SFBC (Solution Focus Brief
Counseling)
- NAMA PENDEKATAN
Nama
pendekatan konseling ini adalah Solution
Focus Brief Counseling. Konseling
ini selanjutnya disingkat SFBC, adalah suatu konseling singkat yang
dibangun atas potensi konseli yang sebenarnya mampu mengkonstruksi solusi dari
masalahnya.
- SEJARAH
PERKEMBANGAN
SFBC merupakan
salah satu teknik konseling pendekatan postmodern. Tumbuh dari orientasi terapi
strategis di lembaga penelitian jiwa, SFBC menggeser fokus dari penyelesaian
masalah untuk fokus pada solusi lengkap.
Steve
de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran ini di pusat terapi singkat di
Milwaukee pada akhir tahun 1970an. Setelah tumbuh tidak puas dengan kendala
dari model strategis, pada tahun 1980an de Shazer berkolaborasi dengan sejumlah
terapis, termasuk Eve Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle Weiner-Davis,
dan Bill O’Hanlon, yang masing-masing menulis secara ekstensif tentang SFBC dan
memulai SFBC di lembaga pelatihan mereka. Baik O’Hanlon dan Weiner-Davis
terpengaruh oleh karya asli de Shazer, namun mereka memperluas dasar ini dan menciptakan
apa yang mereka sebut Solution
– Oriented therapy. Dalam bab ini ketika didiskusikan solution-focused brief therapy,
solution-focused therapy, dan solution-oriented
therapy, lebih difokuskan pada kesamaan pendekatan ini daripada melihat
perbedaannya.
Dua
pendiri utama SFBC yaitu INSOO
KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif, pusat terapi keluarga yang singkat
di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam Pemusatan solusi terapi singkat
(Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan tempat kerja yang
dipersatukan, Japan, Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil
tulisannya adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi
(1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat Pendekat solusi
(1992), dan Interviewing solution (2002).
STEVE
DE SHAZER : salah satu pelopor (SFBT) Senior perkumpulan penelitian di
Milwaukee, pengarang buku solusi terapi singkat SFBT (1985), petunjuk-petunjuk
mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata
sihir (1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan
meluas sebagai konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk
pengembangan teori dan solusi-solusi praktek.
SFBC
berbeda dengan dari terapi tradisional dengan mengulas masa lalu dalam
mendukung baik saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang
mungkin, dan mereka kurang tertarik dalam mengeksplorasi masalah. De
Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab masalah untuk
menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan antara penyebab masalah denga
solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah
hal yang terjadi.
Jika
mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjtnya adalah
mencari solusi yang benar. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak solusi,
dan apa yang benar bagi seseorang bisa jadi tidak benar menurut orang lain.
dalam SFBC, konseli memilih tujuan penyelesaian yang mereka harapkan, dan
sedikit perhatian dalam memberikan diagnosis, pembicaraan masa lalu, atau
eksplorasi masalah.
SFBC
dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan
kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi yang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini
bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup, walaupun
kadang-kadang kita mungkin kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan
kita. Tanpa memperhatikan apa yang dibentuk konseli ketika mereka memulai
konseling, Berg percaya konseli kompeten dan tugas konselor adalah untuk
membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari konseling
ini adalah melibatkan konseli dalam membangun harapan dan optimis dengan
membuat ekspektasi positif dalam kemungkinan perubahan. SFBC adalah pendekatan
non patologis yang menekankan kompetensi dari pada kekurangan, dan kekuatan
dari pada kelemahan. Model SFBC membutuhkan sikap filosofis dalam
menerima konseli dimana mereka dibantu dalam membuat solusi. O’ Hanlon mendeskripsikan
orientasi positif : “ menumbuhkan solusi – meningkatkan kehidupan manusia dari
pada fokus pada bagian-bagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan
dapat terjadi sangat cepat”. Karena konseli sering datang ke konseling
dengan pernyataan “ orientasi masalah”, bahkan sedikit solusi yang mereka
pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli sering
memiliki cerita yang berakar dalam sebuah pandangan yang menentukan apa yang
terjadi di masa lalu pasti akan membentuk masa depan mereka. Konselor SFBC
menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis yang menyoroti keyakinan
mereka dalam pencapaian , menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor
dapat menjadi penolong dalam membantu konseli membuat pergeseran dari
pernyataan masalah ke kondisi dengan kemungkinan-kemungkinan baru.
Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis cerita yang
berbeda yang dapat menyebabkan akhir yang baru.
- HAKIKAT MANUSIA
Konseling
berfokus solusi tidak mempunyai pandangan komprehensif tentang sifat manusia,
tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan konseli. Konseling berfokus solusi
menganggap manusia bersifat konstruktivis. Sehingga, konseling berfokus solusi
didasarkan pada asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan
tersebut tidak terelakkan.
- PERKEMBANGAN
PERILAKU
1. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Struktur
kepribadian manusia berdasarkan teori SFBC adalah sebagai berikut:
a. SFBC tidak menggunakan teori
kepribadian dan psikopatologi yang ada saat ini
b. Konselor tidak bisa memahami secara
pasti tentang penyebab masalah individu
c. Konselor perlu tahu apa yang membuat
orang memasuki masa depan yang lebih baik dan sehat, yaitu tujuan yang lebih
baik dan sehat
d. Individu tidak bisa mengubah masa lalu,
tetapi bisa mengubah tujuannya
e. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi
masalah dan mengantarkan masa depan yang lebih produktif
f. Konselor perlu mengetahui
karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif, proses positif, saat ini,
praktis, spesifik, kendali konseli dan bahasa konseli
g. Sebagai ganti teori kepribadian dan
psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berfokus pada saat ini yang dipandu
oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa
konseli dan dibawah kendalinya.
2. PRIBADI SEHAT DAN BERMASALAH
Pribadi sehat berdasarkan teori SFBC adalah:
a. Manusia pada dasarnya kompeten,
memiliki kapasitas untuk membangun, merancang/ merekonstruksikan solusi-solusi
sehingga mampu menyelesaikan masalahnya
b. Tidak berkutat pada masalah, tetapi
fokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan
Pribadi bermasalah menurut SFBC adalah:
a. Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan
cara mengkonstruk cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa
ketidakbahagiaan berpangkal pada dirinya.
b. Berkutat pada masalah dan merasa tidak
mampu menggunakan solusi yang dibuatnya.
- HAKIKAT KONSELING
Walter
dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang
menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan
mereka. Berikut ini beberapa asumsi dasar SFBC:
1. Individu-individu yang datang
konseling telah mempunyai kemampuan berperilaku efektif, meskipun keefektifan
tersebut mungkin untuk sementara terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran
berfokus masalah mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam
menangani masalah
2. Ada keuntungan untuk fokus
positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri
mereka dengan mengarahkan kekuatan mereka menggunakan “ solution –talk” , merupakan
suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat
3. Proses konseling diorientasikan pada
peningkatan kesadaran eksepsi (harapan-harapan yang menyenangkan)
terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4. Konseli sering mengatakan satu sisi
dari diri mereka. SFBC mengajak konseli untuk memerika sisi lain dari cerita
hidupnya yang disampaikan.
5. Perubahan kecil membuka jalan bagi
perubahan besar. Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling
6. Konseli ingin berubah, memiliki
kemampuan untuk berubah, dan melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan
terjadi. Konseli harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada
merancang strategi sendiri untuk mengendalikan hambatan. Ketika konselo mencari
cara untuk kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan
terjadi.
7. Konseli bisa percaya pada niat mereka
untuk menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah
spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan
begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.
- KONDISI PENGUBAHAN
Bertolino
dan O’Hanlon menekankan pentingnya membuat kolaborasi hubungan
terapeutik dan perlu dilakukan untuk keberhasilan konseling. Diakui
bahwa konselor memiliki keahlian dalam menciptakan konteks untuk
perubahan, mereka menekankan bahwa konseli adalah ahli dalam kehidupan mereka
dan sering memiliki perasaan yang bagus tentang apa yang harus dan tidak harus
dilakukan di masa lalu dan begitu juga apa yang mungkin dilakukan di masa
depan. SFBC mengasumsikan pendekatan kolaboratif dengan konseli berbeda
dengan sikap edukatif yang biasanya dikaitkan dengan model terapi tradisional.
Jika konseli terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir,
perubahan meningkat sehingga konseling akan sangat berhasil. Singkatnya,
hubungan kolaborasi dan kooperatif cenderung lebih efektif dari pada
hubungan hierarki dalam konseling.
1. TUJUAN
SFBC
menawarkan beberapa bentuk tujuan:
- Mengubah cara pandang situasi atau
kerangka pikir
- Mengubah situasi masalah dan
menekankan pada kekuatan dan sumber daya konseli
- Konseli didorong untuk terlibat dalam
perubahan atau “ solution talk”,
dari pada “problem talk” dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah
sebagian besar apa yang akan dihasilkan
- Berbicara tentang perubahan dapat
menghasilkan perubahan. Secepat individu belajar untuk berbicara dalam
istilah kemampuan dan kompetensi mereka, apa sumber daya dan kekuatan
yang mereka miliki, dan apa yang siap mereka lakukan dan mengerjakannya,
mereka dapat mencapai hal utama dalam konseling.
2. SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
- Mengidentifikasi dan memandu konseli
mengeksplorasi kekuatan-kekuatan dan kompetensi yang dimiliki konseli
- Membantu konseli mengenali dan
membangun perkecualian-perkecualian pada masalah, yaitu saat-saat ketika
konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan) sesuatu yang mengurangi atau
membatasi dampak masalah
- Melibatkan konseli untuk berpikir
tentang masa depan mereka dan apa yang mereka inginkan yang berbeda di masa
depan
- Konselor mengambil posisi “ tidak
mengetahui” untuk meletakkan konseli pada posisi sebagai ahli mengenai
kehidupan mereka sendiri. Konselor tidak mengasumsikan diri sebagai ahli yang
mengetahui tindakan dan pengalaman konseli
- Membantu konseli dalam mengarahkan
perubahan tetapi tidak mendikte konseli apa yang ingin diubah
- Konselor berusaha membentuk hubungan
yang kolaboratif dan menciptakan suatu iklim yang respek, saling menghargai dan
membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli untuk mengembangkan
kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka
- Konsisten dalam membantu konseli
berimajinasi bagaimana mereka menginginkan hal yang berbeda dan apa yang akan
dilakukan untuk membawa perubahan tersebut terjadi dengan menanyakan “ apa yang
Anda inginkan dari datang kesini?”, “apa yang akan membuat perbedaan untukmu?”
dan “ apa kemungkinan-kemungkinan yang Anda tandai bahwa perubahan yang Anda
inginkan terjadi?.
3. SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELI
- Mau dan mampu berkolaborasi dengan
konselor
- Aktif terlibat dalam proses
konseling
- Memiliki motivasi untuk menyelesaikan
masalah
- MEKANISME
PENGUBAHAN
1. TAHAP-TAHAP KONSELING
a. Establishing rapport. Yaitu pembentukan hubungan baik
agar proses konseling berjalan lancar seperti yang diharapkan. Agar tercipta
iklim yang kolaboratif antara konselor dengan konseli.
b. Identifying a solvable complaint. Yaitu mengidentifikasi
keluhan-keluhan yang akan dipecahkan.
c. Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan
dicapai dalam proses konseling.
d. Deigning an intervention atau merancang intervensi
e. Strategic task that promote
change. Yaitu tugas tertentu
yang diberikan oleh konselor untuk mendorong perubahan. Misalnya dengan meminta
konseli untuk mengamati dengan mengatakan:” antara sekarang dan waktu
mendatang kita bertemu, saya meminta anda untuk mengamati, sehingga Anda dapat
menggambarkan pada saya pada pertemuan mendatang, apa yang terjadi di kehidupan
Anda yang Anda inginkan terjadi secara berkelanjutan”. Penugasan tersebut
mendorong konseli bahwa perubahan yang diinginkan pasti terjadi dan tidak
terelakkan. Hal tersebut sangat penting dipahami sebelum mereka memulai
merancang perubahan.
f. Identifying & emphazing new
behavior & changes. Yaitu
mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan.
g. Stabilization atau stabilisasi
h. Termination. Pada tahap terminasi, ciri-ciri
pertanyaan yang diajukan konselor untuk mengidentifikasi keberhasilan knseling
yaitu: “ apa hal berbeda yang diperlukan dalam hidup Anda yang dihasilkan
dengan datang kemari sehingga Anda mengatakan bahwa pertemuan kita
bermanfaat?”, dan “ ketika masalah Anda teratasi, hal berbeda apa yang akan
Anda lakukan?”.
2. TEKNIK-TEKNIK KONSELING
· Exeption-Finding Questions : Pertanyaan tentang saat-saat dimana
konseli bebas dari masalah. SFBT didasarkan pada gagasan dimana ada saat-saat
dalam hidup konseli ketika masalah yang mereka identifikasi tidak bermasalah.
Waktu tersebut disebut pengecualian dan disebut “ news of difference”. Konselor
SFBC mengajukan ask exeption question untuk menempatkan konseli pada
waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau ketika masalah yang ada tidak kuat.
Pengecualian merupakan pengalaman hidup konseli di masa lalu ketika
dimungkinkan masalah tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana
hal itu tidak terjadi. Dengan membantu konseli mengidentifikasi dan memeriksa
pengecualian tersebut kemungkinan meningkatkan mereka dalam bekerja menuju
solusi. Eksplorasi ini mengingatkan konseli bahwa masalah tidak selalu kuat
dan ada selamanya; juga menyediakan kesempatan untuk meningkatkan
sumberdaya, melibatkan kekuatan, dan menempatkan solusi yang mungkin.
Konselor menanyakan pada konseli apa yang harus dilakukan agar pengecualian ini
lebih sering terjadi. Dalam istilah SFBC, hal ini disebut “change-talk”.
— Miracle Questions : Pertanyaan yang mengarahkan konseli
berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib
terselesaikan. Konselor menanyakan “ jika suatu keajaiban terjadi dan masalah
Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda tahu bahwa masalah
tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Konseli kemudian terdorong
untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar merasa lebih percaya diri dan
aman, konselor bisa mengatakan: “ biarkan dirimu berimajinasi bahwa kamu
meninggalkan kantor hari ini dan kamu dalam rel untuk bertindak lebih
percaya diri dan aman. Hal berbeda apa yang akan kamu lakukan?”. Mengubah hal
yang dilakukann dan cara pandang terhadap masalah mengubah masalah
tersebut. Meminta konseli untuk mempertimbangkan keajaiban tersebut dapat
membuka celah kemungkinan di masa depan. Konseli didorong untuk mengikuti
mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja yang paling
ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan bahwa konseli
dapat mulai mempertimbangkan hal yang berbeda dalam hidupnya yang tidak
didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan dari
masa lalu dan masalah saat ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa
depan.
— Scaling Questions : Pertanyaan yang meminta konseli
menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10.
Konselor SFBC juga menggunakan teknik ini ketika mengubah pengalaman konseli
yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan, keinginan atau komunikasi.
Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia merasa panik atau cemas,
bisa ditanyakan:” pada skala 0-10, dengan 0 adalah apa yang Anda rasakan ketika
Anda pertama kali datang konseling dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini
setelah keajaiban terjadi dan masalah Anda teratasi, bagaimana Anda
menyatakan skala kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika konseli hanya
berkembang dari 0 ke 1, dia telah berkembang. Bagaimana dia melakukan itu? Apa
yang dia perlukan untuk meningkatkan skala? Pertanyaan skala memungkinkan
konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka
dapat mengambil langkah yang akan memandu perubahan yang mereka inginkan.
— Coping Questions : Pertanyaan yang meminta konseli
mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi.
— Compliments : Pesan tertulis yang dirancang untuk
memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi
pencapaian tujuannya.
- HASIL-HASIL
PENELITIAN
Penelitian
SFBC telah dilakukan oleh Mulawarman dengan judul Penerapan SFBT untuk
meningkatkan harga diri siswa (self esteem) suatu embedded experimental design. Hasil
penelitian dilihat dari hasil secara kuantitatif ditemukan perbedaan tingkat self esteem siswa sebelum mendapatkan intervensi
SFBT dengan menggunakan Wilcoxon
signed rank test, dimana
nilai tersebut adalah 2, 207. Pada sisi kualitatif dengan berdasarkan pada
hasil analisis percakapan ditemukan bahwa harga diri rendah berubah menjadi
harga diri tinggi.
- KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN
1. KELEBIHAN
a. Pendekatan ini menekankan pada
singkatnya waktu konseling
b. Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai
banyak riset yang membuktikan keefektifannya
c. Pendekatan ini bersifat positif untuk
digunakan dengan konseli yang berbeda-beda. Maksudnya, teori konseing ini
didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan kompeten
serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi dalam meningkatkan kualitas
hidup mereka dengan optimal.
d. Pendekatan ini difokuskan pada
perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan kecil pada tingkah laku
e. Pendekatan ini dapat dikombinasikan
dengan pendekatan konseling lainnya
2. KELEMAHAN
a. Pendekatan ini hampir tidak
memperhatikan riwayat konseli
b. Pendekatan ini kurang memfokuskan
pencerahan
c. Pendekatan ini menggunakan tim,
setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal
- SUMBER RUJUKAN
Corey,
Gerald. 2009.Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eigh
Edition. USA: Thomson Higher education
Palmer,
Stephen. 2011. Introduction to Counselling and Psychotherapy (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Gladding,
Samuel T. 2012. Counseling a
Comprehensive Profession, sixth edition (terjemahan).
Jakarta Barat: PT Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar