TEORI
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
RESUME
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono,
M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEPTEMBER
2013
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
A.
Nama
Pendekatan
Nama pendekatan dalam
konseling ini adalah pendekatan konseling psikoanalisis. Pendekatan
psikoanalisis merupakan pendekatan yang banyak mempengaruhi timbulnya
pndekatan-pendekatan lain dalam konseling.
B.
Sejarah
Perkembangan
Pendekatan
psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmun Freud (1856-1939). Psikoanalisis mulai
diperkenalkan oleh Sigmun Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas
mimpi (dream interpretation) pada
tahun 1900. Ia mengemukakan pandangannya bahwa
struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran.
Pengertian
Psikoanalisis mencakup tiga aspek : (1) sebagai metode penelitian proses-proses
psikis; (2) sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis; (3)
sebagai Teori Kepribadian. Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu:
1.
Prinsip konstansi
2.
Prinsip kesenangan
3.
Prinsip realitas
C.
Hakikat
Manusia
Aliran Freud memandang
manusia sebagai makhluk deterministic. Menurut Freud, tingkah laku manusia
ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsciousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama
enam tahun pertama kehidupan.
Instink merupakan pusat
dari pendekatan yang dikembangkan Freud. Walaupun pada dasarnya menggunakan
istilah libido yang mengacu pada energy seksual, ia mengembangkan istilah
ini menjadi energi seluruh instink
kehidupan. Insting-insting ini bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu
dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan , perkembangan dan kreativitas.
Freud juga mengemukakan manusia memiliki insting mati (death instincts), yaitu insting yang berhubungan dengan dorongan
agresif (aggressive drive) dan
insting hidup (life instincts).
Manusia memiliki gambaran jiwa yang dapat
dianalogikan seperti gunung es. Kesadaran (consciousness)
yaitu berisikan ide-ide atau hal-hal yang disadari. Prakesadaran (subconciousness) yaitu berisikan ide-ide
atau hal-hal yang tidak disadari yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran. Ketidaksadaran (unconsciousness) yaitu berisikan
dorongan-dorongan yang sebagian besar sudah ada
sejak lahir yaitu dorongan seksual dan agresi dan sebagian lagi berasal
dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan
bersifat traumatis, sehingga perlu ditekan dan dimasukan dalam ketidaksadaran.
D.
Perkembangan
Perilaku
1. Struktur
Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis,
struktur atau organisasi kepribadian individu
terdiri dari tiga system yaitu id, ego dan superego. Tingkah laku
manusia hamper selalu merupakan produk interaksi ketiga system tersebut.
Id merupakan system
utama kepribadian. Id merupakan rahim trempat ego berkembang. Id adalah sumber
utama dan reservoir atau cadangan dari energy-energi psikis dan merupakan
penggerak ego dan superego yang berhubungan erat dengan proses-proses jasmani,
dari mana energl berasal.
Ego merupakan bagian
yang memiliki kontak dengan realitas
dunia luar. Ego bertindak sebagai eksekutif yang mengatur, mengontrol,
dan meregulasi kepribadian. Ego dapat dianalogikan sebagai polisi lalu lintas (traffic cop) untuk id, superego dan
dunia. Tugas utama ego adalah memediasi antara insting dan lingkungan sekitar.
Ego berfungsi untuk mewujudkan kebutuhan pada dunia nyata dan mampu membedakan apa yang ada pada dalam
diri dan luar diri yang disebut dengan proses sekunder.
Superego merupakan
perwujudan internal dari nilai-nilai dan prinsip moral, serta cita-cita
tradisional masyarakat. Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian dan
mempresentasikan hal-hal yang ideal.
System Id, Ego dan
Superego saling berinteraksi. Jika Ego gagal menyalurkan kehendak Id menurut
batasan realita dan nilai-nilai moral, ia akan dihukum dengan kecemasan.
Menurut Freud terdapat tiga kecemasan yang dapat dialami individu yaitu
kecamasan realitas, kecemasan moral dan kecemasan neurotic.
2. Perkembangan
Kepribadian
Psikoanalisis memiliki
pendekatan yang unik dalam melihat perkembangan kepribadian manusia. Freud
mengemukakan perkembangan psikoseksual yang merupakan dasar pemahaman terhadap
permasalah yang dialami oleh konseli. Dalam pendekatan psikoanalisis terdapat
lima fase perkembangan psikoseksual yaitu Fase Oral (0-1 tahun) dimana anak
memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya melalui
menghisap dan menggigit. Fase Anal (1-3 tahun) pusat kenikmatan terletak pada
daerah anus yaitu melalui menahan dan mengeluarkan terutama pada saat buang air
besar. Fase Phallic (3-5 tahun) dimana anak mulai memindahkan pusat kepauasan
pada daerah kelamin, anak mulai tertarik perbedaan anatomi laki-laki dan
perempuan serta pembentukan identitas seksual.
3. Dinamika
Kepribadian
Insting
merupakanrepresentasi psikologis yang dibawa sejak lahir yang mengacu pada
keinginan (wish) yang merupakan
bagian dari kebutuhan (need).
4. Pribadi
Sehat dan Bermasalah
Pribadi yang sehat
adalah pribadi yang bisa mengpntrol system id, ego dan superego, sedangkan
pribadi yang tidak sehat adalah sebaliknya, pribadi yang tidak bisa mengontrol
system id, ego dan superego.
5. Mekanisme
Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan
ego (ego-defense mechanism) memiliki
dua karakteristik yaitu menyangkal realitas atau mengganti realitas (distort rality). Beberapa ego-defense
yang umum digunakan oleh individu yaitu represi (repression) dan supresi (suppression),
pembentukan reaksi (reaction formation),
proyeksi (projection), rasionalisasi
(rationalization), penempatan yang
keliru (displacement), fixasi dan
regresi, penyangkalan (denial),
introyeksi (introjections) dan
identifikasi.
E.
Hakikat
Konseling
Secara umum hakikat
konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikoanalisis hakikat
konseling adalah agar individu mengetahui ego dan menempatkan ego pada tempat
yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi
mediator antara id dan superego.
Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-eduksi
terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.
F.
Kondisi
Pengubahan
1. Tujuan
Tujuan terapi
psikoanalisis adalah membentiuk kembali struktur karakter individual dengan
jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri konseli,
merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman
masa lampau yang terjadi.
2. Sikap,
Peran dan Tugas Konselor
Peran utama konselor
dalam konselin ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri,
ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang efektif dalam menghadapi kecemasan
melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali atas
tingkah lakunya yang impulsive dan rasional.
3. Sikap,
Peran dan Tugas Konseli
Konseli harus bersedia
terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas
dengan melakukan atau mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam
pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dan kegiatan
konseling psikoanalisis.
4. Situasi
Hubungan
Dalam konseling
psikoanalisis terdapat tiga bagian hubungan konselor dengan klien yaitu Aliansi
( sikap konseli yang rasional dan tidak neurosis), Transferensi (proses
pengalihan pengalaman kepada orang yang dipercayai), dan Kontratransferensi
(pengembangan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik oleh
konselor).
G.
Mekanisme
Pengubahan
1. Tahap-Tahap
Konseling
a. Tahap
Pembukaan
Tahap
pembukaan ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien ditetapkan.
Terdapat dua bagian pada tahap ini, yaitu (1) disepakati tentang struktur
situasi analisis yang menyangkut tanggung jawab konselor dan klien; (2) bagian
kedua dimulai dengan klien menyimpulkan posisinya, sementara konselor terus
mempelajari dan memahami dinamika konflik-konflik ketidaksadaran yang dialami
klien. Pada tahap ini klien menyatakan tentang dirinya dan konselor mengamati
dan merekam untuk referensi tahap berikutnya
b. Pengembangan
Transferensi
Perkembangan
dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisi. Pada fase ini
perasaan klien mulai ditujukan kepada konselor, yang dianggap sebagai orang
yang telah menguasainya di masa lalunya (significant figure person). Pada tahap
ini konselor harus menjaga jangan sampai terjadi kontratransferensi, yaitu
transferensi balik yang dilakukan konselor pada klien karena konselor memiliki
perasaan-perasaan yang tidak terpecahkan. Kontratransferensi ini jangan sampai
mengganggu hubungan konseling dan bercampur dengan analisis transferensi klien.
c. Bekerja
melalui transferensi
Tahap
ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagai orang yang terus
melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya,
hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami
tentang dinamika kepribadian kliennya
d. Resulosi
Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurosis
klien yang ditunjukkan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor
juga mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada
klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi
bekerja terus, konseling dapat diakhiri maka konselor dapat mengikuti
transferensi itu untuk mengembangkan secara obyektif sehingga tercapai otonomi
klien.
2. Teknik-Teknik
Konseling
a. Asosiasi
Bebas
Asosiasi bertujuan
untuk meninggalkan cara berpikir yang biasa menyensor pikiran.
b. Analisis
Mimpi
mengungkapkan
tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk
menganalisisnya.
c. Analisis
Kepribadian (Case Historis)
Diniamika penyembuhan
gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan libido
terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan tersebut.
d. Hipnotis
Hipnotis bertujuan untukmengeksplorasi
dan memahami factor ketidaksadaran (unconsciousness)
yang menjadi penyebab masalah.
e. Analisis
Resistensi (Analysis of Resistance)
resistensi
berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien
terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta
perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
f. Analisis
Transferensi (Analysis of Transference)
Transferensi
adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini,
klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu
terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa
ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau
mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim,
dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.
g. Interpretasi
(Interpretation)
mengungkap
apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi
bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan,
menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang
termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
H.
Hasil-Hasil
Penelitian
Hasil penelitian
psikoanalisis di masa kini contohnya penelitian mengenai “pengaruh katarsis
dalam menulis ekspresif sebagai
intervensi depresi ringan pada mahasiswa”. Katarsis dalam asosiasi bebas
menurut sudut pandang psikoanalisa merupakan ekspresi dan pelepasan emosi yang
ditekan. Pengalaman emosional yang menyakitkan dalam psikoterapi, biasanya
melibatkan keasadaran pada materi sebelum ditekan.
I.
Kelamahan
dan Kelebihan
1. Kelebihan
a. Konselor
bisa mengetahui masalah pada diri konseli, karena prosesnya dimulai dari
mencari tahu pengalaman masa lalu konseli.
b. Mampu
membantu konseli mengetahui masalah yang selama ini tidak disadarinya.
c. Menolong
konseli mendapatkan pengertian yang
terus menerus pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri.
d. Membentuk
kembali kepribadian konseli dengan jalan mengabaikan hal yang tidak disadari
menjadi sadar kembali dengan menitik beratkan pada pemahaman dan pengenalan
pengalaman masa anak, untuk ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan
sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi kembali.
e. Meningkatkan
kesadaran dan control ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang
tidak rasional.
2. Kelemahan
a. Waktu
yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang.
b. Diperlukan
konselor yang benar-benar terlatih untuk melakukan teknik psikoanalisis.
c. Pandangan
yang terlalu diterministik di nilai terlalu merendahkan martabat manusia.
d. Terlalu
menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido
e. Pengalaman
masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa.
J.
Sumber
Rujukan
Komalasari,
Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori
dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks
Corey,
Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling
dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Hasanah,
S. Maya, A, Dina. Munauwaroh. 2013. Makalah
Pendekatan Psikoanalisis. Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar