwa teori ini tidak
memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan
tentang proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan utama dari teori ini adalah
dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan
karir.
Diakhir
pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam
pilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan
minat dan tujuan-tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam
kehidupan seseorang. Konsep ini sebagai reaksi edukatif Ginzberg atas kelemaham
awal tentang batasan umur masa realistis dari teori yang dibangunnya. Sehingga
diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:92) menyatakan bahwa “pemilihan
pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup
bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan
mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat
lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan
dunia kerja”. (Ginzberg, 1984,180).
E. Karakteristik
Toeri Ginzberg
Periode
|
Usia
|
Karakteristik
|
Fantasi
|
Masa kanak-kanak 10 – 12 tahun
|
1.
Tahap awal
murni berorientasi pada bermain
2.
Menjelang
akhir tahap ini bermain menjadi orientasi kerja
|
Tentatif
|
Awal masa remaja (usia 11 – 18 tahun)
|
1.
Proses
transisi yang ditandai oleh pengenalan secara berangsur-angsur persyaratan
kerja
2.
Pengenalan
bakat, minat, kemampuan, imblan kerja, nilai dan persefektif waktu
|
Realistik
|
Pertengahan masa remaja ( usia 18 tahun sampai awal
masa dewasa)
|
1.
Perintegrasian
tugas dan minat
2.
Kelanjutan
perkembangan nilai-nilai
3.
Spesifikasi
pilihan okupasi
4.
Kristalisasi
pola-pola okupasi
|
F.
Implikasi Teori Terhadap Bimbingan
dan Konseling
Serangkaian penjelasan yang dikemukakan oleh Ginzberg di atas, hendaknya
dapat dijadikan acuan oleh guru pembimbing dalam senarai kegiatan mereka
sebagai fasilitator pendidikan. Bersumber pada pengorganisasian bimbingan
konseling di sekolah sebagai sistem yang bermuara pada layanan bimbingan karier
sekolah sebagai sub-sistem, maka implikasi teori ini dapat berupa, antara lain
:
1.
Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan
konseling behavioral yang muatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang
sesuai mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya, minat, keinginan, dan
nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah kecenderungan dunia kerjanya, akan
sangat membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasan kerja. Dalam
kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi
pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier yang telah diambil
individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian antara dua
pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan
dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu
dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan
keputusan.
2.
Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang
dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh
guru pembimbing dalam upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada
pola-pola vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras
dengan kondisi dan pilihan karier tersebut.
3.
Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing
akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan
pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya.
Layanan seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara
seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan
ditentasikan hingga sampai pada kemampuan untuk merealisasikan
orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. Informasi karier seperti ini
oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan
dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi
karier yang juga dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan
berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media
bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 :
238-239).
4.
Konseling karier yang berlangsung dalam
pertemuan pribadi antar konselor dan konseli dan kerap terfokuskan pada
permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan jabatan, akan
berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan melaui bimbingan
karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat suatu pilihan
diantara beberapa alternatif. Persiapan ini meliputi aneka topik bimbingan
kelompok seperti pemahaman diri, pengolahan informasi pendidikan (educational
information), pengolahan informasi tentang dunia kerja (vocational
information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam
keterpaduan satu sama lain (career information), pendalaman nilai-nilai
kehidupan (values) yang terkandung dalam bidang kehidupan bekerja dan
memegang jabatan, serta cara yang tepat dalam mengambil suatu keputusan dengan memilih diantar berbagai
alternatif (decision making skills). Dengan demikian, konseling karier
tidak akan menjadi kursus kilat yang memadatkan program bimbingan karier dalam
satu-dua wacana, yang mungkin membingungkan konseli karena dalam waktu singkat
harus diperoleh informasi tentang lingkungan dan diri sendiri, harus ditemukan beberapa
alternatif pilihan, serta harus dipelajari cara yang tepat untuk mengambil
suaru keputusan secara tanggung jawab. Demikian pula, konselor tidak akan
berhadapan dengan konseli yang kurang mengerti akan kompleksitas pilihan karier
serta kurang paham akan segala faktor internal dan eksternal yang perlu
dipertimbangkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan materi
yang sudah penulis sampaikan, dapat kami simpulkan bahwa teori perkembangan
karir Ginzberg menyatakan pilihan karir tidak hanya terjadi sekali saja
melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu
tertentu. Sehingga pilihan-pilihan yang dibuat awal proses perkembangan
vokasional berpengaruh terhadap pilihan selanjutnya, dengan demikian suatu keputusan
yang diambil dapat ditinjau kembali. Dalam pemilihan karir terdapat tiga
tahapan utama yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Kekuatan teori ini adalah
dengan melewati fase seorang individu secara berangsur-angsur dalam jabatan,
dan sifatnya yang masih sementara sampai orang dewasa dapat membuat pilihan
jabatan untuk mendapatkan karirnya. Kelemahannya terletak pada keterkaitan
individu pada fase yang dilalui.
RUJUKAN
Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat
Konseling Karir dan Problemtik Konseling. Singaraja: Jurusan Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Munandir. 1996. Program Bimbingan
Karir di Sekolah. Jakarata : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Osipow,
S.H. 1983. Theories Of Carier Development. New Jersey: Pretice Hall.inc
Tsiapis,
Giannis. 2008. Career Guide For Schools;
Report on Effective Career Guidance. Europa: EPINOIA S.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar