TES MINAT JABATAN
A. PENDAHULUAN
Secara umum minat dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan perhatian atau rasa ingin tahu
seseorang. Minat merupakan indikasi hal-hal yang ingin dilakukan atau disukai
seseorang. Informasi tentang minat, hal-hal yang disukai dan tidak disukai,
preferensi kegiatan individu telah dilakukan sejak lebih dari limapuluh tahun
yang lalu, dengan berbagai macam cara. Pengukuran minat telah dimulai sejak
munculnya konseling karier. Pada tahun 1908, Frank Parsons, bapak bimbingan
karier, menyatakan bahwa individu membutuhkan pemahaman yang jelas tentang
kemampuan, bakat, minat, ambisi-ambisi, kelebihan, kekurangan dan “penyebab”
kekurangan itu. Di samping menekankan berbagai karakteristik yang dimiliki
klien, tampaknya minat merupakan salah satu karakteristik yang paling menarik
perhatian konselor karier. Hal ini terbukti dengan dikembangkannya pengukuran
minat oleh E.K. Strong Jr. pada tahun 1927, yang dinamai The Strong Vocational
Interest Blank (SVIB), yang kemudian direvisi pada tahun 1985. Inventori minat
lain yang dikembangkan pada awal perkembangan konseling karier adalah Kuder
Preference Record, yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1934, dan kemudian
direvisi pada tahun 1985. Pada saat ini telah berkembang lebih dari 200
inventori minat jabatan, yang memiliki reliabilitas dan validitas yang baik.
Super (1949) membedakan tiga metode
pengukuran minat. Pertama, expressed
interest, diukur dengan cara menyuruh individu untuk menyatakan
kegiatan-kegiatan yang disukainya. Kedua, manifested
interest, diukur dengan cara mengobservasi individu dalam berbagai kegiatan
atau bagaimana individu itu menggunakan waktu. Ketiga, inventoried interest, diukur dengan menggunakan inventori
terstandar. Inventori itu berisi pertanyaan tentang berbagai kegiatan yang
disukai dan tidak disukai. Pada kebanyakan inventori, individu merespon dan
membandingkan kesamaan minatnya dengan minat orang-orang yang bekerja pada suatu pekerjaan tertentu. Ketiga
jenis pengukuran tersebut secara simultan dapat digunakan untuk mengukur minat.
Cara yang paling efektif untuk
mengukur minat jabatan, sebagaimana minat pada umumnya, adalah melalui
inventori minat. Teknik ini berbeda dengan teknik yang mengungkapkan hal-hal
yang lebih disukai dalam berbagai bidang kegiatan kerja dan jabatan, yang
biasanya ada dalam kuesioner. Inventori minat pekerjaan merupakan butir-butir
daftar yang mencerminkan berbagai nilai personal dan life style. Respon
individu terhadap butir-butir pernyataan yang ada dalam inventori tersebut
diberi bobot. Bobot skor tersebut kemudian dijumlahkan sehingga menggambarkan
pola minat individu.
Inventori minat jabatan sangat
membantu dalam mengembangkan strategi merencanakan hidup secara umum, dan
membuat pilihan kerja. Inventori ini juga bermanfaat dalam memberikan informasi
kepada para konselor pendidikan, manager personil, supervisor, serta
administrator dalam mengambil keputusan yang berkenaan dengan karier seseorang.
Brown dan Brooks (1991) menyatakan bahwa pengukuran
minat bermanfaat untuk: (1) membantu individu mengembangkan self-awareness, (2) mengidentifikasi
alternatif okupasional, (3) membantu individu dalam membedakan preferensi
okupasional dan kegiatan waktu luang, (4) mengidentifikasi sumber-sumber
ketidakpuasan pekerjaan/ pendidikan, (5) merangsang eksplorasi okupasional.
B.
PENGERTIAN MINAT
Sebagai suatu konstruk psikologis, minat dapat
didefinisikan sebagai “his (or) her like for, dislike for, or indifference to
something such as an object, occupation, a person, a task, an idea, or an
activity” (Layton ,
1958). Minat adalah salah satu aspek yang
secara umum dikategorikan sebagai motivasi. Jadi minat merupakan salah satu
struktur kepribadian individu (Hansen, 1984). Bila minat seseorang dikaitkan
dengan pekerjaan atau dunia kerja, maka disebut minat pekerjaan atau jabatan.
Ada dua kelompok teori yang membahas tentang minat
jabatan (Hansen, 1984). Kelompok pertama adalah kelompok teori dinamis dan
statis. Dalam pandangan teori dinamis, minat jabatan adalah product of a wide range of psychological and
environmental influences. Teori ini menekankan pengaruh sosialisasi dan
belajar dalam perkembangan minat. Sebaliknya, dalam pandangan teori statis,
minat adalah trait kepribadian yang
bersifat genetis. Kelompok teori pertama menetapkan ada lima determinan minat.
Determinan yang dimaksud sebagai berikut: (1) minat muncul karena pengaruh
lingkungan dan/atau sosial, (2) minat bersifat genetik, (3) minat merupakan
trait kepribadian, (4) minat merupakan motives,
drives, atau kebutuhan, (5) minat
merupakan ekspresi self-concept.
Determinan-determinan tersebut diklasifikasikan sebagai faktor-faktor dinamis
dan faktor-faktor statis. Dalam pembahasan tentang minat jabatan, pentingnya
kelima determinan minat untuk setiap teori sangat bervariasi. Penetapan
pentingnya determinan minat sangat tergantung pada bagaimana para teoritisi
memandang perkembangan karier atau proses pemilihan karier, sedangkan bagaimana
perkembangan minat kurang menjadi pertimbangan para teoritisi.
Kelompok teori kedua adalah teori
empiris. Dalam teori-teori ini, minat jabatan
dikonstruksikan dengan menggunakan analisa minat secara struktural. Biasanya
hal itu dilakukan dengan menggunakan analisis faktor atau analisis cluster. Analisis yang dilakukan itu
lebih difokuskan untuk memperoleh struktur minat jabatan, ketimbang untuk
memperoleh gambaran bagaimana minat terbentuk. Dalam pengukuran minat, ada tiga
manfaat yang diperoleh dalam pengujian terhadap struktur minat, yaitu: (a)
penegasan kembali tes-tes minat yang telah ada, (b) pengembangan tes-tes minat
jabatan yang baru, dan (c) pengumpulan data validitas konstruk untuk
mengidentifikasi trait psikologis yang diukur oleh suatu inventori minat. Dua
teori yang masuk dalam kategori teori empiris adalah teori Roe (1956) dan teori
Holland (1957). Roe mengklasifikasikan jabatan menjadi 8 kelompok dan 6 level.
Teori Holland menyatakan bahwa (a) individu dapat dibagi menjadi 6 tipe
kepribadian atau tipe gabungan antara kepribadian-kepribadian itu; (b)
lingkungan juga dapat dideskripsikan berdasarkan menjadi enam tipe; (c) pilihan dilakukan
individu sesuai dengan lingkungannya dan karakteristik kepribadiannya. Keenam
tipe yang dikembangkan Holland
adalah Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan
Conventional. Teori Roe dan Holland banyak
digunakan sebagai landasan teori dalam mengembangkan tes-tes minat jabatan.
C.
BIDANG-BIDANG MINAT JABATAN
Minat jabatan pada umumnya dikelompokkan dalam bidang-bidang minat yang
didasarkan pada teori-teori karier. Dictionary of Occupational Title, mengklasifikasikan
jabatan menjadi 9 kategori, yang terdiri dari:
·
Profesional, technical, and managerial occupations
·
Clerical and sales occupations
·
Service occupations
·
Farming, fishing, forestry, and related occupations
·
Processing occupations
·
Machine trade occupations
·
Bench work occupations
·
Structural occupations
·
Miscellaneous occupations.
Kesembilan bidang tersebut
dibagi lagi menjadi 2 level pekerjaan, yang terdiri dari 84 divisi, dan 603
kelompok pekerjaan.
Departemen Tenaga Kerja Amerika
Serikat (Department of Labor) membagi pekerjaan menjadi 12 bidang minat sebagai
berikut:
· Artistic
· Scientific
· Plants and
animal
· Protective
· Mechanical
· Industrial
· Business
Detail
· Selling
· Accomodating
· Humanitarian
· Leading/influencing
· Physical
performing
Keduabelas bidang minat ini
terbagi menjadi 600 kelompok pekerjaan dan dibagi lagi menjadi 348 subkelompok.
Roe (1956) mengembangkan
sistem klasifikasi dua dimensi, yaitu dimensi horisontal, dan dimensi vertikal.
Fokus utama dimensi horisontal adalah kegiatan, sedangkan dimensi vertikal adalah level fungsi (misalnya:
tingkat tanggung jawab, kapasitas, dan keterampilan). Ada delapan bidang dimensi horisontal yang dikemukakan Roe, dan enam bidang
pada dimensi vertikal sebagai berikut:
Kelompok
|
Level
|
1.
Service
2.
Business Contact
3.
Organizations
4.
Technology
5.
Outdoor
6.
Science
7.
General-Cultural
8.
Arts and Entertainment
|
1.
Professional dan Managerial 1
2.
Professional dan Managerial 2
3.
Semiprofessional, Small Business
4.
Skilled
5.
Semiskilled
6.
Unskilled
|
Sistem klasifikasi yang
dikembangkan oleh Holland
didasarkan pada teorinya tentang enam tipe kepribadian dan enam tipe lingkungan
pekerjaan sebagai berikut:
·
Realistic: terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan kegiatan di luar ruang atau menggunakan alat-alat, seperti: mekanik,
surveyor, petani, ahli elektronik
·
Investigative: adalah pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan ilmiah dan memecahkan
persoalan-persoalan abstrak, seperti ahli biologi, design engineer, ahli
fisika.
·
Artistic: terdiri dari pekerjaan yang melibatkan
kreativitas atau menulis, musik, atau keterampilan-keterampilan seni,
misalnya pengarang, ahli dekorasi
interior, komposer musik, komposer tari.
·
Social: Pekerjaan yang melibatkan
orang lain dan menolong orang, misalnya guru, konselor, ulama, pendeta.
·
Enterprising: pekerjaan yang
melibatkan kemampuan mempersuasi, memimpin, dan berbicara, seperti tenaga
penjualan, eksekutif bisnis, pengacara
·
Conventional: terdiri dari pekerjaan
yang melibatkan angka-angka, detail, dan data, seperti pekerja klerikal,
bankir, dan ahli perpajakan.
D.
JENIS-JENIS TES MINAT JABATAN
Berbagai inventori minat jabatan
telah dikembangkan. Diantara inventori minat jabatan yang cukup dikenal
adalah Strong Vocational Interest Blank, Strong-Campbell Vocational Interest,
Self-Directed Search, Kuder General Interest Survey, Kuder Occupational
Interest Survey Form DD. Dalam makalah ini diuraikan 3 jenis tes minat jabatan
yaitu: Ramak Interest Inventory, Courses Interest Inventory, dan Gordon
Occupational Check List II. Uraian tentang tes-tes minat jabatan
yang lain dapat dibaca dalam lampiran makalah ini.
1.
Strong
Vocational Interest of SVIB
Inventori
ini dikembangkan oleh Strong, Hansen, dan Campbell ,
yang pada awalnya untuk membantu individu dalam mengidentifikasi pilihan karier
di bidang-bidang manajerial teknis dan profesional. Pada saat ini, inventori
ini banyak digunakan dalam bidang bisnis dan industri, serta pusat-pusat
konseling, untuk membantu individu dalam melakukan perubahan karier dan memilih
karier awal. SVIB dikembangkan dengan
menggunakan teori Holland, dengan target audience kelompok usia remaja akhir
sampai orang dewasa. Kelompok norma SVIB ditarik dari orang-orang yang telah
sukses dan merasa puas bekerja di bidangnya, dan berasal dari berbagai tingkat
pendidikan.
2.
Self-Directed
Search (SDS)
SDS
merupakan suatu instrumen pengukuran minat jabatan yang dikembangkan untuk
dapat diadministrasi, diskor, dan diinterpretasi sendiri oleh responden. SDS
dikembangkan dengan menggunakan teori Holland .
Target audience inventori ini adalah siswa SLTP sampai orang dewasa. Kelompok norma SDS dikembangkan dengan menggunakan siswa
SLTP sampai Sekolah Menengah
3.
Career
Occupational Preference System (COPS)
Inventori
ini dikembangkan oleh R.R. Knapp dan L. Knapp, dan bertujuan untuk memperoleh
gambaran preferensi kegiatan kerja di bidang-bidang sebagai berikut: Science
Professional, Science Skilled Technology
Prifessional, Technology Skilled, Consumer Economics, Outdoor, Business
Professional, Business Skilled, Clerical, Communication, Art Skilled, Service
professional, dan Service Skilled. COPS dikembangkan untuk siswa SLTP sampai
mahasiswa di perguruan tinggi, dengan kelompok norma yang terdiri dari siswa
SLTP, Sekolah Menengah, dan mahasiswa.
4.
Career
Decision Making System (CDM)
CDM
dikembangkan oleh T.F.Harrington dan A.O’Shea. CDM dikembangkan berdasarkan
teori Holland ,
namun kemudian dikembangkan menjadi tipe-tipe okupasi sebagai berikut: Crafts
(Realistic), Scientific (Investigative), Arts (Artistic), Business (Enterprise ), Clerical
(Conventional), dan Social (Social). Raw score tertinggi dari 2 atau 3 skala
minat yang diukur dengan CDM dapat digunakan untuk mengidentifikasi cluster
karier individu, dan kemudian dari cluster karier tersebut individu melakukan
eksplorasi karier. CDM dapat digunakan untuk mengukur minat jabatan siswa SLTP
sampai orang dewasa. Norma CDM dikembangkan dengan menggunakan kelompok siswa
SLTP sampai Sekolah Menengah.
5. Ramak Interest Inventory
Inventori ini terdiri dari 72 butir, yang menunjukkan
jenis pekerjaan. Dalam mengerjakan inventori ini responden/testi diminta untuk
memberi lingkaran pada tanda Y, ?, dan N (Y=ya, ?=ragu-ragu, N=tidak), sesuai
dengan pernyataan jenis pekerjaan yang paling mereka sukai. Respon testi tersebut kemudian diberi bobot skor 2, 1,
dan 0.
Ada 9
bidang pekerjaan yang disusun dalam Ramak Interest Inventory. Bidang-bidang
pekerjaan tersebut dikembangkan berdasarkan 8 bidang pekerjaan Roe.
Bidang-bidang pekerjaan yang dimaksud adalah: Bu=Business, Or=Organization,
Ge=General-Cultural, Sv= Service, AE=Arts dan Entertainment, Od=Outdoor,
Sc=Science, dan Te=Technology. Dalam inventori ini, setiap bidang pekerjaan
dibagi menjadi tiga level profesionalitas, sebagai berikut: Level 1=
professional-managerial, Level 2= semiprofessional, dan Level 3= skilled
worker. Dengan demikian terdapat 24 sel bidang dan level pekerjaan. Dua level
jabatan yang terakhir, yaitu: semi skilled dan unskilled, tidak dimasukkan ke dalam
inventori ini, karena kedua level jabatan ini sangat jarang diminati oleh
testi. Tabel berikut ini melukiskan bidang dan level pekerjaan yang disusun
dalam RII.
Tabel
Bidang dan Level Jabatan dalam RII
Bidang
Level
|
Bu
|
Or
|
Gc
|
Sv
|
AE
|
Od
|
Sc
|
Te
|
Level 1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Level 2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Level 3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam
setiap sel jabatan disusun 3 jenis pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan tersebut
dikelompokkan secara acak di dalam inventori. Misalnya: 4 butir pertama dalam
inventori ini menunjukkan Sv Level 1, Od Level 2, Bu Level 3, dan AE Level 1.
Dengan demikian di dalam suatu kelompok item terdapat berbagai jenis dan level
pekerjaan.
Sejumlah
hasil penelitian menunjukkan bahwa Ramak Interest Inventory (a) memiliki bidang
dan level pekerjaan yang bersifat orthogonal (Meir, 1978), (b) memiliki
reliabilitas – berdasarkan korelasi dengan tes yang ekuivalen sebesar 0,76, (c)
korelasi tes-retes setelah 7 tahun sebesar 0,41, (d) korelasi dengan kepuasan
pilihan kerja setelah 7 tahun sebesar 0,40 untuk pria dan 0,28 untuk wanita.
6.
The
Courses Interest Inventory
Dasar teori yang digunakan untuk mengembangkan inventori
ini adalah teori Roe. The Courses Interest Inventori terdiri atas 64 butir,
yang dikembangkan dari 8 bidang pekerjaan, yang masing-masing bidang terdiri
dari 8 jenis pekerjaan. Butir-butir inventori tidak terdiri dari jenis
pekerjaan atau kegiatan kerja, tetapi terdiri dari nama-nama matakuliah yang
dipilih oleh para psikolog vokasional dari katalog-katalog perguruan tinggi,
misalnya Teknik Mekanika Terapan (untuk bidang Te), Perencanaan Sumberdaya
Manusia (untuk bidang Or).
Dalam mengerjakan inventori ini testi disuruh untuk
memberi lingkaran pada tanda Y, ?, atau N, sesuai dengan keinginan mereka
“untuk mengikuti matakuliah, untuk mengetahui lebih banyak butir pilihan mereka,
atau untuk mengikuti kegiatan kerja dalam butir pilihan mereka”. Tanda Y, ?,
atau N diberi bobot skor 2, 1, atau 0 Dengan demikian rentangan skor yang akan
diperoleh testi untuk setiap bidang pekerjaan sebesar 0 (bila kedelapan jenis
pekerjaan dijawab N) sampai 16 (bila kedelapan jenis pekerjaan dijawab Y).
Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa (a)
reliabilitas inventori yang diperoleh melalui teknik split-half = 0,84; (b)
reliabilitas yang diperoleh melalui teknik korelasi dengan tes yang ekuivalen=
0,71, serta (c) korelasi yang signifikan dengan evaluasi supervisor dan
kesesuaian dengan pekerjaan.
3. Gordon
Occupational Check List II
Daftar cek ini dikembangkan pada tahun 1961, dan
dikembangkan untuk digunakan bagi para konselor sekolah, yang menangani para
siswa yang tidak berniat untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Daftar cek ini
berisi 240 butir kegiatan kerja, yang dikembangkan dari berbagai bidang
jabatan. Tidak satupun diantara butir aktivitas kerja yang ada di dalam daftar
cek ini yang mempersyaratkan ijazah pendidikan tinggi. Ke 240
aktivitas kerja tersebut disusun dalam 6 kategori minat, yaitu: Business,
Outdoor, Arts, Technology-Mechanical, Technology-Industrial, dan Service.
Daftar cek ini sangat mudah dikerjakan.
Siswa dapat mengerjakan sendiri semua petunjuk pengadministrasiannya, membuka
halaman-halaman daftar cek, dan langsung mengerjakan butir-butir daftar cek
itu.
Penilaian
validitas daftar cek ini meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) apakah
sampel-sampel aktivitas kerja cukup komprehensip bagi siswa yang tidak
berencana atau gagal melanjutkan ke perguruan tinggi, (b) berhasil tidaknya
daftar cek ini menumbuhkan respon–respon yang selektif dan masuk akal, (c)
apakah para konselor menganggap bahwa daftar cek ini bermanfaat sebagai alat
pelengkap dalam proses konseling. Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa
(a) daftar pekerjaan yang tercantum dalam daftar cek ini cukup komprehensif
bagi siswa yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, (b) siswa mampu memilih
butir-butir pekerjaan yang ada dan pilihan-pilihan mereka terintegrasi dengan
baik, (c) siswa memiliki respon yang baik tentang daftar cek ini dan
menerimanya sebagai alat untuk mengkomunikasikan minat pekerjaan mereka kepada
konselornya, (d) para konselor beranggapan bahwa daftar cek ini bermanfaat
dalam kegiatan konseling dan untuk membantu mengarahkan siswa memilih bidang
pekerjaan yang sesuai dan mengeksplorasi kariernya.
Reliabilitas daftar cek ini dilakukan dengan menggunakan
teknik tes-retes. Hasil tes-retes menunjukkan bahwa (a) siswa konsisten
terhadap respon-respon mereka setelah 3 minggu dari pelaksanaan daftar cek yang
pertama., (b) para siswa setuju bahwa butir-butir pernyataan pada kategori
daftar cek dan respon butir-butir pernyataan yang sama dalam jumlah yang besar.
E. PROSEDUR PENGEMBANGAN TES MINAT JABATAN
Sebagaimana perkembangan inventori pada umumnya, prosedur
pengembangan tes atau inventori minat jabatan dapat dilakukan dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut: (1) menetapkan dimensi minat, (2)
menetapkan seberapa banyak butir yang ada dalam inventori, (3) menetapkan
bagaimana penyekoran akan dilakukan (Cronbach, 1984), (4) melakukan analisis
butir, uji validitas dan reliabilitas, dan (5) mengembangkan norma.
Secara umum pengembangan tes telah dibahas dalam
matapelatihan Pengembangan Tes Lokal. Dalam makalah ini pembahasan akan
difokuskan pada penetapan butir dalam inventori dan penetapan bagaimana
penyekoran dilakukan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkankan dalam mengembangkan
butir-butir inventori sebagai berikut: apakah bentuk butir endorsement, atau comparison?
Butir-butir endorsement menyajikan
stimulus tunggal yang dijawab ya atau tidak. Contoh inventori minat yang
menggunakan butir jenis ini ialah: Gordon Occupational Check List II. Contoh butirnya
sebagai berikut:
1.
mengarsipkan surat ,
kuitansi, dan resep
2.
menyortir paket untuk sopir angkutan
barang
3.
menempatkan buku di rak-rak
perpustakaan
4.
menggunakan komputer untuk mengolah
data bisnis
5.
menjumlah dan mengurangi dengan
menggunakan mesin hitung
6.
mengetik surat-surat dan
laporan-laporan
Bentuk butir comparison atau forced-choice item
menyajikan dua atau tiga stimulus dalam satu soal, dan testi diminta untuk
memilih mana yang paling disukai, salah satu di antara stimulus-stimulus
tersebut. Contoh tes minat jabatan yang menggunakan butir comparison atau
forced choice ini adalah Lee-Thorpe. Berikut contoh butirnya:
A1 Mengurus anak dan membantu pendidikannya di Panti Asuhan
F1 Berjual-beli mobil bekas, sepeda
motor, pesawat, televisi, atau barang-barang yang lain
Dalam
menetapkan butir menjadi skala, ada dua hal yang dapat dipertimbangkan
homogenitas atau kriteria. Bila homogenitas dipilih, maka dalam penyusunan
sekelompok butir yang homogen penyusun inventori harus menggunakan logika dan
korelasi. Berikut ini contoh daftar cek yang butir–butirnya homogen:
Menulis puisi
Membujuk orang lewat agar mau menyumbang pada suatu lembaga sosial
Menjadi penerjemah bagi orang yang berpidato di PBB
Menulis laporan pertandingan
sepakbola untuk terbitan/koran
Persyaratan psikologis yang dibutuhkan untuk melakukan
aktifitas-aktifitas yang tertera dalam butir-butir tersebut di atas berbeda.
Suatu aktifitas dapat disukai oleh seseorang, tetapi tidak disukai oleh orang
lainnya. Bila dalam analisis tidak ditemukan korelasi positif yang konsisten
diantara butir-butir itu, maka butir-butir tersebut dapat dibuang.
Inventori yang menggunakan kriteria memiliki butir-butir
yang mencakup semua aspek pekerjaan yang memberikan kontribusi sosial dan
ekonomi yang berbeda satu sama lain bagi para pekerja. Inventori yang
menggunakan kriteria dapat difungsikan sebagai alat untuk melakukan prediksi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menetapkan
skor yang diperoleh dari tes minat jabatan, yaitu:
1. Raw percentages. Cara ini dilakukan dengan menghitung
berapa persen respon-respon positif dalam suatu kategori. Persen yang tinggi
menunjukkan pola minat individu/testi.
2. Persentil atau skor terstandar yang didasarkan pada suatu
kelompok norma umum.
3. Persentil atau skor terstandar yang didasarkan pada suatu
kelompok norma okupasional. Misalnya, minat jabatan seorang anak SMU
dibandingkan dengan minat jabatan mahasiswa jurusan teknik sipil atau para insinyur teknik sipil.
F. ISU PENGGUNAAN INVENTORI MINAT
Dalam menggunakan inventori minat ada, sejumlah isu yang perlu mendapat
perhatian. Pertama, konseling karier tradisional tampaknya agak berlebihan
menekankan pentingnya peran minat dalam pengambilan keputusan karier. Kedua,
berkenaan dengan kesesuaian antara inventori pengukuran minat dan karakteristik
klien. Pemilihan inventori minat yang mana untuk klien yang mana perlu mendapat
perhatian. Ketiga, masalah-masalah yang berkenaan dengan keterbatasan
kemampuan dan kemauan testi membaca semua butir inventori, serta memahami
butir-butir yang dibaca. Keempat, berkenaan dengan kemampuan testi untuk
mengamati diri sendiri dan kemudian memutuskan apakah pernyataan dalam
inveentori tesebut sesuai dengan dirinya. Kelima, berkenaan dengan kemauan
testi untuk menjawab dengan jujur. Pengukuran mindat dan kepribadian berbeda
dengan pengukuran aspek-aspek kognitif. Oleh karena itu isu-isu tersebut perlu
mendapat perhatian dalam penggunaan inventori minat.
DAFTAR
BACAAN
Brown, D.
dan Brooks, L. 1991. Career Counseling
Techniques. Boston :
Allyn & Bacon
Cronbach,
L.J. 1984. Essentials of Psychological
Testing. Edisi 4. Cambridge :
Harper & Row.
Hansen,
J.C. 1984. The Measurement of Vocational Interests: issues and future
directions. Dalam Brown , S.D. dan Lent, R.B. Handbook of Counseling Psychology. New York : John & Wiley.
Isaacson,
L.E. dan Brown, D. 1993. Career
Information, Career Counseling, & Career Development. Boston : Allyn & Bacon
Murphy,
K.R. dan Davidshover, C.O. 1994. Psychological
Testing. Principles and Applications. Edisi 3. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall
Thorndike,
R.M.; Cunningham, G.K.; Thorndike, R.L.; dan Hagen , E.P. 1991. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York : Macmillan
isi materinya sudah cukup bagus, tapi alangkah di beri tanda para ahlinya didalam materinya agar dapat diketahui itu materi dapat dari buku atau pendapat para ahli yang mana, trims...
BalasHapusFootnote nya dong pak..
BalasHapus