Minggu, 30 Maret 2014

TEORI PENDEKATAN BEHAVIORAL



TEORI PENDEKATAN BEHAVIORAL


RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono, M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd



Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
OKTOBER 2013



PENDEKATAN BEHAVIORAL

A.      Nama Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral merupakan pendekatan klinis yang dapat digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam bermacam-macam setting khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.

B.       Sejarah Perkembangan
Pendekatan behavior dikembangkan sejak  tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan behavior memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat itu. Terapi behavior berbeda dari  konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan  operant conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah. Konseling behavior bangkit secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun 1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman dari konseling tradisonal (Psikoanalitik). Pada tahun1960-an Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning dengan belajar. Bandura  menfokuskan pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh yang berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja sosial.  Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas  juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis, industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan cakrawala baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan psikologis.  Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif behavior (cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan penanganan gangguan medis.  Tahun 1990, assosiasi pengembangan terapi behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada 50 jurnal dan memiliki cabang di seluruh dunia.   Konseling behavior saat ini memiliki empat bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning, social learning theory, dan cognitive-behavior therapy.
C.      Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan para behavioris adalah pasif dan mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola - pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku seseorang di tentukan oleh macam dan banyaknya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Jadi kesimpulannya teori behavior ini berangapan bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep tentang sifat dasar manusia :
1.    Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari proses pemasakan dan proses belajar.
2.    Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3.    Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan.
4.    Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang dikembangakan tergantung interaksi dengan lingkungan.
5.    Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas yang harus diselesaikan dengan belajar.

D.      Perkembangan Perilaku
1.    Struktur Kepribadian
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior).Selain itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:

a.       Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b.      Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c.       Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d.      Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e.       Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.

2.    Pribadi Sehat dan Bermasalah
a.    Pribadi Sehat
1)   Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
2)   Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3)   Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
4)    Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
5)   Mempunyai self control yang memadai
b.    Pribadi Bermasalah
1)   Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2)   Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
3)   Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
4)   Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
5)   Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai,  yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan

E.       Hakikat Konseling
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Konseling dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.

F.       Kondisi Pengubahan
1.    Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
2.    Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya :
a.    Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atau tidak
b.    Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
c.    Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d.   Mengevaluasi keberhasilan perencanaan perubahan  dengan mengukur kemajuan terhadap tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
e.    Melakukan penilaian tindak lanjut


3.    Sikap, Peran, dan Tugas Konseli
Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Konseli secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting konseli dalam konseling adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
4.    Situasi Hubungan
Dalam terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.

G.      Mekanisme Pengubahan
1.    Tahap-Tahap Konseling
a.    Assessment (Penilaian Fungsional)
Tahap untuk mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi, sekaligus akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan. Informasi-informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan, nilai-nilai, dan pikiran klien. Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran tentang kelayakan informasi yang semestinya dapat digali pada tahap ini adalah berkenaan dengan :
1)   Analisis tingkah laku khusus yang bermasalah
2)   Analisis Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3)   Analisis motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)   Analisis self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah laku bermasalah
5)   Analisis hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan klien
6)   Analisis lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan keterbatasan-keterbatasan lingkungan.
b.    Goal Setting (Menetapkan Tujuan)
Penyusunan tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas. Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)   Membantu klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)   Memperhatikan tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan diukur
3)   Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan yang berurutan.
c.    Technique Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai tujuan perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Muara konseling adalah membantu klien dalam mempelajari strategi-strategi efektif yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah laku.
d.   Evaluation-Termination (Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien, efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan keberhasilan konseling, serta balikan yang dapat dilaksanakan.
2.    Teknik-Teknik Konseling
a.    Desensitisasi sistematis
Teknik spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara bertahap
b.    Teknik Relaksasi
Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c.    Teknik Flooding
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang kecamasannya terhadap situasi tersebut
d.    Reinforcement Technique
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki dengan cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e.    Modelling
Teknik untuk memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
f.      Cognitive restructuring
Teknik yang menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis
g.    Assertive Training
Teknik membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap orang lain secara lugas tanpa agresif
h.    Self Management
Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i.      Behavioral Rehearsal
Teknik penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar ketrampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j.      Kontrak
Suatu kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan, motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaksanakan anatr pertemuan konseli.
k.    Pekerjaan Rumah
Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah yang dihadapinya.
l.      Role Playing
Teknik yang digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkan dengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya sehingga dapat tujuan yang diharapkan
m.  Extinction (Penghapusan)
Extinction (Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
n.    Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia untuk melakukannya.
o.    Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan konselor untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p.    Time-out
Time-out merupakan teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan positif.
q.    Terapi Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.

H.      Hasil-Hasil Penelitian
Teknik behavior banyak di gunakan dalam berbagai penelitian karena dapat diaplikasikan dalam berbagai setting kehidupan. Berikut beberapa aplikasi pendekatan behavioral :
1.    Aplikasi behavior therapy di lingkungan keluarga
a.    Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua. Terapis  membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode verbal dan perbuatan. Di dalam metode verbal mengandung intuksi verbal maupun tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi pikiran. Sedangkan metode perbuatan menggunakan teknik bermain peran ( role playing ), modelling dan latihan tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara orang tua dan anak yang mengalami masalah.
b.    Terapi pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Empat komponen utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu :
1)   Analisis perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan, jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku keluarga.
2)   Pelatihan keterampilan berkomunikasi
Pasangan belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan perasaan-perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now “ yang mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu. Selanjutnya mereka mulai menggambarkan perilaku suami/istri dengan spesifik. Di akhir latihan, pasangan dapat memberikan feedback positif terhadap perilaku pasangan.
3)   Latihan memecahkan masalah
Komponen ini melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti menyebutkan ( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya dengan pasangan, serta membuat kesepakatan.
4)   Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada hubungan seks mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi dini.Treatment yang diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap penampilan mereka, pendidikan seks yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan suami istri, latihan keterampilan dalam berkomunikasi, perubahan sikap.
c.    Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal antar anggota keluarga dalam keadaan :
1)   Contact/ Closeness ( Merging )
2)   Anggota keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
3)   Distance/ Independence ( Separating )
4)   Anggota keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. diantaranya sebagai berikut :
a.     Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b.    Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c.     Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d.    Materi pelajaran digunakan sistem modul.
e.     Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f.     Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g.    Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
h.    Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j.      Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).

I.         Kelemahan dan Kelebihan
1.    Kelemahan
Kelemahan atau keterbatasan kelompok behavioral:
a.    Anggota kelompok lebih tergantung pada dukungan dan dorongan kelompok
b.    Beberapa metodenya dipraktekkan secara kaku. Begitu menekankan pada teknik-teknik dan tidak memadai bagi individu-individu.
c.    Kecenderungan mengabaikan masa lalu dan ketidaksadaran. Sejarah awal banyak mempengaruhi masyarakat, sementara itu kelompok behavioral tidak mempertimbangkannya.
d.   Kurang fokus pada isu-isu besar kehidupan. Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada kejadian nyata atau keterampilan dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan anggota secara keseluruhan.
e.    Terkonsentrasi pada perilaku yang tampak, apakah terbuka atau tertutup. Kelompok behavior tidak mengkonsentrasikan pada perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika dibelakangnya.
2.    Kelebihan
a.    Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
b.    Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
c.    Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa dating

J.        Sumber Rujukan
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Muthi’ah, Anisatul & Umar Fadhilah, Nur. 2013. Makalah Pendekatan Person Cintered Therapy. Malang
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
                   Belmont, CA: Brooks/Cole.

4 komentar: