Senin, 25 Februari 2013

KONSELING KRISIS


KONSELING KRISIS

Oleh: Dr. Neviyarni S., M.S.
Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP

ABSTRAK

Krisis sering menimpa manusia, baik secara fisik maupun secara psikologis. Penyebab krisis antara lain karena: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Dalam membantu klien yang sedang mengalami krisis, dapat dilaksanakan konseling krisis antara lain dengan: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Nya.





A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk memiliki berbagai aspek psikologis, yang kadang-kadang merasa terbebani dengan berbagai masalah. Manusia mempunyai potensi untuk berkeluh kesah karena merasa bebannya sudah melebihi kemampuannya untuk memikulnya. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. “Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan amat kikir” (QS. Al-Ma’arif, 19:23).
Kecenderungan manusia dalam menghadapi masalah dengan keluh kesah, yang berbeda adalah kuat atau lemahnya keluh kesah tersebut. Hal ini tergantung pada pribadi masing-masing orang tersebut, yang paling menentukan tentu kuat atau lemahnya iman orang yang mengalaminya. Sifat keluh kesah merupakan sifat yang sangat merugikan. Berkeluh kesah akan mengganggu konsentrasi, mengurangi semangat yang sangat diperlukan dalam kehidupan.
Orang yang sedang mengalami masalah akan merasa penciutan atau pengecilan dalam dirinya.sampai pada titik 0. Ia merasa tidak berdaya, pesimis, frustrasi, menjadi stres dan berada pada keadaan krisis. Dalam menghadapi hal ini sering terjadi situasi krisis, yang terlihat pada tiga tipe orang, yaitu: (1) orang berjalan di tempat, tidak maju walaupun bergerak; (2) orang istirahat di tempat, malas, kurang komitmen, tidak ada gerakan, sangat tidak produktif; dan (3) orang bubar jalan, meninggalkan tempat karena tidak sanggup lagi menghadapi masalah sehingga ada yang bunuh diri dan putus asa, ada yang jadi gila. Bagi orang yang bermasalah, orang yang mengalami beban psikologis yang sangat berat, tidak dapat “berjalan” menurut semestinya, pesimis, perlu bantuan untuk pemecahan masalahnya.
Manusia sering merasa/memperkirakan bebannya lebih (over estimate), dan menilai dirinya lebih kurang mampu (under estimate), menganggap sesuatu sebagai yang bersifat negatif, mencari-cari atau membuat masalah, memiliki kepribadian atau pola hidup yang enak-enak saja. Sehingga bila mengalami yang tidak enak dia menjadi kaget, keluh kesah, merasa dalam keadaan krisis.
Pengertian krisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah keadaan yang berbahaya (dalam menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi, dan moral. Sedangkan menurut kamus psikologi (Simanjuntak, 1986:86) pengertian krisis adalah suatu titik balik yang jelas dalam perkembangan berbagai kejadian. Menurut Geldard, (1993:138) situasi krisis adalah situasi-situasi dengan resiko tinggi. Krisis timbul sewaktu atau setelah sesuatu peristiwa terjadi secara mendadak, sehingga merubah persepsi partisipan (orang-orang yang ditimpanya) tentang keamanan dan tatanan dunianya.
Sewaktu mendengar kata krisis akan terlintas dalam pikiran orang berbagai keadaan yang mungkin dialami atau dirasakan orang yang mengalaminya berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya, atau pengalaman orang lain yang pernah didengar atau dilihatnya. Dalam keadaan krisis orang akan merasa panik, tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik.
Dari keterangan terdahulu dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan keadaan yang berbahaya, keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram, akibat terjadinya suatu peristiwa secara mendadak, sehingga orang atau orang-orang yang ditimpanya merasa tatanan dunia dan kehidupannya tidak aman.

B. BAHAYA DAN NILAI KRISIS
Ada berbagai akibat dari terjadinya krisis, “The dangers and value of crisis” (bahaya dan nilai krisis). Menurut Geldard, (1993:142)  krisis menyatakan bahaya, akan tetapi di samping bahaya ada juga keuntungannya. Jadi tidak selamanya krisis itu jelek.
Jenis-jenis bahaya krisis antara lain: (1) menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi; (2) menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk meminimalkannya, keadaan krisis memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan, atau dikurangi “tekanannya”; dan (3) merusak emosi dan aspek psikologis lainnya, keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan cara berpikir orang.
Dampak krisis dapat membuat kesempatan bagi seseorang untuk berubah. Krisis dapat menjadi katalisator untuk mengembangkan sesuatu yang baru, merupakan waktu yang baik untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai sesuatu penyegaran yang baru. Betapapun dahsyatnya tragedi krisis, namun selalu dapat dicari nilai positif dan hikmahnya. Seseorang yang ditimpa suatu peristiwa tragedi, ia menjadi lebih kuat secara psikologis dan spiritual, hubungannya berubah menjadi lebih baik, kondisi yang tidak baik berubah menjadi lebih berarti. Ibarat seseorang yang meninggalkan suatu tempat yang telah dikenalnya dan mulai memasuki arena baru yang belum pernah diketahuinya, berbagai perasaan tidak stabil akan muncul, seperti perasaan takut, cemas, dan khawatir dalam menghadapi situasi baru itu. Apabila ia menyadari bahwa tidak ada kemungkinan lain yang dapat ditempuh selain menghadapi apa yang ada di depannya, maka mungkin ia akan segera berubah menjadi “harus berani menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi”.
Seringkali tidak efektif mengatakan langsung kepada klien yang menghadapi krisis bahwa di samping bahaya krisis itu ada nilai positifnya. Lihatlah sewaktu dia menyadari ada juga keuntungan dari krisis yang dihadapinya, itulah waktu yang tepat untuk mengemukakannya pada klien, dan segera kembangkan pikirannya ke arah yang positif.

C. JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KRISIS
            Ada berbagai jenis krisis, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Geldard, (1993:139) seperti berikut ini.
1.  Jenis-jenis Krisis
  1. Bencana alam, seperti gempa, badai, banjir, gunung meletus, badai Tsunami
Seringkali dampak dari bencana alam ini berkepanjangan terhadap kehidupan orang, seperti masa kemarau, banjir dapat menyebabkan orang kelaparan. Bencana ini tidak akan segera berakhir, bila tidak ditanggulangi secara efektif. Bencana alam  biasanya datang tiba-tiba, tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
b.  Kecelakaan, seperti kebakaran, tabrakan, tenggelam dalam air, jatuh dari tempat yang tinggi, tertusuk pisau, tertembak
Krisis datang tanpa kompromi terlebih dahulu, sehingga orang yang terkena tidak mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Krisis merupakan suatu hal yang mengancam kehidupan. Krisis akibat kecelakaan yang terburuk adalah kematian.
  1. Sakit/penyakit yang menimpa manusia, seperti stroke, asma, kanker, operasi, sakit kaki, tidak berfungsinya bahagian tubuh
Keadaan tidak berdaya yang dialami seseorang karena penyakit sangat ditakuti sebab taraf keterlibatan seseorang secara fisik, emosional, dan psikologis sangat tinggi. Sama dengan krisis kecelakaan akibat krisis yang disebabkan penyakit yang terburuk adalah kematian.



