Peran Konselor dan
Isu Etis dan Legal dalam BK Kelompok
PAPER
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendekatan Kelompok Dalam Bimbingan
dan Konseling
Yang dibina oleh Ibu Dr. Dhany
Moenindyah Handarini, MA
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
SEPTEMBER
2013
Pengantar
Pembahasan
dalam bab ini merujuk pada etika, masalah hukum, dan klinis. Masalah etika
berkaitan dengan standar yang mengatur perilaku anggota yang professional.
Masalah hukum mendefinisikan standar minimum masyarakat yang akan mentolirier,
yang ditegakkan oleh aturan hukum di tingkat lokal, negara atau tingkat
federal. Semua kode etik menyatakan bahwa praktisi harus bertindak sesuai
dengan undang-undang federal dan Negara bagian yang relevan dan peraturan
pemerintah. Masalah klinis melibatkan pertimbangan professional anda untuk
bertindak sesuai dengan mandate etika dan hukum. Bagi mereka yang sedang
mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin kelompok landasan menyeluruh dalam
etika adalah penting sebagai dasar yang kuat dari pengetahuan dan keterampilan
psikologis. Tujuan dalam bab ini untuk menyoroti isu-isu etis yang sangat
signifikan bagi anggota kelompok.
Etika
dalam Keanggotaan Kelompok
Informed
consent
Informed
consent adalah proses penyajian informasi dasar tentang terapi kelompok untuk
individu yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang rasional tentang
apakah mereka berpartisipasi dalam kelompok (Fallon, 2006). Ini adalah kebijakan
untuk memberikan pernyataan pengungkapan professional untuk anggota kelompok
yang mencakup informasi tentang berbagai
topik yang berkaitan dengan sifat kelompok. Informasi ini biasanya meliputi
terapis kualifikasi, teknik yang sering digunakan dalam kelompok, resiko dan
manfaat dari berpartisipasi dalam kelompok. The ASGW (1998) “Pedoman Praktek”.
Menyarankan memberikan informasi berikut secara tertulis kepada kelompok calon
anggota :
1. Informasi
tentang sifat, tujuan, dan tujuan kelompok
2. Kerahasiaan
3. Pemimpin
orientasi teoritis
4. Kelompok
layanan
5. Tanggung
jawab anggota kelompok dan pemimpin
6. Kualifikasi
pemimpin
Keanggotaan
Sukarela
Dalam
sebuah kelompok idealnya harus bersifat sukarela, artinya tidak ada paksaan
dari seorang pemimpin ataupu orang lain disekitarnya. Sifat sukarela dalam
sebuah kelompok sangat diperlukan oleh setiap anggota kelompok karena dia dapat
menyadari hak-hak mereka dan tanggung jawab mereka sebagaigai anggota kelompok.
Dengan demikian dalam kelompok menekankan keterbukaan diri dan eksplorasi
pribadi.
Kebebasan
untuk Mundur Dari Kelompok
Prosedur
untuk meninggalkan kelompok perlu dijelaskan kepada semua anggota kelompok.
Setiap anggota memiliki hak untuk meninggalkan kelompok. Apabila mereka ingin
meninggalakn kelompok penting untuk memberikan informasi kepada pemimpin
kelompok dan anggota kelompok lainnya sebelum membuat keputusan akhir. Sebagai
seorang pemimpin jangan terlalu cepat untuk memungkinkan anggota kelompok untuk berhenti, karena pemimpin bias
kehilangan kesempatan yang sangat baik untuk wawasan dan pertumbuhan pribadi
pada bagian dari anggota. Jika seseorang meninggalkan tanpa pertimbangan dan
penjelasan akibatnya bisa menjadi negatif bagi sisa anggota kelompok lainnya.
Dengan komitmen untuk membahasa faktor yang berhubungan dengan meninggalkan
kelompok, ada kersempatan bagi semua anggota kelompok untuk mengekspresikan dan
mengeksplorasi pemikirannya terhadap prosedur pemunduran anggota kelompok.
Resiko
Psikologis untuk Anggota
Tanggung
jawab etis pemimpin kelompok untuk memastikan bahwa calon anggota kelompok
menyadari potensi resiko dan mengambil setiap tindakan terhadap anggota dan
untuk mempertimbangkan cara untuk mengurangi potensi resiko. Fallon (2006)
menjelaskan bahwa manfaat potensial dan resiko terapi kelompok merupakan bagian
penting dari proses informed consent. Sebuah ACA (2005) menentukan standar
etika:”dalam pengaturan kelompok, konselor melakukan pencegahan untuk
melindungi konseli dari trauma emosional dan kejiwaan”. Ini termasuk membahasa
dampak dari perubahan hidup potensial dan membantu anggota kelompok
mengeksplorasi kesiapan anggota untuk berurusan dengan perubahan tersebut.
Beberapa kemungkinan resiko dalam kelompok terapi:
1. Penyalahgunaan
kekuasaan
Kekuasaan yang kompleks dan multidimensional bahwa
pemimpin kelompok perlu menghindari kekuasaan koersif yang melibatkan
memaksa seseorang untuk melakukan
sesuatu terhadap kemauannya.
2. Keterbukaan
diri
Pelanggaran privasi dari berbagai kehidupan. Hal
yang harus diingat dalam pengungkapan diri yaitu larangan terhadap pengungkapan
diri dalam kelompok etnis dan budaya tertentu.
3. Menjaga
kerahasiaan
Merupakan potensi resiko dalam
setiap kelompok.
4. Pengkambinghitaman
Praktek yang baik bagi seorang pemimpin untuk mengeksplorasi
apa yang terjadi dengan orang yang
melakukan pengkabinghitaman sebelum berfokus pada orang yang sedang
dikambinghitamkan.
5. Konfrontasi
Konfrontasi bisa disalahgunakan terutama bila hal
itu dilakukan dengan cara destruktif (perusak) misalkan kamu belajar sambil
makan pada saat diskusi terus pemimpin diskusi memberikan konfrontasi dengan
nada yang keras seakan akan marah “Kamu itu makan apa belajar”.
Kerahasiaan
Confidentiality
Salah
satu kondisi kunci untuk kerja kelompok yang efektif adalah kerahasiaan
confidentiality. Dalam memimpin kelompok pemimpin tidak hanya harus menjaga
kerahasiaan anggota tetapi juga anggota menjaga kerahasiaan satu sama lainnya.
Mendidik
Anggota Tentang Kerahsiaan
Pemimpin
yang baik dapat mengekspresikan pentingnya menjaga kerahasiaan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan seorang pemimpin untuk menjaga kerahasiaan antar sesame
anggota kelompok dengan cara membuat kontrak dan ditandatangani setiap anggota
kelompok yang di dalamnya tertuang penjelasan mengenai sanksi pada setiap
anggota yang melanggarnya.
Etika
dan Hukum Dimensi Kerahasiaan
Konselor
kelompok memiliki tanggung jawan etika dan hukum untuk menginformasikan
kelompok anggota konsekuensi potensial melanggar kerahasiaan confidentiality.
Umumnya, anggota tidak melanggar kerahasiaan confidentiality ketika mereka
berbicara “mengapa” mereka belajar dalam kelompok. Tapi mereka cenderung
melanggar kerahasiaan confidentiality ketika mereka berbicara tentang
“bagaimana” mereka memperoleh wawasan atau bagaimana mereka bener-bener
berinteraksi dalam kelompok. Konselor professional berlisensi secara hukum berhak melakukan komunikasi
istemewa. Konsep komunikasi istimewa berarti bahwa professional tidak dapat
mematahkan kerahasiaan konseli, kecuali:
1. Dalam
penilaian mereka konseli cenderung melakukan bahaya serius untuk diri mereka
sendiri, orang lain atau sifat fisik.
2. Penyalahgunaan
anak-anak atau orang tua diduga
3. Mereka
yang diperintahkan oleh pengadilan untuk memberikan informasi
4. Mereka
yang disupervisi dalam hubungan pengawasan
5. Konseli
memberikan izin tertulis.
Secara
umum, kerahasiaan confidentiality interaksi antara perserta kelompok tidak
dapat dijamin atau dilindungi oleh undang-undang (Rapin, 2004). Meskipun
kelompok para pemimpin itu sendiri secara etis dan terikat secara hukum untuk
menjaga kerahasiaan confidentiality.
Dimensi
Multikultural Kerahasiaan
Budaya
dapat mempengaruhi pandangan anggota tentang kerahasiaan confidentiality
sebagai berikut:
1. Beberapa
kebudayaan menganggap terapi untuk menjadi memalukan dan hanya untuk mental
orang yang sakit.
2. Beberapa
anggota kelompok mungkin tidak memiliki status hukum atau tempat tinggal dan
mngkin dijaga tentang memberikan informasi pribadi.
3. Anggota
yang mencari status pengungsi memiliki signifikansi masalah kepercayaan dan dapat memberikan informasi palsu untuk
melindungi mereka.
4. Hambatan
bahasa dapat mengakibatkan anggota lainnya tidak sepenuhnya memahami pentingnya kerahasiaan confidentiality
dan konsekuensi dari pelanggaran.
Kerahasiaan
Anak dalam Kelompok
Sebuah
masalah yang harus diperhatikan adalah menjaga kerahasiaan anak dalam sebuah kelompok
(tergantung masalah yang di alami anak), artianya apabila menyangkut masalah si
anak dengan orang tua sesekali orang tua dihadirkan misalnya si anak mempunyai
keinginan kepada orang tua tapi dia susah menyampaikannya kepada orang tua,
jadi orang tua dan anak dihadapkan dan konselor menjadi mediasinya.
Nilai
Peran Pemimpin dalam Kelompok
Konselor
dapat meningkatkan efektivitas sebagai seorang pemimpin dengan menyadari akan
nilai-nilai yang di pegang. Fungsi konselor sebagai seorang pemimpin adalah menantang
para anggota untuk menemukan apa yang benar bagi mereka (tidak membujuk mereka
untuk melakukan apa yang konselor anggap benar). Ketika pemimpin membantu
anggota kelompok dalam proses pembuatan keputusan, ingat bahwa terserah kepada
anggota untuk memilih suatu tindakan dan bertanggung jawab atas keputusan yang
mereka buat. Jika anggota kelompok mengakui bahwa apa yang mereka lakukan tidak
memungkinkan untuk mengeksplorasikan di
lingkungan umum maka kelompok yang tepat bagi mereka untuk mengembangkan
cara-cara berperilaku yang baru.
Aspek
Etis Bekerja dengan Nilai
ACA
(2005) pedoman menyatakan:” konselor menyadari nilai-nilai mereka sendiri,
sikap, keyakinan, dan perilaku dan menghindari memaksakan nilai-nilai yang
tidak konsisten dengan tujuan konseling”. Tujuan kelompok ini adalah untuk
membantu anggota memperjelas keyakinan mereka dan memeriksa opsi yang kongruen
dengan system nilai mereka sendiri. Konseling kelompok bukan forum di mana para
pemimpin memaksakan pandangan mareka pada anggota.
Berurusan
Dengan Benturan Nilai
Pada
saat konselor dihadapkan dengan masalah etika karena perbedaan antara
nilai-nilai konselor dengan nilai-nilai
tertentu dari anggota kelompok. Dalam hal ini yang menjadi tantangan bagi
seorang konselor adalah untuk mendukung konseli tanpa mengutuk nilai-nilai
budaya yang di milikinya.
Etika
dalam Kelompok Kerja Dengan Populasi Beragam
Nilai-nilai
pemimpin membawa keproses kelompok sadar harus mengakui realitas keragaman
manusia dalam masyarakat kita. ASGW (1998) pedoman menetapkan bahwa praktek
etika membutuhkan para pemimpin yang menyadari konteks multicultural dalam
kerja kelompok.
Etika
dan Standar Persiapan dan Prakek
1. Memahami
bahwa isu-isu yang berkaitan dengan
gender dan orientasi seksual produktif
dieksplorasi dalam kelompok.
2. Mempertimbangkan
dampak dari factor sosial dan lingkungan yang merugikana dalam menilai masalah.
3. Menghormati
keyakinan dan nilai-nilai agama anggota.
4. Menginformasikan
anggota tentang nilai-nilai dasar yang tersirat dalam proses kelompok.
Tanggung jawab konselor untuk memiliki pemahaman
umum dari nilai-nilai budaya dari konselinya, sehingga intervensi dapat
kongruen dengan konseli. Konselor perlu menyadari asumsi mengenai orang-orang berdasarkan etnis
dan ras.
Masalah
Khusus Berkenaan dengan Orientasi Seksual
Kode etik ACA, APA, dan NASW jelas menyatakan bahwa
deskriminasi atas dasar minoritas status baik itu ras, etnis, gender atau
orientasi seksual tidak etis dan tidak dapat diterima. Penting bagi para
pemimpin kelompok bersedia untuk memeriksa secara kritis mengenai pribadi
mereka, ketakutan dan stereotip mengenai identitas seksual.
Etika
dalam Teknologi dan Kelompok Kerja
Menurut McGlothlin, ASGW perlu menjadi lebih aktif
dalam advokasi untuk teknologi dalam
pengaturan kelompok dan cara yang lebih praktis menanamkan teknologi dalam
kerja kelompok. McGlothlin menegaskan bahwa pemimpin kelompok kerja harus
terbuka untuk penggunaan teknologi dalam pengaturan kelompok dan mereka akan melakukannya dengan baik
untuk aktif dalam kemajuan inovatif dalam teknologi.
Kompetensi
dan Pelatihan Isu
Isu
Kompetensi Pemimpin
Kompetensi merupakan salah satu masalah etika utama
dalam kerja kelompok. Kompetensi pemimpin berpengaruh dalam proses jalannya
dinamika kelompok. Seorang pemimpin harus mengenali keterbatasannya. Untuk itu mereka mungkin harus bertanya pada diri
sendiri, pertanyaan-pertanyaan ini:
1. Apa
jenis konseli akau mampu menangani?
2. Apa
bidang keahlian saya
3. Teknik
apa yang saya berikan?
4. Seberapa
jauh saya dapat berkolaboratif dengan konseli?
5. Kapan
saya harus merujuk konseli kepada orang lain?
Seorang
pemimpin kelompok yang professional tahu akan keterbatasan yang dimilikinya.
Selanjutnya pemimpin kelompok yang bertanggung jawab sangat menyadari akan
pentingnya melanjutkan pendidikan mereka.
Standar Pelatihan Konselor
Profesional untuk Kelompok
ASGW
(2000) merekomendasikan untuk pengetahuan, keterampilan dan kompetensi,
berikut:
1. Pengetahuan
Kompetensi : bidang dasar pengetahuan termasuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan seseorang.
2. Keterampilan
kompetensi : keterampilan generic, keahlian khusus secara efektif menangani
keragaman isu-isu adalah diperlukan untuk pemimpin kelompok yang kompeten.
3. Inti
spesialisasi : dapat melakukan pelatihan dalam kerja kelompok.
Pelatihan
dan Pengalaman Pribadi
Sebagaimana
jelas dari tinjauan singkat standar professional ASGW untuk pelatihan, sangat
penting bagi pemimpin kelompok untuk menjalani pelatihan ekstensif yang sesuai.
Psikoterapi Pribadi Untuk Pemimpin
Kelompok
Singkatnya,
konselor menunjukkan keberanian untuk melakukan sendiri apa yang anggota
harapkan dalam kelompok untuk bertindak.
Eksplorasi Pemimpin Kelompok
Dalam
kelompok eksplorasi diri merupakan
tambahan yang sangat berharga untuk pengalaman pelatihan pemimpin kelompok.
Etika Konselor Dalam Pelatihan
Kelompok
Salah
satu masalah etika yang controversial dalam penyusunan pemimpin kelompok adalah
menggabungkan metode penagalaman dan pengajaran dalam pelatihan. Komponen
pengalaman menjadi penting dalam konseling kelompok.
Mengelola Beberapa Peran Sebagai
Pendidik
Tanggung
jawab dan peran ganda seperti fasilitator kelompok, guru, evaluator, dan
pengawas. Pada berbagai kesemapatan pendidik dapat mengajarkan konsep-konsep
proses kelompok, memimpin kelompok demonstrasi di kelas dan mengevaluasi karya
siswa.
Pelatihan Experiantal
Pelatihan
pengalaman menjadi efektif apabila
apabila yakin dengan langkah yang harus di ambil. Pedoman yang jelas
harus ditetapkan sehingga siswa tahu apa hak dan tanggung jawab mereka. Hal ini
penting untuk diingat tujuan utama dari konseling kelompok mengajarkan siswa
keterampilan keterampilan kepemimpinan dan memberikan pemahaman bagaimana
proses kelompok bekerja.
Pedoman Etika dan Hukum Praktek
Masalah
etika dan hukum sering terjadi pemimpin kelompok tiudak hanya mengikuti kode
etik profesi tetapi mereka juga harus tahu Negara mereka adalah Negara hukum
dan tanggung jawab. Para pemimpin yang bekerja dengan anak-anak dan remaja
disarankan untuk mempelajari hukum yang
berkaitan dengan prosedur dan praktek kelompok.
Kewajiban Hukum dan Malpraktek
Konselor
yang gagal dalam menggunakan tindakannya terhadap anggota kelompok sesuai
dengan prosedur dalam praktek kelompok bisa dikenakan gugatan perdata.
Perlindungan Hukum bagi Pemimpin
Kelompok
RUJUKAN
Corey, M. Corey, G. dan. Corey, C. 2010. Groups: Process and practice.8th Ed. Pacific Grove:
Brooks/Cole
Tidak ada komentar:
Posting Komentar