BAB I
EVALUASI
A.
Pengertian
Evaluasi
Menurut
pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan.
Rooijackers
Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam
menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan
sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran
untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978)
mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the
extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi
bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan
terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Evaluasi
berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan
tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang
lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui
suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil
pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni
mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi
berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan
tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang
lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui
suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil
pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni
mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
B.
Fungsi
Evaluasi
Dalam proses pembelajaran, terdapat tiga
fungsi besar evaluasi. Tagliante (1996) menyebutnya "Trois grands
fonctions de l'évaluation." Tiga fungsi itu adalah fungsi pronostik, fugsi
diagnostik, dan fungsi sertifikasi. Pertama, fungsi pronostik, yaitu tes awal
proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi obyektif dari pembelajar. Hasil
yang diperoleh digunakan untuk menentukan dimana posisi pembelajar, misalnya
apakah dia termasuk pemula dalam sebuah materi atau dia sudah pantas menerima
kelanjutan materi tersebut dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi
pronostik juga berguna untuk memprediksi kompetensi lanjutan yang mungkin dapat
dicapai oleh pembelajar. Artinya, dengan hasil tes yang ada, dapat direncanakan
kompetensi apa yang dapat dikuasai pada tahap berikutnya.
Menyamaratakan kemampuan pembelajar pada awal
proses akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pembelajar itu. Selaku
pembelajar, tiap individu berbeda-beda kemampuan dasarnya. Perbedaan itu harus
dicermati dan diakomodir dengan memberikan perlakuann yang berbeda juga.
Perbedaan itu meliputi pemberian materi lanjutan yang akan dibahas, penugasan,
dan penghargaan. Penghargaan di sini lebih bersifat penguatan (réinforcement).
Ini berhubungan dengan kejiwaan. Penghargaan minimal yang bisa diberikan adalah
dengan "ucapan selamat" atas usahanya untuk mengetahui sesuatu lebih
cepat dari orang lain. Dari segi proses dan pemilihan materi bahasan memang
sedikit agak menyulitkan pengajar dalam mengelola kelas. Namun itu akan
berakibat kondusifnya suasana kelas yang dapat mengarahkan pembelajarnya lebih
berprestasi lagi. Akan tercipta situasi yang penuh dengan kompetisi sehat yang
menjadi pemicu bagi setiap individu untuk tampil. Atmosfer akademik dalam
suasana saling berkompetisi sangat berkontribusi terhadap pencapaian target
pembelajaran.
Memberi perlakuan yang sama berarti kurang
menghargai kemampuan seseorang yang lebih dari yang lainnya. Bagi pengajar,
menyamakan atau generalisasi ini akan mempermudah dia dalam bertugas. Namun
efek yang bisa timbul adalah munculnya kebosanan dan rasa pesimis dari mereka
yang memiliki kemampuan lebih.
Yang kedua, fungsi diagnostik, yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuann pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah membantu pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi diagnostik, memungkinkan seorang pengajar mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya. Fungsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk tes formatif, yang mengevaluasi pembelajar pada setiap sub pokok bahasan, atau sub unit suatu pelajaran. Jadi, tes itu tidak hanya dilakukan sekali diakhir suatu periode pembelajaran, melainkan ada tes-tes pengontrol atau pendamping dari tes akhir. Bentuk dan pelaksanaannyapun tidak sekaku yang ada selama ini, seperti mid semester, tidak, tapi bisa lebih dinamis, yang sedemikian rupa bisa dirancang oleh pengajar. Yang ketiga, fungsi sertifikasi. Evaluasi saat ini berguna untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpama di akhir semester, program, paket, atau tingkat. Ujian DELF dan DALF juga termasuk di sini , walaupun tidak ada proses pembelajaran resmi sebelumnya. Namun, dia lebih kepada pensertifikasian tingkat kemampuan bahasa Prancis seseorang.
Yang kedua, fungsi diagnostik, yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuann pembelajar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Fokusnya adalah membantu mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Evaluasi ini berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Tujuan utamanya adalah membantu pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi diagnostik, memungkinkan seorang pengajar mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya. Fungsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk tes formatif, yang mengevaluasi pembelajar pada setiap sub pokok bahasan, atau sub unit suatu pelajaran. Jadi, tes itu tidak hanya dilakukan sekali diakhir suatu periode pembelajaran, melainkan ada tes-tes pengontrol atau pendamping dari tes akhir. Bentuk dan pelaksanaannyapun tidak sekaku yang ada selama ini, seperti mid semester, tidak, tapi bisa lebih dinamis, yang sedemikian rupa bisa dirancang oleh pengajar. Yang ketiga, fungsi sertifikasi. Evaluasi saat ini berguna untuk menyatakan kedudukan atau peringkat seseorang dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan di akhir sebuah periode pembelajaran, umpama di akhir semester, program, paket, atau tingkat. Ujian DELF dan DALF juga termasuk di sini , walaupun tidak ada proses pembelajaran resmi sebelumnya. Namun, dia lebih kepada pensertifikasian tingkat kemampuan bahasa Prancis seseorang.
Fungsi sertifikasi dalam evaluasi pembelajaran
sama sekali tidak menggiring pembelajar untuk meningkatkan kemampuan
akademisnya, karena dia dilaksanakan terakhir. Tujuannya hanya menyatakan
status dan mendapatkan laporan hasil belajar atau sertifikat.
C.
Bentuk
Evaluasi
Evaluasi
mempunyai beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik dalam
mengejar keerhasilan belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan
menjadi dua macam bentuk tes yaitu :
a. Teknik
non tes
b. Teknik
tes
a.
Teknik
Non Tes
Maksudnya adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara :
a) Skala
Bertingkat
Yang dimaksud dengan skala bertingkat atau rating scala adalah tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi
rendahnya penguasaan dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan.
b) Daftar
Cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan
dijawab dengan membubuhkan tad cocok (x) pada kolom yang telah disediakan.
c) Wawancara
Maksudnya adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain,
mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.
d) Daftar
Angket
Maksudnya adalah bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan
pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dn
pendapatnya tentang sesuatu.
e) Pengamatan
(observasi)
Maksudnya adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti
secara cermat dan sistematis. Dengan menggunakan alat indra dapat dilakukan
pengamatan terhadap aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah. Oleh karena
pengamatan ini bersifat langsung mengenai aspek-aspek pribadi siswa, maka
pengamtan memiliki sifat kelebihan dari alat non tes lainnya.
f) Riwayat
Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi
seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup
maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian,
kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
b.
Teknik
Tes
Tehnik tes adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas atau merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak
lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
a) Tes
Subjektif
Tes ini sering pula diartikan sebagai tes essay yaitu tes hasil belajar
yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang
bersifat uraian dan atau penjelasan. Secara umum tes uraian ini adalah
pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
penjelasan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
b) Tes
Objektif
Maksudnya adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatsi kelemahan-kelemahan
dari tes bentuk essay. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang
diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essay. Tes objektif disebut juga
dengan istilah short answer test atau
new type test. Yang terdiri dari
item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih diantara alternatif jawaban
yang dianggap benar dan paling benar.
BAB II
ANALISIS
A.
Pengertian
Analisis
Analisis
adalah mengidentifikasi aspek masalah sehingga informasi yang diperoleh dari
hasil analisis akan memberikan arah untuk mencari informasi tambahan dalam
upaya membantu individu dalam memecahkan masalahnya.
B. Bentuk Analisis
Analisis
dapat berbentuk seperti identifikasi masalah siswa. Contoh :
a.
Analisis hasil pengukuran intelegensi
b.
Analisis hasil pengukuran bakat
c.
Analisis hasil inventori minat jabatan
d.
Analisis hasil pengukuran kepribadian
a)
Analisis
Hasil Pengukuran Intelegensi
Secara
umum intelegensi itu pada hakekatnya adalah merupakan suatu kemampuan umum
untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Untuk
mengungkap kemampuan kemampuan individu biasanya dipergunakan instrumen tes
intelegensi. Tes intelegensi dapat memberikan data untuk membantu peserta didik
dalam meningkatkan pemahaman diri (self-understanding),
penilaian diri (self-evaluation), dan
penerimaan diri (self-acceptance).
Hasil pengukuran dengan menggunkan tes intelegensi dapat digunakan peserta
didik untuk meningkatkan persepsi dirinya secara maksimal dan mengembangkan
eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu. Tes intelegensi juga berfungsi dalam
memprediksi, memperkuat dan meyakinkan para peserta didik.
Secara
umum pengukuran intelegensi bertujuan, yakni untuk : (1) membantu peserta didik
makin memahami dirinya, sehingga peserta didik mampu mengambil keputusan,
perencanaan, dan pemecahan masalah secara arif dan bijaksana, (2) membantu
kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan orang tua siswa agar
mereka mengerti dan memahami peserta didiknya sehingga mereka dapat menyediakan
lingkungan yang memadai dan dibutuhkan para peserta didik.
Secara
khusus pengukuran intelegensi bertujuan, yaitu : (1) untuk mengidentifikasi
peserta didik yang cerdas dan superior, (2) untuk menentukan siswa yang
mengalami kesukaran dalam belajar, (3) dapat dipakai sebagai dasar penggolongan
kelas secara homogen.
Kegunaan
dari pengukuran intelegensi ini di antaranya : (1) untuk melengkapi data yang
sudah ada, (2) untuk mengenal taraf intelegensi masing-masing individu siswa dan
memprediksi tingkat kesulitan belajarnya, (3) untuk bahan pemberian informasi
secara individual pada peserta didik, (4) untuk mendalami masalah individu
maupun kelompok.
b)
Analisis
Hasil Pengukuran Bakat
Bakat
atau kemampuan khusus sebagai potensi yang dimiliki siswa perlu sekali digali
agar tampil dan dapat diaplikasikan dengan tepat sesuai dengan bidangnya. Untuk
mengetahui bakat individu siswa secara tepat, perlu dilaksanakan pengukuran
psikologis dengan menggunakan beberapa instrument atau tes bakat. Salah satu
tes bakat yang umum digunakan adalah tes bakat pembedaan (differential aptitude test) yang disingkat DAT, yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Tujuan
pelaksanaan tes bakat, yaitu : (1) memberikan bahan informasi yang bermakna dan
akurat kepada siswa terutama dalam membentu mereka mengambil jenis-jenis
keputusan yang bersangkutan dengan pemilihan program atau jurusan di sekolah,
(2) memberikan bahan informasi bagi para siswa dalam memilih studi sambungan
atau lanjutan setelah tamat sekolah dan krier-krier yang perlu dipertimbangkan
untuk memasuki masa depan yang lebih cerah, (3) untuk membantu sekolah
menentukan siswa-siswa manakah yang cocok untuk ditempatkan dalam
program-program atau jurusan tertentu.
Kegunaan
pelaksanaan tes bakat yaitu : (1) untuk melengkapi data yang sudah ada, (2)
mengenal aspek-aspek bakat masing-masing individu siswa, (3) untuk mendapatkan
gambaran profil bakat dari masing-masing siswa, (4) untuk mendalami masalah
individu maupun kelompok.
c)
Analisis
Hasil Inventori Minat Jabatan
Salah
satu aspek dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah ialah
pelayanan himpunan data. Pelayanan himpunan data yang dimaksud disini ialah
suatu upaya untuk memperoleh data atau bahan keterangan sebanyak mungkin dan
selengkap mungkin tentang individu siswa serta lingkungannya. Dalam pelayanan
himpunan data ini disebarkan inventori minat jabatan. Instrument ini adalah merupakan
suatu bentuk inventori yang berguna untuk mengungkapkan beberapa bidang minat
jabatan individu siswa.
Tujuan
pengukuran minat jabatan adalah : (1) mengungkap enam bidang minat individu
siswa dalam pekerjaan yang berhubungan dengan tekhnikal, sain atau ilmu
pengetahuan, seni kreatif, pelayanan sosial, kontak bisnis atau kontak usaha,
operasi bisnis atau usaha, (2) memperoleh informasi yang tepat mengenai kawasan
dunia kerja yang diminatinya.
d)
Analisis
Hasil Pengukuran Kepribadian
Salah
satu aspek dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah ialah
pelayanan himpunan data. Dalam himpunan pelayanan data ini disebarkan inventory
kepribadian yang sering disebut “study of
values”. Instrument study of values ini adalah merupakan suatu bentuk
inventori yang berguna untuk mengunkapakn berbagai aspek kepribadian individu
siswa terutama mengenai nilai-nilai dirinya.
Tujuan
penyebaran inventori kepribadian ini mengungkap enam dasar minat dan motif
dalam kepribadian yang relatif yang menonjol pada individu siswa, yaitu : (1)
Ilmu Pengetahuan (teoritis), (2) Ekonomis, (3) Estetis, (4) Sosial, (5)
Kenegaraan Politis, dan (6) Relegius.
Kegunaan
penyebaran instrument dan analisis data ini adalah : (1) Melengkapi data yang
sudah ada, (2) Mengenal aspek-aspek kepribadian individu yang perlu mendapat
bimbingan khusus, (3) bahan pemberian informasi secara individu kepada siswa,
(4) Mendapatkan gambaran aspek-aspek kepribadian dari siswa, (5) Mendalami
masalah individu maupun kelompok.
BAB III
FOLLOW- UP
A.
Pengertian
Follow up
Follow
up adalah tindak lanjut dari hasil evaluasi. Follow-UP adalah usaha
untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan
tindak lanjutnya yanf didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
dalam upaya pemberian bimbingan.
BAB IV
TUGAS PERKEMBANGAN
A.
Tugas
Perkembangan
Tugas perkembangan
dalam bimbingan dan konseling terdiri dari 9 tugas perkembangan, yaitu :
1. Mencapai
kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mencapai
kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya
sebagai pria dan wanita.
3. Mencapai
ketangan pertumbuhan jasmaniah dengan cepat.
4. Mengembangkan
penguasaan ilmu, teknologi dan kesenian sesuai dengan program kurikulum,
persiapan karir, dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, serta berperan
dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
5. Mencapai
kematangan dalam pilihan karir.
6. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial, intelektual dan ekonomi.
7. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
8. Mengembangkan
kemampuan komunikasi, sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
9. Mencapai
kematangan dalam system nilai dan etika.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Ketut Dewa, dkk.
2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik
Penyusunan Skripsi. Jakarta : Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Pendidikan Indonesia
Ahmadi, Abu. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang: Toha Putra
Makasih, lengkap sekali penjelasannya, Analisis dan evaluasi diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam tugas-tugas kognitif seperti pemahaman dan pengambilan keputusan yang cerdas. Analisis dan evaluasi juga terlibat dalam ilmu data karena berurusan dengan mengkritik bukti. Selain itu, keduanya bekerja bahu membahu karena analisis diperlukan untuk menghasilkan evaluasi yang efisien. Dengan demikian, proses yang saling terkait ini terbukti dalam cara kita memahami dan menghargai informasi.
BalasHapus