d.  Emosi yang terganggu
Karakteristik manusia yang penting dan berharga adalah kapasitasnya untuk mengelola emosi. Apabila seseorang “rusak” emosinya dia akan jadi hewan yang bergerak secara otomatis, diibaratkan hanya sebagai mesin. Pada waktu emosi destruktif sangat menyakitkan dialami seseorang dapat mencegah berfungsinya emosi tersebut secara normal, seperti; penyakit destruktif, sedih, depresi, kasar, yang penuh resiko.
  1. Hubungan sosial, seperti hubungan yang tak berfungsi, retak/putus hubungan, perceraian, perselingkuhan pasangan hidup, pemutusan hubungan kerja
Pengalaman krisis sering muncul apabila terjadi hubungan yang “tegang” atau “genting”, putus, atau hilang karena kematian atau perpisahan yang tidak dapat dielakkan. Suami atau istri merasa hancur hatinya dan berpikir bahwa dunia telah runtuh bila dia mengetahui bahwa pasangan hidupnya berselingkuh dengan orang lain. Pada waktu ini dia mengalami luka emosi yang sangat parah. Seringkali orang tua juga mengalami kekecewaan yang mendalam akibat perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya. Ada juga krisis yang disebabkan oleh kejahatan dengan penganiayaan fisik, ini biasanya yang menjadi korban adalah wanita dan anak-anak.
  1. Krisis perkembangan
Berbagai macam krisis yang tidak mungkin dapat dielakkan. Ada krisis perkembangan yang muncul secara alamiah dan tidak dapat dihindari sewaktu orang melewati tahapan perkembangan dalam kehidupannya. Pada kebanyakan orang krisis perkembangannya yang pertama adalah sewaktu dia dilahirkan, bahkan ada yang terjadi sebelum itu, seperti ada gangguan pada tubuh ibunya swaktu dia dalam kandungan. Masih banyak lagi krisis perkembangan yang dialami seseorang setelah lahir, antara lain krisis pada waktu: anak mulai dapat melangkah, hari pertama di play-group, mulai bersekolah, masuk masa puber, mulai bekerja, meninggalkan rumah, perkawinan atau mulai hidup bersama orang lain, mempunyai seorang anak, kematian dalam keluarga, perpisahan, perceraian, mulai kembali dengan pasangan yang baru, pensiun, menjadi tua, dan meninggal.
Pada masing-masing tahapan tersebut terdahulu, mempunyai resiko tersendiri, meningkatnya tekanan dan kecemasan pasti terjadi, bahkan mungkin terjadi respon emosional yang lain. Apapun bentuk krisis membuat orang cemas, memerlukan respon, dan merupakan tanda-tanda mulainya suatu tahap baru dalam kehidupan seseorang.

2. Penyebab Krisis Lainnya
Ada beberapa faktor lain yang menjadi penyebab krisis, diantaranya sebagai berikut ini.
  • Tidak dapat meraih hal-hal yang diharapkan
Setiap orang umumnya ingin sukses dengan segala yang dicita-citakannya, selalu ingin keberhasilan dan keberuntungan. Jarang sekali orang yang mempersiapkan diri untuk siap dengan kegagalan, kerugian, atau kekalahan. Akan tetapi dalam kenyataan, tidak semua yang diinginkan, yang dicita-citakan dan diharapkan orang akan berhasil diraih sedemikian rupa. Apabila kegagalan tidak dapat diterima dan disikapi secara positif, tentu akan menyebabkan terjadinya krisis dalam diri orang tersebut.
  • Ditimpa Kesulitan
Krisis akan terjadi bila seseorang ditimpa kesulitan yang membuat orang itu menderita. Sewaktu orang menderita sakit yang terasa parah, ketika harus hidup dalam kemiskinan yang berkepanjangan, sewaktu mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sementara orang sangat membutuhkan pekerjaan.
  • Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang  Dicintai
Apabila seseorang kehilangan orang atau sesuatu yang  dicintainya, seringkali ia merasa terpukul dengan kejadian tersebut. Kecintaan yang sangat mendalam pada seseorang atau kepada sesuatu menyebabkan orang tidak mau berpisah dengan hal yang dicintai tersebut. Bila kehilangan itu terjadi, maka orang akan mengalami keadaan krisis.
Sehubungan dengan krisis yang terjadi, perlu penanganan secepatnya. Salah satu upaya penanganan krisis adalah dengan pelayanan konseling. Pelayanan konseling untuk menangani krisis dinamakan “Konseling Krisis”.
Konseling Krisis dapat dikatakan sebagai pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.

D. UPAYA PENANGANAN MASALAH MELALUI KONSELING KRISIS
1.  Berikan Perhatian Terhadap Penderita Krisis
Upaya memperlihatkan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain, mulai dari menerima klien, sentuhan fisik (bagi klien sejenis), kontak mata, pertanyaan terbuka, refleksi isi, refleksi perasaan, dan memperlihatkan empati.
2.  Beri Kesempatan Pada Klien untuk Melaksanakan Relaksasi
Dalam krisis klien berada pada keadaan tidak produktif, yang menyebabkan pikiran tidak menentu, perasaan cemas, berbagai pikiran yang tidak kreatif yang akan merusak kesehatan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, Konselor dapat membimbing klien untuk melakukan relaksasi sesuai dengan keadaan yang dialami klien. Relaksasi dapat mengurangi kecemasan, berbagai keluhan psikosomatis, dan kegelisahan.  Dapat dilakukan relaksasi sederhana, relaksasi dengan komitmen, atau relaksasi penuh. Relaksasi dilakukan dengan persetujuan klien, klien boleh memilih mana yang diperkirakannya akan cocok dengan keadaan yang sedang dideritanya.
Menurut Haryanto, (2002:76) salah satu bentuk relaksasi dapat dilakukan sewaktu melaksanakan ibadah shalat, karena shalat mempunyai efek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa bagian-bagian tubuh yang harus digerakkan atau dikontraksikan selama melaksanakan relaksasi antara lain, (a) bagian kepala; mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah dan rahang, (b) leher, (c) bahu, (d) lengan bawah dan lengan atas, (e) siku, (f) pergelangan tangan, (g) tangan dan jari-jari, (h) dada, (i) perut, (j) tulang belakang dan punggung, (k) pinggang dan pantat, (l) paha, (m) lutut dan betis, (n) pergelangan kaki, dan (o) kaki dan jari-jari. Semua gerakan tersebut dilaksanakan dalam gerakan-gerakan shalat.


3. Cari Nilai Positif dari Setiap Kejadian
Tidak semua orang melihat nilai positif pada suatu peristiwa atau kejadian yang menguntungkan atau membahagiakan. Bahkan orang cenderung menganggap bahwa hanya kebaikan saja yang ada pada kejadian yang menguntungkan itu. Demikian juga halnya dengan peristiwa atau kejadian yang tidak menguntungkan, yang mendatangkan kesusahan, kebanyakan orang melihatnya dari suatu keburukan saja. Tidak ada kebaikan pada suatu yang mendatangkan kesulitan. Tentu tidak selamanya seperti itu.
Usahakan melihat kebaikan dari peristiwa yang dialami, banyak orang merasa peristiwa yang mendatangkan kesusahan cenderung dipandang sebagai sesuatu yang jelek. Hal ini terjadi hanya karena ketidakmampuan orang melihat hal yang tersirat di balik peristiwa yang tidak menyenangkan itu. Konselor dapat membantu klien untuk mencoba mencari nilai-nilai positif dari peristiwa yang dialami klien.
Kemampuan untuk melihat kebaikan dalam setiap kejadian apapun, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, merupakan kualitas sumber daya manusia yang penting. Hal ini timbul dari keyakinan yang tulus kepada kekuasaan Allah SWT dan pendekatan kehidupan yang dilandasi keimanan.
4. Tingkatkan Kesabaran
Konselor dapat mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran dalam menghadapi krisis yang sedang dideritanya. Menurut ajaran agama Islam, peristiwa yang menyebabkan krisis itu adalah ujian. Setiap orang yang beriman, harus diuji dulu keimanannya. Seseorang belum dapat dikatakan beriman apabila belum diuji keimanannya. (QS........). Dalam menghadapi ujian, sebagaimana diajarkan dalam Al-Quran (QS. Al-Baqarah, 2:153) yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”  Manusia hendaklah minta pertolongan dengan sabar dan shalat kepada Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk kekuasaan untuk menyembuhkan krisis yang sedang diderita manusia tersebut.
5. Lakukan Shalat
Konselor dapat menjelaskan kepada klien bahwa dengan melakukan shalat dapat sangat membantu dalam pemulihan penderitaan krisis. Upaya yang paling baik dilakukan untuk penanganan krisis menurut agama Islam adalah dengan melakukanshalat. Apabila dilihat gerakan-gerakan yang dilakukan orang sewaktu shalat mulai dari takbir, berdiri, ruku’, sujud duduk di antara dua sujud, duduk akhir, sampai mengucapkan salam dapat melebihi relaksasi karena kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu terlaksana selama menunaikan shalat. Haryanto (2002:77-78) mengutip beberapa buku dan mengungkapkan bahwa relaksasi otot dapat mengurangi kecemasan, depresi, insomnia, hiperaktif pada anak, keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis. Menurut Arif Wibisono Adi (1985) dalam Haryanto (2002:82) shalat akan berpengaruh pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh orang yang mengerjakannya, seperti pada sistem syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar reproduksi.
Berikut ini dijelaskan diantara efek dan manfaat masing-masing posisi tubuh dalam gerakan-gerakan shalat.
  • Tubuh terasa bebas dari berbagai beban karena pembagian beban yang sama pada kedua kaki. Punggung lurus akan memperbaiki postur tubuh. Otot-otot punggung bagian atas dan bawah dilemaskan.
  • Konsentrasi menyebabkan pengendoran kaki dan punggung, menimbulkan perasaan kerendahan hati dan keshalehan. Waktu berdiri kedua tangan diletakkan di atas pusat, merupakan sikap istirahat yang paling sempurna, sendi pergelangan tangan dan otot-otot kedua tangan berada dalam keadaan istirahat penuh. Sirkulasi darah, terutama aliran darah ke jantung serta produksi getah bening dan jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik, sehingga gerakan kedua sendi menjadi lancar dan dapat menghindarkan dari penyakit persendian.
  • Otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan betis sepenuhnya dilonggarkan. Darah dipompa ke batang tubuh bagian atas. Melonggarkan otot-otot bagian perut, abdomen, dan ginjal. Tulang punggung akan tetap dalam kondisi yang baik, karena persendian di antara badan-badan ruas tulang belakang tetap tingal lembut dan lentur. Gerakan ini dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit membengkoknya tulang punggung.
  • Darah segar bergerak naik ke batang tubuh pada postur sebelumnya, kembali ke keadaan semula dengan membawa toksin. Tubuh kembali santai dan lepas ketegangan.
  • Aliran darah ke tubuh bagian atas seperti kepala, mata, telinga, hidung, dan paru-paru dapat membersihkan toksin-toksin. Dengan lutut yang membentuk sudut secara tepat, memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mengencang. Dapat mengurangi tekanan darah tinggi, menambah elastisitas tulang. Kontraksi otot pada waktu sujud dengan meletakkan jari dan telapak tangan membuat otot akan menjadi besar dan kuat. Pembuluh nadi dan pembuluh darah balik serta urat-urat getah bening akan terpijit sehingga peredaran darah dan limpa menjadi lancar. Di samping itu membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan pengerutan dinding-dinding pembuluh darah akan menghasilkan energi panas yang diperlukan untuk proses pencernaan makanan oleh tubuh. Menghilangkan kesombongan dan egoisme, meningkatkan kesabaran, menaikkan situasi rohani, menghasilkan energi batin yang tinggi di seluruh tubuh, dan yang terpenting dari semua itu adalah meningkatkan kepercayaan kepada Tuhan Allah SWT
  • Tumit kanan ditekuk dan bobot kaki serta bagian tubuh bertumpu pada tumit kaki bagi laki-laki. Posisi ini membantu menghilangkan efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltik usus besar. Bagi wanita, kedua kaki disatukan di bawah tubuh. Posisi ini akan membawa kembali ke posisi pengendoran yang besar dan postur ini akan membantupencernaan dengan mendesak turun isi perut.
  • Sujud ulangan yang agak lama, dalam beberapa detik akan membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah dan syaraf. Merasakan keringanan tubuh dan kegembiraan emosional. Penyebaran oksigen ke seluruh tubuh lebih lancar dan menyeimbangkan sistem syaraf sippatik dan para-simpatik.
  • Pada posisi duduk iftirasy  otot-otot pangkal paha diduduki. Di dalam otot-otot tersebut terdapat salah satu syaraf pangkal paha yang besar di atas kedua tumit. Tumit dilapisi oleh sebuah otot yang berfungsi sebagai bantal. Dengan demikian maka tumit menekan otot dan syaraf pangkal paha. Pijitan tersebut dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha.
Shalat juga dijadikan sebagai sarana komunikasi seseorang dengan Allah SWT. Komunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam, terutama dengan Allah SWT sangat diperlukan sewaktu seseorang mengalami masalah, apalagi orang yang mengalami krisis, ia membutuhkan tempat katarsis. Selanjutnya Haryanto (2002:89) mengemukakan bahwa dengan shalat seseorang dapat berdialog, katarsis  langsung dengan Allah Sang Pencipta, Tuhan yang Maha Mengetahui, Pengasih dan Penyayang. Sehingga ia menyadari dan merasa ada yang melihat, ada yang memelihara, ada yang memperhatikan, dan ada yang menolongnya. Perasaan tidak sendirian, tidak kesepian ini membuat perasaannya lega dan akan membantu pemulihan, sehingga ia dapat merasa tenang dan tenteram kembali.  
6. Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.

7. Niatkan Segala Kegiatan sebagai Amal Ibadah kepada Allah (Ikhlas) dalam Rangka Mencari Ridha-Nya
Orang yang dapat menikmati hidupnya adalah orang yang paling bersungguh-sungguh menjaga keikhlasannya. Ibadah apapun yang dilakukannya tanpa keikhlasan akan sia-sia belaka. Betapa indah makna yang terkandung dalam ikhlas. Ikhlas, bebas dari segala perbuatan yang tidak disukai Allah, lepas dari maksud-maksud pribadi, tidak pamrih, tidak riya, menjadikan Allah menjadi satu-satunya yang diharapkan, ditaati, dicintai, dan ditakuti. Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa sekalian alam. Hanya apa yang diperintahkan Allah yang menjadi tujuan hidupnya.
Apapun yang dilakukan orang yang ikhlas tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya penghargaan orang lain. Suatu hal yang dicari adalah semata ridha Allah SWT. Ajaran agama Islam menyuruh orang membuat kebajikan karena kebajikan itu baik, dan harus dilakukan serta mencegah perbuatan yang jelek. Berbuat kebajikan dan meninggalkan yang buruk bukan mengharapkan balasan dari orang lain, karena balasan yang sempurna hanya dapat diharapkan datang dari Allah Swt.
Seorang yang ikhlas tidak akan melakukan perbuatan untuk mencari kemegahan, ketenaran, kekuasaan, jabatan, atau pangkat untuk mencari kenikmatan, bersuka ria, mencari kemanfaatan materil, atau kekayaan pribadi. Sesungguhnya perbuatan kebajikan itu dilakukan hanya semata untuk mencari ridha Allah. Tujuan hidupnya jelas dan tegas, langkhnya pasti dan penuh harapan. Bila mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu dia tidak akan merasa kecewa dan frustrasi, dia tidak akan putus asa dengan usahanya, akan selalu berikhtiar dengan ulet menempuh jalan yang disukai Allah.



E. KESIMPULAN
Manusia sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Allah Swt..

DAFTAR BACAAN
 Al-Quran dan Terjemahnya.
 Amin, M.R. 2004. Belajar Sukses dari Shalat: Mengungkap Pelajaran-pelajaran Shalat untuk Meraih Keberhasilan Hidup. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
 Dahlan, M.D. 2000. Pakar Kampus: Berda’wah & Berkhutbah. Bandung: Yayasan Fithri.
 Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 Drever, J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak). Jakarta: Bina Aksara.
 Geldard, D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors. New York: Prentice Hall.
 Gymnastiar, A. 2004. Bangkit!: Manajemen Qolbu untuk Meraih Sukses. Bandung: MQ Publishing.
 Haryanto, S. 2002. Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

ngat�'el0�@��ktu seseorang mengalami masalah, apalagi orang yang mengalami krisis, ia membutuhkan tempat katarsis. Selanjutnya Haryanto (2002:89) mengemukakan bahwa dengan shalat seseorang dapat berdialog, katarsis  langsung dengan Allah Sang Pencipta, Tuhan yang Maha Mengetahui, Pengasih dan Penyayang. Sehingga ia menyadari dan merasa ada yang melihat, ada yang memelihara, ada yang memperhatikan, dan ada yang menolongnya. Perasaan tidak sendirian, tidak kesepian ini membuat perasaannya lega dan akan membantu pemulihan, sehingga ia dapat merasa tenang dan tenteram kembali. 

6. Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.

7. Niatkan Segala Kegiatan sebagai Amal Ibadah kepada Allah (Ikhlas) dalam Rangka Mencari Ridha-Nya

Orang yang dapat menikmati hidupnya adalah orang yang paling bersungguh-sungguh menjaga keikhlasannya. Ibadah apapun yang dilakukannya tanpa keikhlasan akan sia-sia belaka. Betapa indah makna yang terkandung dalam ikhlas. Ikhlas, bebas dari segala perbuatan yang tidak disukai Allah, lepas dari maksud-maksud pribadi, tidak pamrih, tidak riya, menjadikan Allah menjadi satu-satunya yang diharapkan, ditaati, dicintai, dan ditakuti. Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa sekalian alam. Hanya apa yang diperintahkan Allah yang menjadi tujuan hidupnya.
Apapun yang dilakukan orang yang ikhlas tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya penghargaan orang lain. Suatu hal yang dicari adalah semata ridha Allah SWT. Ajaran agama Islam menyuruh orang membuat kebajikan karena kebajikan itu baik, dan harus dilakukan serta mencegah perbuatan yang jelek. Berbuat kebajikan dan meninggalkan yang buruk bukan mengharapkan balasan dari orang lain, karena balasan yang sempurna hanya dapat diharapkan datang dari Allah Swt.
Seorang yang ikhlas tidak akan melakukan perbuatan untuk mencari kemegahan, ketenaran, kekuasaan, jabatan, atau pangkat untuk mencari kenikmatan, bersuka ria, mencari kemanfaatan materil, atau kekayaan pribadi. Sesungguhnya perbuatan kebajikan itu dilakukan hanya semata untuk mencari ridha Allah. Tujuan hidupnya jelas dan tegas, langkhnya pasti dan penuh harapan. Bila mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu dia tidak akan merasa kecewa dan frustrasi, dia tidak akan putus asa dengan usahanya, akan selalu berikhtiar dengan ulet menempuh jalan yang disukai Allah.

E. KESIMPULAN

Manusia sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Allah Swt..


DAFTAR BACAAN

Al-Quran dan Terjemahnya.

Amin, M.R. 2004. Belajar Sukses dari Shalat: Mengungkap Pelajaran-pelajaran Shalat untuk Meraih Keberhasilan Hidup. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Dahlan, M.D. 2000. Pakar Kampus: Berda’wah & Berkhutbah. Bandung: Yayasan Fithri.

Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Drever, J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak). Jakarta: Bina Aksara.

Geldard, D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors. New York: Prentice Hall.

Gymnastiar, A. 2004. Bangkit!: Manajemen Qolbu untuk Meraih Sukses. Bandung: MQ Publishing.

Haryanto, S. 2002. Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1 komentar: