TEORI
PENDEKATAN SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY
(SFBT)
RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono,
M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.A
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN KONSELING
DESEMBER
2013
A.
Nama
Pendekatan
Konseling Berfokus Solusi biasanya dikenal dengan
nama (SFBT). Terapi singkat berfokus solusi adalah suatau fenomena barat
pertengahan, dan tetap original dalam bentuknya sejak tahun 1980-an oleh Stave
deShazer dan Bill O’Hanlon, dimana keduanya dipenagruhi secara langsung oleh
Milton Erickson, pencipta terapi singkat di tahun 1940-an. Para praktisioner
dan teoris-teoris terkenal lainnya yang
berhubungan dengan konseling berfokus soluusi adalah Michele Weiner-Davis dan
Insoo Kim Berg.
B.
Sejarah
Perkembangan
Salah satu pendekatan konseling dan psikoterapi yang
dipengaruhi oleh pemikiran postmodern adalah pendekatan Solution Focused
Brief Therapy (SFBT). Dalam beberapa literatur pendekatan SFBT juga disebut
sebagai Terapi Konstruktivis (Constructivist Therapy), ada pula yang
menyebutnya dengan Terapi Berfokus Solusi (Solution Focused Therapy),
selain itu juga disebut Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused
Brief Counseling) dari semua sebutan untuk SFBT sejatinya semuanya
merupakan pendekatan yang didasari oleh filosofi postmodern sebagai landasan konseptual
pendekatan-pendekatan tersebut.
Banyak tokoh yang memberikan konstribusi terhadap
perkembangan SFBT sejak tahun 1970an seperti Steve de Shazer, Bill O'Hanlon, Michele Weiner-Davis,
dan Insoo Kim Berg. Pertama kali tulisan tentang brief therapy ada pada
tahun 1970an dan awal 1980an dan yang memberikan konstribusi penting adalah
Richard Fisch, John Weakland, Paul Watzlawick, dan Gregory Bateson yang bekerja
pada Mental Research Institute di Palo Alto, California (Fisch,
Weakland, & r Se gal, 1982 dalam Seligman,L. 2006).
Banyak
pendekatan-pendekatan konseling lain juga memberikan konstribusi penting
terhadap SFBT seperti Brief psychodynamic
psychotherapy, Behavioral dan terapi cognitive-behavioral,
Single Session Therapy serta Family therapy. Pendekatan-pendekatan ini
lebih memfokuskan bagaimana masalah klien bisa diatasi dan kurang memperhatikan sejarah masa
lalu klien.
Pada
tahun 1980-an dan 1990-an, Steve de Shazer (1985, 1988), Insoo Kim Berg (Dejong
& Berg, 2002), O'Hanlon Bill, dan Michele Weiner-Davis (O'Hanlon
&-Weiner Davis, 1989; Weiner-Davis , 1992) juga memberikan kontribusi
penting untuk SFBT. Namun Solution Focused Brief
Therapy (SFBT) pertama kali dipelopori oleh Insoo Kim Berg
dan Steve De Shazer. Keduanya adalah direktur eksekutif dan peneliti senior di
lembaga nirlaba yang disebut Brief Family Therapy Center (BFTC) di
Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat pada akhir tahun 1982.
Secara filosofis, pendekatan SFBT didasari oleh
suatu pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang
bersifat absolute namun realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Pada
dasarnya semua pengetahuan bersifat relatif karena ia selalu ditentukan oleh
konstruk, budaya, bahasa atau teori yang kita terapkan pada suatu fenomen
tertentu. Dengan demikian, realitas dan kebenaran yang kita bangun (realitas
yang kita konstruksikan) adalah hasil dari budaya dan bahasa kita. Apa yang
dikemukakan tersebut merupakan beberapa pandangan yang dilontarkan oleh para
penganut konstruktivisme sosial yang mengembangkan paradigmanya berdasarkan
filosofis postmodern. Pemikiran postmodern tersebut memberikan dampak terhadap
perkembangan teori konseling dan psikoterapi serta mempengaruhi praktik
konseling dan psikoterapi kontemporer.
C.
Hakikat
Manusia
Prinsip
dasar dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :
1. Manusia pada dasarnya sehat,
memiliki kekuatan atau kelebihan. Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer mengatakan
bahwa kekuatan-kekuatan tersebut aktif dalam membantu klien/manusia menangani situasi
mereka. Masalahnya bukan pada klien tidak dapat menyelesaikan masalahnya tanpa
pelatihan tambahan atau kepatuhan terhadap pandangan/nasihat konselor tentang
masalah tersebut. Melainkan kekuatan yang melekat pada mereka lah yang pada
akhirnya akan mereka gunakan dalam memecahkan masalah.
2. Manusia memiliki kemampuan
(kompetensi)
3. Manusia memiliki keberdayaan
(kapasitas) untuk membangun (mengkontruksi) solusi.
4. Manusia tidak terpaku pada
masalah tetapi berfokus pada solusi.
5. Perubahan terjadi sepanjang
waktu.
6. Manusia tidak bisa mengubah
masa lalunya.
D.
Perkembangan
Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
Struktur kepribadian manusia berdasarkan teori SFBC adalah sebagai
berikut:
a.
SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan
psikopatologi yang ada saat ini
b.
Konselor tidak bisa memahami secara pasti tentang
penyebab masalah individu
c.
Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki
masa depan yang lebih baik dan sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan sehat
d.
Individu tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa
mengubah tujuannya
e.
Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan
mengantarkan masa depan yang lebih produktif
f.
Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan
konseling yang baik dan produktif, proses positif, saat ini, praktis, spesifik,
kendali konseli dan bahasa konseli
g.
Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi,
masalah dan masa lalu, SFBC berfokus pada saat ini yang dipandu oleh tujuan
positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli dan
dibawah kendalinya.
2. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
a. Pribadi
Sehat
1)
Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki kapasitas
untuk membangun, merancang/ merekonstruksikan solusi-solusi sehingga mampu
menyelesaikan masalahnya
2)
Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada solusi
dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan
b. Pribadi
Bermasalah
1)
Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara mengkonstruk
cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan
berpangkal pada dirinya.
2)
Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu
menggunakan solusi yang dibuatnya.
E.
Hakikat
Konseling
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model
yang menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih
tujuan mereka. Berikut ini beberapa asumsi dasar SFBC:
1.
Individu-individu yang datang konseling telah
mempunyai kemampuan berperilaku efektif, meskipun keefektifan tersebut mungkin
untuk sementara terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah
mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah
2.
Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi
dan di masa depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri mereka dengan
mengarahkan kekuatan mereka menggunakan “solution –talk”, merupakan
suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat
3.
Proses konseling diorientasikan pada peningkatan
kesadaran eksepsi (harapan-harapan yang menyenangkan) terhadap pola
masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4.
Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka.
SFBC mengajak konseli untuk memerika sisi lain dari cerita hidupnya yang
disampaikan.
5.
Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar.
Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah yang dibawa konseli ke konseling
6.
Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk
berubah, dan melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konseli
harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang strategi
sendiri untuk mengendalikan hambatan. Ketika konselo mencari cara untuk
kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan terjadi.
7.
Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk
menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah
spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan
begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.
F.
Kondisi
Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan
dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :
a. Mengubah perilaku yang
tidak sehat menjadi sehat.
b. Mengantar klien/manusia
meraih kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia baik masa kini maupun ke
masa depan.
c. Membantu klien
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diinginkan klien, terjadi di dalam
kehidupan mereka dan terus terjadi.
d. Membantu klien membangun
visi yang dipilih untuk masa depan mereka.
e. Membantu klien
mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk kehidupan mereka saat ini dan ke masa
depan.
f. Membantu klien membawa
kesuksesan sekecil apapun ke dalam kesadaran mereka.
g. Membantu klien untuk
mengulang keberhasilan yang pernah mereka lakukan.
h. Pengubahan pandangan
mengenai situasi atau kerangka berpikir, pengubahan cara menghadapi situasi
problematik, dan merekam sumber-sumber dan kekuatan klien.
i. Adanya keterlibatan
dalam pemberian bantuan klien untuk menerima pergantian bahasa dan penyikapan
dari bicara tentang masalah ke bicara tentang solusi. Klien didorong untuk
terlibat dalam perubahan atau bicara solusi daripada bicara masalah/problem,
dengan asumsi bahwa apa yang kita katakana kebanyakan akan menjadi apa yang
kita hasilkan. Bicara tentang masalah akan menghasilkan masalah berikutnya.
Bicara tentang perubahan akan menghasilkan perubahan. Begitu individu/klien itu
belajar berbicara dalam pengertian apa yang mereka mampu untuk lakukan secara
baik, sumber-sumber dan kekuatan apa yang mereka punyai, dan apa yang mereka
telah lakukan dan bisa terlaksana, mereka telah mencapai tujuan utama terapi
(Nicholas dan Schwartz).
2. Sikap,
Peran, dan Tugas Konselor
a. Klien
sepenuhnya mengambil bagian dalam proses terapeutik jika mereka berkeinginan
untuk menentukan arah dan tujuan percakapan (Walter & Peller, 1996).
b. Terapis
berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif untuk membuka berbagai
kemungkinan sekarang dan perubahan masa depan (Bertolipo & O’Hanlon, 2002).
c. Terapis
menciptakan iklim saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan di mana
klien bebas untuk menciptakan, mengeksplorasi, dan co-penulis cerita-cerita
mereka yang berkembang (Walter & Peller, 1996).
d. Tugas
utama terapeutik terdiri dari membantu klien membayangkan bagaimana mereka akan
menyukai hal-hal yang berbeda dan apa yang diperlukan untuk membawa
perubahan-perubahan ini (Gingericli & Eisengart, 2000).
e. Beberapa
pertanyaan Walter dan Peller (2000) yang berguna adalah;
Ø “Apa
yang Anda inginkan datang ke sini?”
Ø “Bagaimana
hal itu membuat perbedaan bagi Anda?” dan
Ø “Apa
yang menjadi tanda-tanda bagi Anda bahwa perubahan yang Anda inginkan terjadi?”
3. Sikap,
Peran, dan Tugas Konseli
Konseli mampu berkolaborasi dengan konselor,
berpartisipasi secara aktif, mempunyai motivasi dan keterlibatannya dalam
konseling
4. Situasi
Hubungan
De Shazer (1988) menggambarkan tiga jenis hubungan
yang dapat dikembangkan antara terapis dan klien untuk membangun SFBT:
a. Klien
dan terapis secara bersama-sama mengidentifikasi masalah dan solusi.
b. Klien
menyadari bahwa untuk mencapai tujuan nya, usaha pribadi akan diperlukan.
c. Klien
menggambarkan masalah tetapi tidak mampu berperan dalam membangun sebuah
solusi. Dalam situasi ini, mantan klien umumnya respects pada terapis untuk
mengubah orang lain kepada siapa klien masalah atribut.
d. Konselor
memposisikan dirinya pada posisi tidak tahu tentang klien bahwa klienlah yang
ahli dalam kehidupannya sendiri.
e. Konselor
menggunakan teknik empati, summarization, parafrase, pertanyaan terbuka, dan
keterampilan mendengarkan secara aktif untuk memahami situasi klien secara
jelas dan spesifik.
G.
Mekanisme
Pengubahan
1. Tahap-Tahap
Konseling
a.
Establishing rapport. Yaitu
pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan lancar seperti yang
diharapkan. Agar tercipta iklim yang kolaboratif antara konselor dengan
konseli.
b.
Identifying a solvable complaint. Yaitu
mengidentifikasi keluhan-keluhan yang akan dipecahkan.
c.
Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan
dicapai dalam proses konseling.
d.
Deigning an intervention atau
merancang intervensi
e.
Strategic task that promote change. Yaitu tugas
tertentu yang diberikan oleh konselor untuk mendorong perubahan. Misalnya
dengan meminta konseli untuk mengamati dengan mengatakan:” antara
sekarang dan waktu mendatang kita bertemu, saya meminta anda untuk mengamati,
sehingga Anda dapat menggambarkan pada saya pada pertemuan mendatang, apa yang
terjadi di kehidupan Anda yang Anda inginkan terjadi secara berkelanjutan”. Penugasan
tersebut mendorong konseli bahwa perubahan yang diinginkan pasti terjadi dan
tidak terelakkan. Hal tersebut sangat penting dipahami sebelum mereka memulai
merancang perubahan.
f.
Identifying & emphazing new behavior &
changes. Yaitu mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan.
g.
Stabilization atau stabilisasi
h.
Termination. Pada tahap terminasi, ciri-ciri pertanyaan
yang diajukan konselor untuk mengidentifikasi keberhasilan knseling yaitu: “apa
hal berbeda yang diperlukan dalam hidup Anda yang dihasilkan dengan datang
kemari sehingga Anda mengatakan bahwa pertemuan kita bermanfaat?”, dan “ketika
masalah Anda teratasi, hal berbeda apa yang akan Anda lakukan?”.
2. Teknik-Teknik
Konseling
a.
Exeption-Finding Questions: Pertanyaan
tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah. SFBT didasarkan pada
gagasan dimana ada saat-saat dalam hidup konseli ketika masalah yang mereka
identifikasi tidak bermasalah. Waktu tersebut disebut pengecualian dan disebut
“news of difference”. Konselor SFBC mengajukan ask exeption question
untuk menempatkan konseli pada waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau
ketika masalah yang ada tidak kuat. Pengecualian merupakan pengalaman hidup
konseli di masa lalu ketika dimungkinkan masalah tersebut masuk akal
terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak terjadi. Dengan membantu konseli
mengidentifikasi dan memeriksa pengecualian tersebut kemungkinan meningkatkan
mereka dalam bekerja menuju solusi. Eksplorasi ini mengingatkan konseli bahwa
masalah tidak selalu kuat dan ada selamanya; juga menyediakan kesempatan
untuk meningkatkan sumberdaya, melibatkan kekuatan, dan menempatkan
solusi yang mungkin. Konselor menanyakan pada konseli apa yang harus dilakukan
agar pengecualian ini lebih sering terjadi. Dalam istilah SFBC, hal ini disebut
“change-talk”.
b.
Miracle Questions: Pertanyaan yang mengarahkan konseli
berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib
terselesaikan. Konselor menanyakan “ jika suatu keajaiban terjadi dan masalah
Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa masalah
tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Konseli kemudian terdorong
untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar merasa lebih percaya diri dan
aman, konselor bisa mengatakan: “ biarkan dirimu berimajinasi bahwa kamu
meninggalkan kantor hari ini dan kamu dalam rel untuk bertindak lebih
percaya diri dan aman. Hal berbeda apa yang akan kamu lakukan?”. Mengubah hal
yang dilakukann dan cara pandang terhadap masalah mengubah masalah
tersebut. Meminta konseli untuk mempertimbangkan keajaiban tersebut dapat
membuka celah kemungkinan di masa depan. Konseli didorong untuk mengikuti
mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja yang paling
ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan bahwa konseli
dapat mulai mempertimbangkan hal yang berbeda dalam hidupnya yang tidak
didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan dari
masa lalu dan masalah saat ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa
depan.
c.
Scaling Questions: Pertanyaan yang meminta konseli
menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10.
Konselor SFBC juga menggunakan teknik ini ketika mengubah pengalaman konseli
yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau komunikasi.
Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia merasa panik atau cemas,
bisa ditanyakan:” pada skala 0-10, dengan 0 adalah apa yang Anda rasakan ketika
Anda pertama kali datang konseling dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini
setelah keajaiban terjadi dan masalah Anda teratasi, bagaimana Anda
menyatakan skala kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika konseli hanya
berkembang dari 0 ke 1, dia telah berkembang. Bagaimana dia melakukan itu? Apa
yang dia perlukan untuk meningkatkan skala? Pertanyaan skala memungkinkan
konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka
dapat mengambil langkah yang akan memandu perubahan yang mereka inginkan.
d.
Coping Questions: Pertanyaan yang meminta konseli
mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi.
e.
Compliments: Pesan tertulis yang dirancang untuk
memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi
pencapaian tujuannya.
H.
Hasil-Hasil
Penelitian
Penelitian
SFBC telah dilakukan oleh Mulawarman dengan judul Penerapan SFBT untuk
meningkatkan harga diri siswa (self esteem) suatu embedded experimental design.
Hasil penelitian dilihat dari hasil secara kuantitatif ditemukan perbedaan
tingkat self esteem siswa sebelum mendapatkan intervensi
SFBT dengan menggunakan Wilcoxon
signed rank test, dimana
nilai tersebut adalah 2, 207. Pada sisi kualitatif dengan berdasarkan pada
hasil analisis percakapan ditemukan bahwa harga diri rendah berubah menjadi
harga diri tinggi.
I.
Kelebihan
dan Kelemahan
1. Kelebihan
a. Berfokus
pada solusi
b. Fokus
treatment pada hal yang spesifik dan jelas
c. Penggunaan
waktu yang efektif
d. Berorientasi
pada waktu sekarang (here and now)
e. Bersifat
fleksibel dan praktis dalam penggunaan teknik-teknik intervensi
2. Kelemahan
a. Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan
riwayat konseli
b. Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan
c.
Pendekatan
ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan
ini mahal
d.
Terapi bertujuan tidak secara tuntas
menyelesaikan masalah klien
e.
Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi
penggunaannya
f.
Dalam penerapannya menuntut keterampilan
konselor dalam penggunaan bahasa
g.
Menggunakan teknis-teknis keterampilan
berfikir (Mind Skills)
J.
Sumber
Rujukan
Corey,Gerald. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont,CA:
Brooks/Cole
Kelly, Michael. S. Kim, Johnnya. S. Franklin
Cynthia. 2008. Solution-Focused
Brief Therapy In Schools. Oxford: University Press.
Bannink, F.P. 2007. Solution-Focused Brief Therapy. Amsterdam: Springer
Science & Business Media
Gillon, Ewan.2007. Person
Centered Counseling Psychology An Introduction. London: Sage Publications
Jackson, Paul. & Mc.Kergow,
Mark. 2007. The Solusion Focus (Second Edition). London: Nicholas
Brealey International
Seligman,L. 2006. Theories of
Counseling and Psychotherapy. Columbus, Ohio: Pearson Merril Prentice Hall
Terimakasi sudah meringankan tugas saya...
BalasHapus