LANDASAN
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
MAKALAH
PENYAJI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan Pendidikan dan
Pembelajaran
Yang dibina oleh Bapak Dr. Imanuel
Hitipeuw, M.Pd & Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd
Oleh
Akhmad Sugianto 130111809209
Anisatul Muthi’ah 130111809290
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEPTEMBER
2013
KATA
PENGANTAR
Makalah
ini membahas mengenai Landasan Antropologi dalam Pendidikan, tetapi dalam pembahasannya
akan dimulai dari pengertian dan latar belakang dari landasan antropologi.
Karena membahas landasan tersebut tidak akan tepat kalau tidak didahului oleh berbagai pembahasan
langkah-langkah, perencanaan, komponen dan asas yang mendasari pokok bahasan
ini.
Di samping itu, kiranya
menjadi kewajiban untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua
pihak, tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah sederhana ini tidak mungkin
sampai keharibaan pembacaa.
Semua kritik,
saran-saran, maupun anjuran-anjuran dari rekan-rekan seprofesi, dan siapa saja
yang mempunyai hasrat dan berkeinginan untuk menyempurnakan makalah ini
diterima dengan senang hati dan disertai dengan ucapan terima kasih.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------------- i
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN----------------------------------- 1
A. Latar
Belakang----------------------------------- 1
B. Rumusan
Masalah-------------------------------- 2
C. Tujuan
Penulisan--------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------- 4
A. Pengertian
Landasan Antropologi--------------- 4
B. Sejarah
Perkembangan Landasan Antropologi--- 5
C. Manfaat
Landasan Antropologi------------------ 7
D. Pengaruh
Landasan Antropologi----------------- 8
E. Implikasi
Landasan Antropologi----------------- 9
F.
Aplikasi Landasan Antropologi------------------ 10
G. Penerapam
Landasan Antropologi Terhadap BK 11
BAB III PENUTUP-------------------------------------------- 12
A. Kesimpulan
-------------------------------------- 12
B. Saran
--------------------------------------------- 12
DAFTAR
RUJUK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai
potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya.
Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin
sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang
dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan
dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang
dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak
dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran
yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha
yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan
manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya Sukardjo & Ukim Komarudin
( 2009: 9)
Pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan
menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi.
Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan melalui enkulturasi semenjak
kecil di dalam lingkungan keluarga. Dalam masyarakat yang sangat kompleks,
terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar
dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa
manusia sejak kelahirannya. Secara faktual, dan sebagaimana tersurat dalam definisi
yang dikemukakan Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia
sehingga menjadi karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah
melalui belajar. Di pihak lain, bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit
banyak merupakan himpunan dari pola-pola budaya yang diperlukan dalam rangka
mempertahankan eksistensi suatu masyarakat Wahyudin Dinn ( 2008: 2-28 ).
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan
percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek
pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga antropologi
menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema
nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode
mengajar kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat
berlawanan dengan data yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para
pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan
menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu
keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan
membahas secara lengkap tentang landasan antropologi dalam pendidikan di masa
yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap
memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai luhur,
norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka
dapat di jabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan landasan
antropologi pendidikan ?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan
antropologi ?
3.
Apa manfaat landasan antropologi dalam
pendidikan ?
4.
Apa pengaruh antropologi terhadap
lingkungan dan masyarakat ?
5.
Bagaimana implikasi landasan antropologi
dalam pendidikan ?
6.
Bagaimana aplikasi landasan antropologi
dalam pendidikan saat ini ?
7.
Baagaimana penerapan landasan
antropologi terhadap BK?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan.
2. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan landasan antropologi pendidikan.
3. Untuk
mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan .
4. Untuk
mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Untuk
mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
6. Untuk
mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini.
7. Untuk
mengetahui penerapan landasan antropologi terhadap BK
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Landasan Antropologi
Antropologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti
ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia
pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbanding atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu
sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode
antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti
kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara
garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi
banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya
kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam
rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
khususnya dalam dunia pendidikan.
B.
Sejarah
Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu
juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi
menjadi empat fase sebagai berikut :
1.
Fase Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai
berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia,
hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal
baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku
harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang
berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan
yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan
etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di
Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat
besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan
bahan etnografi.
2.
Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan
Etnografi disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi
tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan
masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terrendah
melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat
yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka
adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang
ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang
mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu.
Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat
menambah pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi
merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan
hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis,
yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3.
Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu
yang praktis, yang bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku
bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian
tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa
berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa.
Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang
pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih
mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di
negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika
Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
4.
Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat
pesat, diantaranya pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode
ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini menyebabkan :
a)
Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah
perang dunia 2
b)
Sekitar
tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang
Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil
berkembang dengan tujuan dan pokok yang baru, dengan berlandaskan bahan
etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru itu ditinjau dan
diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari
negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya
tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan
di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2
tujuan, yaitu :
a)
Tujuan akademis yaitu pengertian manusia
beserta bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
b)
Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia
dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
tersebut.
C.
Manfaat
Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu
seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga,
budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai
landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa
manfaat diantaranya:
1.
Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku
bangsa).
2.
Dapat mengetahui kedudukan serta peran
yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan
yang kita sandang.
3. Dengan
mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan
umat manusia diseluruh dunia khususnya
Indonesia yang mempunyai
kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya
sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4.
Dapat mengetahui berbagai macam problema
dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam
masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap
pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa,
antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.
D.
Pengaruh
Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan
yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai,
daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah
tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap
pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis
ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada
musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk
mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di
daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya
dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula
perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun
kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu
berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif
mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga
bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan
mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di
pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah
didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi.
Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih keras untuk
mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan
perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem
nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan
berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang
bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
Studi antropologi selain untuk kepentingan
pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat
diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan
pengembangan masyarakat.
landasan antropologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di
berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan
lokal.
Dari
paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi bisa membuka diri tentang
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan menghargai kebudayaan
orang lain.
E.
Implikasi
Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi
landasan antropologi, adalah sebagai berikut.
1.
Identifikasi kebutuhan belajar
masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat
ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri
dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan
perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi
dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.
2.
Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan
belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan
sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut
menilai hasil belajar.
3.
Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup
merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar
pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola
sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen 2002,
dalam Efendi 2009:153).
F.
Aplikasi
Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat
ini adalah sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran berbasis budaya
lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi
disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah.
Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya,
menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2.
Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat
( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di
sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami
kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa
diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat
yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
3.
Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran
dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku
yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan fisik dan mental siswa.
G.
Penerapan
Landasan Antropologi Terhadap BK
Sebagai seorang konselor dalam
ranah pendidikan sudah selayknya dan sepantasnya kita harus memahami terlkebih
kajian tentang landasan antropologi agar bisa diterapkan dalam proses pemberian
layanan di sekolah. Dalam lndasasan antropologi dijelaskan bhwa di Indonesia
mempunyai keberagaman budaya. Keberagaman tersebut dimiliki oleh setiap peserta
didik kita, jadi sebagai konselor kita harus memahami menganai keberagaman
budaya tersebut agar bisa membantu perserta didik sesuai dengan pendekatan yang
berkaitan dengan budaya yaitu pendekatann berbasis multicultural.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Antropologi adalah studi
tentang umat manusia, yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia. Objek kajian antropologi adalah budaya.
Kebudayaan adalah
totalitas kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dan
kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan akan dapat
mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan adalah sangat besar. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin
mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan
dikembangkan oleh manusia.
Antropologi pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan
Antropologi.
B.
Saran
Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan
antropologi pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan
paham asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna
dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah
kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia
yang beragama masa kini.
Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal
balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila
pendidikan berubah akan akan dapat mengubah kebudayaan. Semakin potensi
seseorang dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan
kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia. Pendidikan
multicultural perlu ditanamkan sejak dini baik melalui pendidikan formal maupun
non formal, agar anak memiliki rasa.
DAFTAR
RUJUKAN
Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Wahyudin, Dinn., dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saefuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.
Jakarta: Prenanda Media.
Sudomo.
1989. Landasan Pendidikan.
Malang: Universitas Negeri
Malang.
Pidarta, Made.
2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Widyastuti, Aryani. http://aryaniwidhiastuti.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-antropologi-semest.html.
di akses 8 September 2013
Efendi, M. 2009. Kurikulum
dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.
kak...
BalasHapusboleh tanya..
sumber2 di makalah ini kakak nemu dimana??
atau sudah punya??
makasih..