Rabu, 13 Februari 2013

TAHAPAN MENYUSUN PROGRAM KONSELING


TAHAPAN-TAHAPAN DALAM MENYUSUN PROGRAM
GUIDANCE SERVICE


              Dalam merintis / memulai suatu program personnel atau guidance service dalam sekolah-sekolah menengah atau perguruan Tinggi menuntut persiapan-persiapan yang teliti. Persiapan mencakup suatu study pendahuluan yang meliputi seluruh situasi, semua fungsi-fungsi sekolah yang ada.
Atas dasar survey ini personel sekolah dapat bertanggung jawab untuk mengembangakan selangkah demi selangkah bagi program Guidance Service sekolahnya.
              Dua langkah yang pokok dalam emmulai merintis suatu program guidance service:
              Untuk melukiskan bagaimana suatu program dapat dikemangkan, ada 2 (dua) langkah pokok yang harus bisa dilaksanakan.

Langkah I :
Kepala Administrasi  Sekolah (Kepala Sekolah) menunjuk / membentuk suatu Komite Guidance Services. Anggota-naggota komite mewakili semua fungsi-fungsi dari lembaga / sekolah yang mungkin bisa dibayangkan ada hubungannya kepada program yang baru (Bimbingan Konseling) ini.
Selanjutnya Komite melakukan survey pendahulan :
1.    Survey bagi aktivitas-aktivitas Guidance yang mungkin telah ada dalam lembaga / sekolah.
2.    Survey mengenai kebutuhan-kebutuhan pelajar-pelajar untuk bisa menetapkan mana dari kebutuhan-kebutuhan tersebut yang harus perlu dilayani.
3.    Survey mengenai anggota-anggota staf secara individual utnuk mempertimbangkan cirri dan luasnya minat dan perhatian mereka dalam lapangan pekerjaan Guidance, kegairahan mereka untuk mengambil bagian secara aktif dala pekerjaan dan kwalifikasi (syarat-syarat kemampuan kepribadian) untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti ini.
Langkah II :
Komite guidance service merencanakan suatu program yang diharapkan / diinginkan dan rencana oganisasi. Komite menetapkan tujuan-tujuan program. Tujuan –tujuan ini sejalan / searah sejiwa dengan tujuan-tujuan fundamental sekolah. Tujuan-tujuan tersebut hendaknya di dasarkan atas survey mengenai karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan pelajar-pelajar.
              Sehubungan dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan, komite guidance service menyiapkan suatu “master chart” organisasi yang baik.
              Master chart ini menunjukkan bagian / seksi yang penting dan kepala pejabat merupakan tempat bagi operasi program. Chart yang menunjukkan garis authority (wewenang) dan hubungan-hubungan kerjasama diantara berbagai pejabat seksi atau pekerja-pekerja.
              Komite selanjutnya merencanakan “subsiding-chart” yang menggambarkan detail-detail organisasi dan operasi program, misalnya: type-type khusus tugas-tugas untuk dikerjakan oleh pelbagai  personel sekolah.
              Akhirnya komite guidance service menyerahkan rencana program dan organisasinya kepada seluruh staff dalam suatu rapat. Pada pertemuan rapat ini, anggota-anggota staff dapat menanyakan / mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang dan memberikan komentar terhadap usul-usul proposal komite. Lebih lanjut komite dapat merevisi proposal-proposal ini atas dasar saran-saran rapat tersebut.

Kebutuhan Akan Kerjasama Dan Partisipasi Staff.
              Menunjukkan kepada kedua langkah yang baru diuraikan di atas perhatian bahwa kepala administrasi (Kepala Sekolah) membuat ketentuan bahwa komite guidance service harus mencakup responsentatif dari guidance dalam sekolah. Perhatian juga bahwa sejak dari permulaan Kepala Administrasi dan Komite Guidance Service harus mendorong dan memberikan semangat partisipasi dari staff.
              Kepala administrator harus meyakinkan bahwa komite benar-benar menggambarkan seluruh staff. Karena komite representative, mudah untuk merencanakan Guidance Service  dalam suatu “frame of reference”, yang luas dan realistis. Juga untuk alasan ini, komite mampu untuk mengembangkan goodwill antara anggota-anggota staff dan untuk mengerahkan kerjasama anthusias mereka dalam program.
              Dalam semua kativitas-aktivitasnya, komite guidance service harus mengambil posisi bahwa semua anggota-anggota staff memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengambil bagian dalam “palnning” dan “condukting”  (melakukan) program guidance. Karena itu komite mengembangkan rencana-rencana yang lebih baik dan operasi-operasi yang lebih lancar dari pada cara-cara lainnya. Untuk itu komite mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari rencananya.
              Sekali waktu komite guidance service harus “call in” wakil-wakil badan atau organisasi-organisasi pelajar. Dalam pertemuan-pertemuan komite harus mengundang / mengilut sertakan pimpinan-pimpinan organisasi-organisasi pelajar ini untuk mendapatkan reaksi-reaksi mereka atas rencana guidance dan mendapatkan saran-saran dari mereka bagi program guidance. Dengan cara ini komite bisa memperbaiki Guidance service yang dikemukakan; dan dengan cara ini pula komite dapat membangkitkan kepercayaan pelajar dalam dan mendukung service-service program ini.

Peranan Chairman (Ketua)
              Suksesnya komite guidance service mengemban dan melaksanakan programnya sangat tergantung tidak sedikit kepda ketua_nya. Ketua (pimpinan) haruslah seorang yang dengan sepenuh hati antusias tentang guidance. Dia harus matang dalam prinsip-prinsip dasar dan praktek-praktek guidance service yang bervariasi ini. Lebih diharapkan bahwa dia harus telah pernah memiliki latihan-latihan dan penalaman-pengalaman dalam lapangan pendidikan.
              Selanjutnya ketua harus mempunyai respect (perhatian) kepada komite dan perhatian kepada staff seklah. Dan akhirnya dia harus mampu memainkan pimpinan secara realistis dalam segala fase perkembangan dan pembinaan  program guidance. Apabila kepala adminstrasi (Kepala Sekolah) memiliki kwalifikasi dan waktu untuk melakukan kemampuan-kemampuan, dia dapat menjadi ketua komite guidance service sekolahnya. Jika tidak komite dapat memilih / menunjuk ketua-nya carilah seorang anggota staff. Yang nampaknya memiliki karakteristik-karakteristik yang bisa diharapkan.
              Bila seklah memiliki seorang direktur guidance service (konselor), dia logis menjadiketua komite guidance service. Direktur ini tentu saja telah ditunjuk / diangkat untuk posisi ini oleh ketua administrasi (Kepala Sekolah). Dengan persetujuan kepala administrator (Kepala Sekolah), direktur mengemban suatu variasi tugas-tugas guidance, karena direktur ini memang telah terlatih secara khusus dalam lapangan guidance dan  karena dia memiliki wewenang dan tanggung jawab membina perkembagan program guidance sekolah, dia pada umumnya ideal sekali untuk menjadi ketua komite guidance service.
              Dalam membina perkembagan guidance service, direktur guidance dnegan bantuan komite tidak hanya merencanakan program dan organisasi guidance saja dia juja berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan program “public information” (humas). Dalam program ini dia harus inform kepada pelajar-pelajar mengenai guidance service yang sangat berguna bagi pelajar-pelajar bisa mendapatkannya bagi kelangsungan perkembangan pendidikan dan kepribadian mereka. Dalam program ini jga direktur haus inform kepada masyarakat umum, orang tua-orang tua pelajar.
              Sekolah yang memberikan personnel atau guidance service harus secara kontinyu inform semua orang yang datang untuk kontak dengan sevice-servicenya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan inform kepada pelajar-pelajar sendiri, dan kepada public tentang guidance servicenya, sekolah bisa membantu suatu understanding terhadap program guidancenya.
Dalam hal ini sekolah juga dapat mengembangkan hubungan kerjasama secara koooperatif yang realitasnya adalah sangat essensiil bagi suksesnya program guidance sekolah ini.

Kesalahan-Kesalahan Umum Yang Harus Dihindari.
              Dalam merencanakan suatu organisasi program guidance service, suatu sekolah harus mencari dan harus berusaha menghindari kesalahan-kesalahan tertentu. Jika sekolah tidak melakukannya, program guidance servicenya dapat terhalang atau bahkan kandas sama sekali. Menurut eksperimen terhadap banyak lembaga-lembaga pendidikan, ada beberapa kesalahan-kesalahan yang secara wajar terjadi dalam perkembangan suatu program guidance service, antara lain sebagai berikut :
1.    Kekurangan pembatasan yang tepat mengenai fungsi-fungsi program atau kekurangan kapasitas batas-batas service-servicenya.
2.    Pembagian tanggung jawab yang sama di antara fungsionaris.
3.    Tidak adanya garis pemotong (pemisah) yang tegas tanggung jawab diantara penguasa / authority.
4.    Kegagalan untuk mengkhususkan / menetapkan hubungan-hubungan staf-staf anggota staf guidance dengan staf dan anggota staf serta petugas-petugas lainnya yang ada dalam sekolah.
5.    Kegagalan untuk mengambil kebijaksanaan mengenai timbulnya rasa iri hati dan persaingan diantara personil-personil (pekerja-pekerja) dalam hubungannya dengan pekerjaan / fungsi-fungsi guidance service.
6.    Kegagalan untuk mempublicir program dalam langkah-langkah pendahuluan dan secara kontinyu sesuadah / selanjutnya, diantara orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan program.
       Pen-staff-an The Guidance Service
            Dalam rencana organisasi guidance service atau lembaga pendidikan ditentukan pembagian staff yang tepat yang diperlukan saja terdiri dari 2 (dua) type pekerja / personil.
1.    Generalist
2.    Spesialist
            Apabila suatu sekolah memiliki ke dua personil pekerja ini, dan apabila keduanya secara aktif diberikan tugas-tugas dala pekerjaan guidance sekolah, dan apabila kedunaya dapat bekerjasama secara intim satu sama lainnya, sekolah akan benar-benar bisa mencapai tujuan-tujuan program guidancenya; karena generalst dan specialist ini adalah begitu penting artinya dalam lapangan guidance.

Ad. 1. Generalists
                 Generalists sesuai dengan sebutannya mencakup orang-orang yang melaksanakan “Supervise Guidance Service” lembaga-lembaga pendidikan. Dalam suatu lingkungan sekolah generalists ini adalah pimpinanteras (the top administrator) seperti : “superintendent”, assistant superintendent dan parsiplas. Dalam lingkungan Perguruan Tinggi Universitas Generalist adalah “the president”, the vice president and the deans.
                 Derajat atau tingkat partisipasi generalist ini dalam administrasi fungsi-fungsi guidance berbeda-beda dari sekolah ke sekolah. Pada sekolah yang sudah memiliki seorang direktur guidance yang competent dalam staff guidance serviceya, principals (Kepala Sekolah) biasanya menyerahkan kepada spesialis ini tanggung jawab yang penuh bagi operasi guidance service. Sekali waktu kepala sekolah mungkin karena terlalu snagat etrtarik dan berhasrat dalam program guidance, boleh saja dia melibatkan dri secara aktif dalam pelasanaan pekerjaan program guidance sehari-hari.
                 Untuk menjamin suatu efesiensi dan kelancaran jalannya pelaksanaan program, generalists jangan melakukan supervise yang terlalu ketat / kaku management guidance service yang mendetail. Bila generalist telah mengangkat seorang yang kwalitet tinggi dengan latihan professional dan pengalaman-pengalaman yang luas untuk memimpin service-service ini, dia harus mempu membatasi diri dan menyadari bahwa spesialis seperti ini adalah benar-benar kompeten untuk mengarahkan, menggerakkan dan memimpin program guidance.
                 Dalam suatu program guidance service, guru-guru termasuk juga generalis. Sesuai dengan fungsinya maka guru-guru ini mempunyai spesialis-interest dalam lapangan pekerjaan guidance.

Tuntutan-tuntutan terhadap generalist
                 Untuk merealisasi tujuan-tujuan program guidance service, generalis dihadapkan dengan 3 (tiga) tuntutan tujuan yaitu yang essensial, sebagai berikut :
Pertama   : Generalis harus mempunyai guidance approach dalam hubungan-hubungannya dengan anggota-anggota staf lainnya dan dengan pelajar-pelajar. Maksudnya bahawa generalis harus memiliki titik pandang yang menghargai nilai harga diri individu dan menolong individu dalam mencapai perkembangan kepribadiannya sepenuh (semaksimal) mungkin secara optimal.
Kedua       : generalis harus memiliki semaksimal-maksinmalnya sutau dasar pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur guidance service. Hanya dengan pengetahuan ini mereka dapat melakukan penyokongan-penyokongan yang maksimal kepada program guidance service.
Ketiga      : generalist harus berkeinginan untuk memberikan kerjasama dengan sepenuh hati kepada spesialis-spesialis yang melaksanakan program guidance service. Kerjasama tersebut adalah suatu “sine quanon” (syarat mutlak) bagi operasional guidance.
Ad. II Spesialist              :
Sesuai denga sebutannya: yakni mencakup orang-orang yang berkualitas tinggi dengan latihan-latihan professional dan pengalaman-pengalaman yang luas, untuk memimpin layanan-layanan ini. Mereka harus menyadari bahwa tenaga spesialis seperti mereka benar-benar memiliki kompetensi, agar dapat mengarahkan bawahannnya dalam usaha merencanakan program guidance service.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar