TEORI
PENDEKATAN BEHAVIORAL
RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono,
M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
OKTOBER
2013
PENDEKATAN
BEHAVIORAL
A.
Nama
Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah
pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral merupakan pendekatan klinis
yang dapat digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam
bermacam-macam setting khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.
B.
Sejarah
Perkembangan
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan
behavior memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat
itu. Terapi behavior berbeda dari
konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan operant
conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling
behavior bangkit secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun
1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman
dari konseling tradisonal (Psikoanalitik). Pada tahun1960-an Albert Bandura
mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang
menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning
dengan belajar. Bandura menfokuskan
pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh
yang berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja
sosial. Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis,
industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan
cakrawala baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar
tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam
perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan psikologis.
Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif behavior
(cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai
kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan
penanganan gangguan medis. Tahun 1990, assosiasi pengembangan terapi
behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada 50 jurnal dan memiliki
cabang di seluruh dunia. Konseling behavior saat ini memiliki empat
bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning,
social learning theory, dan cognitive-behavior therapy.
C.
Hakikat
Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para
behavioris adalah pasif dan mekanistis, manusia dianggap
sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya.
Manusia
memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan
interaksi ini menghasilkan pola - pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Perilaku seseorang di tentukan oleh macam dan banyaknya penguatan
yang diterima dalam situasi hidupnya. Jadi kesimpulannya teori behavior ini
berangapan bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang
paling kuat itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep
tentang sifat dasar manusia :
1.
Tingkah laku manusia
diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari proses
pemasakan dan proses belajar.
2.
Kepribadian manusia
berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3.
Setiap orang lahir dengan
membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari
interaksi dengan lingkungan.
4.
Manusia tidak lahir baik
atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang dikembangakan
tergantung interaksi dengan lingkungan.
5.
Manusia mempunyai tugas
untuk berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas yang harus
diselesaikan dengan belajar.
D.
Perkembangan
Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
Kaum
behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain
seperti psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa
kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain
bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui melalui tingkah laku yang tampak
dan diamati (observable behavior).Selain itu ada pandangan dualiasme
yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga,
mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah
ini:
a.
Lingkungan dan pengalaman
menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b.
Dualisme, seperti
jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada
pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c.
Walaupun pembentukan
kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus
dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d.
Dalam membentuk sebuah
teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal
terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan
respon.
e.
Semua perilaku dapat
dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam
pengaruh control dari stimulus lingkungan.
2. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
a. Pribadi
Sehat
1)
Dapat merespon stimulus
yang ada di lingkungan secara cepat.
2)
Tidak kurang dan tidak berlebihan
dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3)
Mempunyai derajat kepuasan
yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan
diri dan lingkungan.
4)
Dapat mengambil
keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
5)
Mempunyai self
control yang memadai
b. Pribadi
Bermasalah
1) Tingkah
laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2) Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari
cara belajar atau lingkungan yang salah.
3) Tingkah
laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
dengan tepat.
4) Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai
dengan lingkungannya
5) Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard
nilai, yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan
E.
Hakikat
Konseling
Hakikat konseling
menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar
bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan
pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk
mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Konseling
dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja
secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun
secara bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan
behavior adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi
strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi
behavior berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi
adaptif.
F.
Kondisi
Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah untuk
membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif
dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
2. Sikap,
Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum
berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan
mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus
diantaranya :
a.
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan
apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak
b.
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas
kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling.
c.
Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung
jawab atas hasil-hasilnya.
d.
Mengevaluasi keberhasilan
perencanaan perubahan dengan mengukur
kemajuan terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
e.
Melakukan penilaian tindak
lanjut
3. Sikap,
Peran, dan Tugas Konseli
Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Konseli secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki
motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
konseling. Peran penting konseli dalam konseling adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk
memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan
perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
4. Situasi
Hubungan
Dalam terapi behavioral, hubungan antara
terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi perubahan perilaku
klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya perubahan. Sikap
konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai hal yang harus
ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada
pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan sebagai landasan strategi
konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.
G.
Mekanisme
Pengubahan
1. Tahap-Tahap
Konseling
a. Assessment (Penilaian
Fungsional)
Tahap
untuk mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi,
sekaligus akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan.
Informasi-informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan,
nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran
tentang kelayakan informasi yang semestinya dapat digali pada tahap ini adalah
berkenaan dengan :
1) Analisis
tingkah laku khusus yang bermasalah
2) Analisis
Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3) Analisis
motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4) Analisis
self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah
laku bermasalah
5) Analisis
hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan
klien
6) Analisis
lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan
keterbatasan-keterbatasan lingkungan.
b. Goal Setting (Menetapkan
Tujuan)
Penyusunan
tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1) Membantu
klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2) Memperhatikan
tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan
belajar yang dapat diterima dan diukur
3) Memecahkan
tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan
yang berurutan.
c. Technique
Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik
untuk membantu klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya.
Muara konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi
efektif yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d. Evaluation-Termination
(Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku
klien, efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling,
serta balikan yang dapat dilaksanakan.
2. Teknik-Teknik
Konseling
a. Desensitisasi
sistematis
Teknik
spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks
saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara
bertahap
b. Teknik
Relaksasi
Teknik
yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan
saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan
mentalnya
c. Teknik
Flooding
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan
siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga
berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
d.
Reinforcement
Technique
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e.
Modelling
Teknik
untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
f.
Cognitive
restructuring
Teknik
yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak
rasional menjadi rasional dan logis
g.
Assertive
Training
Teknik
membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap
orang lain secara lugas tanpa agresif
h.
Self
Management
Teknik
yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku
sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i.
Behavioral
Rehearsal
Teknik
penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar
ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j. Kontrak
Suatu
kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan,
motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan
bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
k. Pekerjaan
Rumah
Teknik
yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar
dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru,
meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah
yang dihadapinya.
l.
Role
Playing
Teknik
yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan
dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin
dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
m. Extinction
(Penghapusan)
Extinction
(Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
n. Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi
bersedia untuk melakukannya.
o. Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan
konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p. Time-out
Time-out
merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan
positif.
q. Terapi
Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk
meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah
laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
H.
Hasil-Hasil
Penelitian
Teknik behavior banyak di gunakan dalam
berbagai penelitian karena dapat diaplikasikan dalam berbagai setting kehidupan.
Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral :
1. Aplikasi
behavior therapy di lingkungan keluarga
a. Latihan
perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral
parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua.
Terapis membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung
jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon
orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode
verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal mengandung intuksi verbal maupun
tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan metode perbuatan
menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan
tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua
dan anak yang mengalami masalah.
b. Terapi
pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Empat
komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu :
1) Analisis
perilaku dalam masalah suami istri
Analisis
ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan,
jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku
keluarga.
2) Pelatihan
keterampilan berkomunikasi
Pasangan
belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now
“ yang mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu.
Selanjutnya mereka mulai menggambarkan perilaku suami/istri dengan spesifik. Di
akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback positif terhadap perilaku
pasangan.
3) Latihan
memecahkan masalah
Komponen
ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti
menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya
dengan pasangan, serta membuat kesepakatan.
4) Treatment
pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan
untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan seks
mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi
dini.Treatment yang diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap
penampilan mereka, pendidikan seks yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan
suami istri, latihan keterampilan dalam berkomunikasi, perubahan sikap.
c. Terapi
fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam
functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal
antar anggota keluarga dalam keadaan :
1) Contact/
Closeness ( Merging )
2) Anggota
keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
3) Distance/
Independence ( Separating )
4) Anggota
keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
Pendekatan behavioral ini dapat juga
diaplikasikan menuju proses pembelajaran. diantaranya sebagai berikut :
a. Bahan
yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
c. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
e. Tes
lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f. Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
i. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu).
I.
Kelemahan
dan Kelebihan
1. Kelemahan
Kelemahan
atau keterbatasan kelompok behavioral:
a. Anggota
kelompok lebih tergantung pada dukungan dan dorongan kelompok
b. Beberapa
metodenya dipraktekkan secara kaku. Begitu menekankan pada teknik-teknik dan
tidak memadai bagi individu-individu.
c. Kecenderungan
mengabaikan masa lalu dan ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi
masyarakat, sementara itu kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya.
d. Kurang
fokus pada isu-isu besar kehidupan. Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada
kejadian nyata atau keterampilan dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan
anggota secara keseluruhan.
e. Terkonsentrasi
pada perilaku yang tampak, apakah terbuka atau tertutup. Kelompok behavior
tidak mengkonsentrasikan pada perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika
dibelakangnya.
2. Kelebihan
a. Mengembangkan
konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu
pengetahuan kepada proses koseling
b. Mengembangkan
perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
c. Penekanan
bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada
perilaku yang terjadi dimasa dating
J.
Sumber
Rujukan
Komalasari,
Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori
dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey,
Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Muthi’ah,
Anisatul & Umar Fadhilah, Nur. 2013. Makalah
Pendekatan Person Cintered Therapy. Malang
Corey, G. 2009. Theory
and Practice of Counseling and Psychotherapy.
Belmont,
CA: Brooks/Cole.
thaals
BalasHapustanks
BalasHapusThanks
BalasHapusMantab hor
BalasHapus