TAHAPAN-TAHAPAN
DALAM MENYUSUN PROGRAM
GUIDANCE
SERVICE
Dalam
merintis / memulai suatu program personnel atau guidance service dalam
sekolah-sekolah menengah atau perguruan Tinggi menuntut persiapan-persiapan
yang teliti. Persiapan mencakup suatu study pendahuluan yang meliputi seluruh
situasi, semua fungsi-fungsi sekolah yang ada.
Atas dasar survey ini personel sekolah dapat bertanggung
jawab untuk mengembangakan selangkah demi selangkah bagi program Guidance
Service sekolahnya.
Dua
langkah yang pokok dalam emmulai merintis suatu program guidance service:
Untuk
melukiskan bagaimana suatu program dapat dikemangkan, ada 2 (dua) langkah pokok
yang harus bisa dilaksanakan.
Langkah I :
Kepala Administrasi
Sekolah (Kepala Sekolah) menunjuk / membentuk suatu Komite Guidance
Services. Anggota-naggota komite mewakili semua fungsi-fungsi dari lembaga /
sekolah yang mungkin bisa dibayangkan ada hubungannya kepada program yang baru
(Bimbingan Konseling) ini.
Selanjutnya Komite melakukan survey pendahulan :
1. Survey bagi
aktivitas-aktivitas Guidance yang mungkin telah ada dalam lembaga / sekolah.
2. Survey mengenai
kebutuhan-kebutuhan pelajar-pelajar untuk bisa menetapkan mana dari
kebutuhan-kebutuhan tersebut yang harus perlu dilayani.
3. Survey mengenai
anggota-anggota staf secara individual utnuk mempertimbangkan cirri dan luasnya
minat dan perhatian mereka dalam lapangan pekerjaan Guidance, kegairahan mereka
untuk mengambil bagian secara aktif dala pekerjaan dan kwalifikasi
(syarat-syarat kemampuan kepribadian) untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
seperti ini.
Langkah II :
Komite guidance service merencanakan suatu program yang
diharapkan / diinginkan dan rencana oganisasi. Komite menetapkan tujuan-tujuan
program. Tujuan –tujuan ini sejalan / searah sejiwa dengan tujuan-tujuan
fundamental sekolah. Tujuan-tujuan tersebut hendaknya di dasarkan atas survey
mengenai karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan pelajar-pelajar.
Sehubungan
dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan, komite guidance service menyiapkan
suatu “master chart” organisasi yang baik.
Master
chart ini menunjukkan bagian / seksi yang penting dan kepala pejabat merupakan
tempat bagi operasi program. Chart yang menunjukkan garis authority (wewenang)
dan hubungan-hubungan kerjasama diantara berbagai pejabat seksi atau
pekerja-pekerja.
Komite
selanjutnya merencanakan “subsiding-chart” yang menggambarkan detail-detail
organisasi dan operasi program, misalnya: type-type khusus tugas-tugas untuk
dikerjakan oleh pelbagai personel
sekolah.
Akhirnya
komite guidance service menyerahkan rencana program dan organisasinya kepada
seluruh staff dalam suatu rapat. Pada pertemuan rapat ini, anggota-anggota
staff dapat menanyakan / mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang dan
memberikan komentar terhadap usul-usul proposal komite. Lebih lanjut komite
dapat merevisi proposal-proposal ini atas dasar saran-saran rapat tersebut.
Kebutuhan
Akan Kerjasama Dan Partisipasi Staff.
Menunjukkan
kepada kedua langkah yang baru diuraikan di atas perhatian bahwa kepala
administrasi (Kepala Sekolah) membuat ketentuan bahwa komite guidance service
harus mencakup responsentatif dari guidance dalam sekolah. Perhatian juga bahwa
sejak dari permulaan Kepala Administrasi dan Komite Guidance Service harus
mendorong dan memberikan semangat partisipasi dari staff.
Kepala
administrator harus meyakinkan bahwa komite benar-benar menggambarkan seluruh
staff. Karena komite representative, mudah untuk merencanakan Guidance
Service dalam suatu “frame of
reference”, yang luas dan realistis. Juga untuk alasan ini, komite mampu untuk
mengembangkan goodwill antara anggota-anggota staff dan untuk mengerahkan
kerjasama anthusias mereka dalam program.
Dalam
semua kativitas-aktivitasnya, komite guidance service harus mengambil posisi
bahwa semua anggota-anggota staff memiliki hak dan tanggung jawab untuk
mengambil bagian dalam “palnning” dan “condukting” (melakukan) program guidance. Karena itu komite
mengembangkan rencana-rencana yang lebih baik dan operasi-operasi yang lebih
lancar dari pada cara-cara lainnya. Untuk itu komite mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dari rencananya.
Sekali
waktu komite guidance service harus “call in” wakil-wakil badan atau
organisasi-organisasi pelajar. Dalam pertemuan-pertemuan komite harus
mengundang / mengilut sertakan pimpinan-pimpinan organisasi-organisasi pelajar
ini untuk mendapatkan reaksi-reaksi mereka atas rencana guidance dan
mendapatkan saran-saran dari mereka bagi program guidance. Dengan cara ini
komite bisa memperbaiki Guidance service yang dikemukakan; dan dengan cara ini
pula komite dapat membangkitkan kepercayaan pelajar dalam dan mendukung
service-service program ini.
Peranan
Chairman (Ketua)
Suksesnya
komite guidance service mengemban dan melaksanakan programnya sangat tergantung
tidak sedikit kepda ketua_nya. Ketua (pimpinan) haruslah seorang yang dengan
sepenuh hati antusias tentang guidance. Dia harus matang dalam prinsip-prinsip
dasar dan praktek-praktek guidance service yang bervariasi ini. Lebih
diharapkan bahwa dia harus telah pernah memiliki latihan-latihan dan
penalaman-pengalaman dalam lapangan pendidikan.
Selanjutnya
ketua harus mempunyai respect (perhatian) kepada komite dan perhatian kepada
staff seklah. Dan akhirnya dia harus mampu memainkan pimpinan secara realistis
dalam segala fase perkembangan dan pembinaan
program guidance. Apabila kepala adminstrasi (Kepala Sekolah) memiliki
kwalifikasi dan waktu untuk melakukan kemampuan-kemampuan, dia dapat menjadi
ketua komite guidance service sekolahnya. Jika tidak komite dapat memilih /
menunjuk ketua-nya carilah seorang anggota staff. Yang nampaknya memiliki
karakteristik-karakteristik yang bisa diharapkan.
Bila
seklah memiliki seorang direktur guidance service (konselor), dia logis
menjadiketua komite guidance service. Direktur ini tentu saja telah ditunjuk /
diangkat untuk posisi ini oleh ketua administrasi (Kepala Sekolah). Dengan
persetujuan kepala administrator (Kepala Sekolah), direktur mengemban suatu
variasi tugas-tugas guidance, karena direktur ini memang telah terlatih secara
khusus dalam lapangan guidance dan
karena dia memiliki wewenang dan tanggung jawab membina perkembagan
program guidance sekolah, dia pada umumnya ideal sekali untuk menjadi ketua
komite guidance service.
Dalam
membina perkembagan guidance service, direktur guidance dnegan bantuan komite
tidak hanya merencanakan program dan organisasi guidance saja dia juja
berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan program “public information”
(humas). Dalam program ini dia harus inform kepada pelajar-pelajar mengenai
guidance service yang sangat berguna bagi pelajar-pelajar bisa mendapatkannya
bagi kelangsungan perkembangan pendidikan dan kepribadian mereka. Dalam program
ini jga direktur haus inform kepada masyarakat umum, orang tua-orang tua
pelajar.
Sekolah
yang memberikan personnel atau guidance service harus secara kontinyu inform
semua orang yang datang untuk kontak dengan sevice-servicenya, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dengan inform kepada pelajar-pelajar sendiri, dan kepada
public tentang guidance servicenya, sekolah bisa membantu suatu understanding
terhadap program guidancenya.
Dalam hal ini sekolah juga dapat mengembangkan hubungan
kerjasama secara koooperatif yang realitasnya adalah sangat essensiil bagi
suksesnya program guidance sekolah ini.
Kesalahan-Kesalahan
Umum Yang Harus Dihindari.
Dalam
merencanakan suatu organisasi program guidance service, suatu sekolah harus
mencari dan harus berusaha menghindari kesalahan-kesalahan tertentu. Jika
sekolah tidak melakukannya, program guidance servicenya dapat terhalang atau
bahkan kandas sama sekali. Menurut eksperimen terhadap banyak lembaga-lembaga
pendidikan, ada beberapa kesalahan-kesalahan yang secara wajar terjadi dalam
perkembangan suatu program guidance service, antara lain sebagai berikut :
1. Kekurangan pembatasan yang
tepat mengenai fungsi-fungsi program atau kekurangan kapasitas batas-batas
service-servicenya.
2. Pembagian tanggung jawab
yang sama di antara fungsionaris.
3.
Tidak adanya garis
pemotong (pemisah) yang tegas tanggung jawab diantara penguasa / authority.
4.
Kegagalan untuk
mengkhususkan / menetapkan hubungan-hubungan staf-staf anggota staf guidance
dengan staf dan anggota staf serta petugas-petugas lainnya yang ada dalam
sekolah.
5.
Kegagalan untuk
mengambil kebijaksanaan mengenai timbulnya rasa iri hati dan persaingan
diantara personil-personil (pekerja-pekerja) dalam hubungannya dengan pekerjaan
/ fungsi-fungsi guidance service.
6.
Kegagalan untuk
mempublicir program dalam langkah-langkah pendahuluan dan secara kontinyu
sesuadah / selanjutnya, diantara orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan
program.
Pen-staff-an
The Guidance Service
Dalam rencana organisasi guidance
service atau lembaga pendidikan ditentukan pembagian staff yang tepat yang
diperlukan saja terdiri dari 2 (dua) type pekerja / personil.
1.
Generalist
2.
Spesialist
Apabila suatu sekolah memiliki ke
dua personil pekerja ini, dan apabila keduanya secara aktif diberikan
tugas-tugas dala pekerjaan guidance sekolah, dan apabila kedunaya dapat
bekerjasama secara intim satu sama lainnya, sekolah akan benar-benar bisa
mencapai tujuan-tujuan program guidancenya; karena generalst dan specialist ini
adalah begitu penting artinya dalam lapangan guidance.
Ad. 1. Generalists
Generalists sesuai dengan
sebutannya mencakup orang-orang yang melaksanakan “Supervise Guidance Service”
lembaga-lembaga pendidikan. Dalam suatu lingkungan sekolah generalists ini
adalah pimpinanteras (the top administrator) seperti : “superintendent”,
assistant superintendent dan parsiplas. Dalam lingkungan Perguruan Tinggi
Universitas Generalist adalah “the president”, the vice president and the
deans.
Derajat atau tingkat partisipasi
generalist ini dalam administrasi fungsi-fungsi guidance berbeda-beda dari
sekolah ke sekolah. Pada sekolah yang sudah memiliki seorang direktur guidance
yang competent dalam staff guidance serviceya, principals (Kepala Sekolah)
biasanya menyerahkan kepada spesialis ini tanggung jawab yang penuh bagi
operasi guidance service. Sekali waktu kepala sekolah mungkin karena terlalu
snagat etrtarik dan berhasrat dalam program guidance, boleh saja dia melibatkan
dri secara aktif dalam pelasanaan pekerjaan program guidance sehari-hari.
Untuk
menjamin suatu efesiensi dan kelancaran jalannya pelaksanaan program,
generalists jangan melakukan supervise yang terlalu ketat / kaku management
guidance service yang mendetail. Bila generalist telah mengangkat seorang yang
kwalitet tinggi dengan latihan professional dan pengalaman-pengalaman yang luas
untuk memimpin service-service ini, dia harus mempu membatasi diri dan menyadari
bahwa spesialis seperti ini adalah benar-benar kompeten untuk mengarahkan,
menggerakkan dan memimpin program guidance.
Dalam
suatu program guidance service, guru-guru termasuk juga generalis. Sesuai
dengan fungsinya maka guru-guru ini mempunyai spesialis-interest dalam lapangan
pekerjaan guidance.
Tuntutan-tuntutan terhadap generalist
Untuk
merealisasi tujuan-tujuan program guidance service, generalis dihadapkan dengan
3 (tiga) tuntutan tujuan yaitu yang essensial, sebagai berikut :
Pertama : Generalis harus mempunyai guidance approach
dalam hubungan-hubungannya dengan anggota-anggota staf lainnya dan dengan
pelajar-pelajar. Maksudnya bahawa generalis harus memiliki titik pandang yang
menghargai nilai harga diri individu dan menolong individu dalam mencapai
perkembangan kepribadiannya sepenuh (semaksimal) mungkin secara optimal.
Kedua : generalis harus memiliki
semaksimal-maksinmalnya sutau dasar pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan
prosedur-prosedur guidance service. Hanya dengan pengetahuan ini mereka dapat
melakukan penyokongan-penyokongan yang maksimal kepada program guidance
service.
Ketiga :
generalist harus berkeinginan untuk memberikan kerjasama dengan sepenuh hati
kepada spesialis-spesialis yang melaksanakan program guidance service. Kerjasama
tersebut adalah suatu “sine quanon” (syarat mutlak) bagi operasional guidance.
Ad. II Spesialist :
Sesuai
denga sebutannya: yakni mencakup orang-orang yang berkualitas tinggi dengan
latihan-latihan professional dan pengalaman-pengalaman yang luas, untuk
memimpin layanan-layanan ini. Mereka harus menyadari bahwa tenaga spesialis
seperti mereka benar-benar memiliki kompetensi, agar dapat mengarahkan
bawahannnya dalam usaha merencanakan program guidance service.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar