KONSELING KRISIS
Oleh:
Dr. Neviyarni S., M.S.
Dosen
Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
ABSTRAK
Krisis
sering menimpa manusia, baik secara fisik maupun secara psikologis. Penyebab
krisis antara lain karena: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4)
emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7)
tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9)
kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling
krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis
untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Dalam
membantu klien yang sedang mengalami krisis, dapat dilaksanakan konseling
krisis antara lain dengan: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis,
(2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3)
mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk
meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak
mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan
segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Nya.
A.
PENDAHULUAN
Manusia
sebagai makhluk memiliki berbagai aspek psikologis, yang kadang-kadang merasa
terbebani dengan berbagai masalah. Manusia mempunyai potensi untuk berkeluh
kesah karena merasa bebannya sudah melebihi kemampuannya untuk memikulnya.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. “Apabila ia
ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan amat
kikir” (QS. Al-Ma’arif, 19:23).
Kecenderungan
manusia dalam menghadapi masalah dengan keluh kesah, yang berbeda adalah kuat
atau lemahnya keluh kesah tersebut. Hal ini tergantung pada pribadi
masing-masing orang tersebut, yang paling menentukan tentu kuat atau lemahnya
iman orang yang mengalaminya. Sifat keluh kesah merupakan sifat yang sangat
merugikan. Berkeluh kesah akan mengganggu konsentrasi, mengurangi semangat yang
sangat diperlukan dalam kehidupan.
Orang
yang sedang mengalami masalah akan merasa penciutan atau pengecilan dalam
dirinya.sampai pada titik 0. Ia merasa tidak berdaya, pesimis, frustrasi,
menjadi stres dan berada pada keadaan krisis. Dalam menghadapi hal ini sering
terjadi situasi krisis, yang terlihat pada tiga tipe orang, yaitu: (1) orang
berjalan di tempat, tidak maju walaupun bergerak; (2) orang istirahat di
tempat, malas, kurang komitmen, tidak ada gerakan, sangat tidak produktif; dan
(3) orang bubar jalan, meninggalkan tempat karena tidak sanggup lagi menghadapi
masalah sehingga ada yang bunuh diri dan putus asa, ada yang jadi gila. Bagi
orang yang bermasalah, orang yang mengalami beban psikologis yang sangat berat,
tidak dapat “berjalan” menurut semestinya, pesimis, perlu bantuan untuk
pemecahan masalahnya.
Manusia
sering merasa/memperkirakan bebannya lebih (over estimate), dan menilai
dirinya lebih kurang mampu (under estimate), menganggap sesuatu sebagai
yang bersifat negatif, mencari-cari atau membuat masalah, memiliki kepribadian
atau pola hidup yang enak-enak saja. Sehingga bila mengalami yang tidak enak
dia menjadi kaget, keluh kesah, merasa dalam keadaan krisis.
Pengertian
krisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah keadaan
yang berbahaya (dalam menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan
suram dalam berbagai hal seperti ekonomi, dan moral. Sedangkan menurut kamus
psikologi (Simanjuntak, 1986:86) pengertian krisis adalah suatu titik balik
yang jelas dalam perkembangan berbagai kejadian. Menurut Geldard, (1993:138)
situasi krisis adalah situasi-situasi dengan resiko tinggi. Krisis timbul
sewaktu atau setelah sesuatu peristiwa terjadi secara mendadak, sehingga
merubah persepsi partisipan (orang-orang yang ditimpanya) tentang keamanan dan
tatanan dunianya.
Sewaktu
mendengar kata krisis akan terlintas dalam pikiran orang berbagai keadaan yang
mungkin dialami atau dirasakan orang yang mengalaminya berdasarkan pengalaman
yang pernah dialaminya, atau pengalaman orang lain yang pernah didengar atau
dilihatnya. Dalam keadaan krisis orang akan merasa panik, tidak berdaya,
ketakutan, seram, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa
yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa
bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik.
Dari
keterangan terdahulu dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan keadaan yang
berbahaya, keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram, akibat terjadinya
suatu peristiwa secara mendadak, sehingga orang atau orang-orang yang
ditimpanya merasa tatanan dunia dan kehidupannya tidak aman.
B.
BAHAYA DAN NILAI KRISIS
Ada
berbagai akibat dari terjadinya krisis, “The dangers and value of crisis”
(bahaya dan nilai krisis). Menurut Geldard, (1993:142) krisis menyatakan
bahaya, akan tetapi di samping bahaya ada juga keuntungannya. Jadi tidak
selamanya krisis itu jelek.
Jenis-jenis
bahaya krisis antara lain: (1) menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami
krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi;
(2) menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk meminimalkannya, keadaan
krisis memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan,
atau dikurangi “tekanannya”; dan (3) merusak emosi dan aspek psikologis
lainnya, keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi,
sikap, dan cara berpikir orang.
Dampak
krisis dapat membuat kesempatan bagi seseorang untuk berubah. Krisis dapat
menjadi katalisator untuk mengembangkan sesuatu yang baru, merupakan waktu yang
baik untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai sesuatu penyegaran yang
baru. Betapapun dahsyatnya tragedi krisis, namun selalu dapat dicari nilai
positif dan hikmahnya. Seseorang yang ditimpa suatu peristiwa tragedi, ia
menjadi lebih kuat secara psikologis dan spiritual, hubungannya berubah menjadi
lebih baik, kondisi yang tidak baik berubah menjadi lebih berarti. Ibarat
seseorang yang meninggalkan suatu tempat yang telah dikenalnya dan mulai
memasuki arena baru yang belum pernah diketahuinya, berbagai perasaan tidak
stabil akan muncul, seperti perasaan takut, cemas, dan khawatir dalam
menghadapi situasi baru itu. Apabila ia menyadari bahwa tidak ada kemungkinan
lain yang dapat ditempuh selain menghadapi apa yang ada di depannya, maka
mungkin ia akan segera berubah menjadi “harus berani menghadapi segala sesuatu
yang akan terjadi”.
Seringkali
tidak efektif mengatakan langsung kepada klien yang menghadapi krisis bahwa di
samping bahaya krisis itu ada nilai positifnya. Lihatlah sewaktu dia menyadari
ada juga keuntungan dari krisis yang dihadapinya, itulah waktu yang tepat untuk
mengemukakannya pada klien, dan segera kembangkan pikirannya ke arah yang
positif.
C.
JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KRISIS
Ada berbagai jenis krisis, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Geldard,
(1993:139) seperti berikut ini.
1. Jenis-jenis
Krisis
- Bencana alam, seperti gempa,
badai, banjir, gunung meletus, badai Tsunami
Seringkali
dampak dari bencana alam ini berkepanjangan terhadap kehidupan orang, seperti
masa kemarau, banjir dapat menyebabkan orang kelaparan. Bencana ini tidak akan
segera berakhir, bila tidak ditanggulangi secara efektif. Bencana alam
biasanya datang tiba-tiba, tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
b.
Kecelakaan, seperti kebakaran, tabrakan, tenggelam dalam air, jatuh dari tempat
yang tinggi, tertusuk pisau, tertembak
Krisis
datang tanpa kompromi terlebih dahulu, sehingga orang yang terkena tidak
mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Krisis merupakan suatu hal yang
mengancam kehidupan. Krisis akibat kecelakaan yang terburuk adalah kematian.
- Sakit/penyakit yang menimpa
manusia, seperti stroke, asma, kanker, operasi, sakit kaki, tidak
berfungsinya bahagian tubuh
Keadaan
tidak berdaya yang dialami seseorang karena penyakit sangat ditakuti sebab
taraf keterlibatan seseorang secara fisik, emosional, dan psikologis sangat
tinggi. Sama dengan krisis kecelakaan akibat krisis yang disebabkan penyakit
yang terburuk adalah kematian.
d.
Emosi yang terganggu
Karakteristik
manusia yang penting dan berharga adalah kapasitasnya untuk mengelola emosi.
Apabila seseorang “rusak” emosinya dia akan jadi hewan yang bergerak secara
otomatis, diibaratkan hanya sebagai mesin. Pada waktu emosi destruktif sangat
menyakitkan dialami seseorang dapat mencegah berfungsinya emosi tersebut secara
normal, seperti; penyakit destruktif, sedih, depresi, kasar, yang penuh resiko.
- Hubungan sosial, seperti
hubungan yang tak berfungsi, retak/putus hubungan, perceraian,
perselingkuhan pasangan hidup, pemutusan hubungan kerja
Pengalaman
krisis sering muncul apabila terjadi hubungan yang “tegang” atau “genting”,
putus, atau hilang karena kematian atau perpisahan yang tidak dapat dielakkan.
Suami atau istri merasa hancur hatinya dan berpikir bahwa dunia telah runtuh
bila dia mengetahui bahwa pasangan hidupnya berselingkuh dengan orang lain.
Pada waktu ini dia mengalami luka emosi yang sangat parah. Seringkali orang tua
juga mengalami kekecewaan yang mendalam akibat perilaku anaknya yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya. Ada juga krisis yang disebabkan
oleh kejahatan dengan penganiayaan fisik, ini biasanya yang menjadi korban
adalah wanita dan anak-anak.
- Krisis perkembangan
Berbagai
macam krisis yang tidak mungkin dapat dielakkan. Ada krisis perkembangan yang
muncul secara alamiah dan tidak dapat dihindari sewaktu orang melewati tahapan
perkembangan dalam kehidupannya. Pada kebanyakan orang krisis perkembangannya
yang pertama adalah sewaktu dia dilahirkan, bahkan ada yang terjadi sebelum
itu, seperti ada gangguan pada tubuh ibunya swaktu dia dalam kandungan. Masih
banyak lagi krisis perkembangan yang dialami seseorang setelah lahir, antara
lain krisis pada waktu: anak mulai dapat melangkah, hari pertama di play-group,
mulai bersekolah, masuk masa puber, mulai bekerja, meninggalkan rumah,
perkawinan atau mulai hidup bersama orang lain, mempunyai seorang anak,
kematian dalam keluarga, perpisahan, perceraian, mulai kembali dengan pasangan
yang baru, pensiun, menjadi tua, dan meninggal.
Pada
masing-masing tahapan tersebut terdahulu, mempunyai resiko tersendiri,
meningkatnya tekanan dan kecemasan pasti terjadi, bahkan mungkin terjadi respon
emosional yang lain. Apapun bentuk krisis membuat orang cemas, memerlukan
respon, dan merupakan tanda-tanda mulainya suatu tahap baru dalam kehidupan
seseorang.
2.
Penyebab Krisis Lainnya
Ada
beberapa faktor lain yang menjadi penyebab krisis, diantaranya sebagai berikut
ini.
- Tidak dapat meraih hal-hal yang diharapkan
Setiap
orang umumnya ingin sukses dengan segala yang dicita-citakannya, selalu ingin
keberhasilan dan keberuntungan. Jarang sekali orang yang mempersiapkan diri
untuk siap dengan kegagalan, kerugian, atau kekalahan. Akan tetapi dalam
kenyataan, tidak semua yang diinginkan, yang dicita-citakan dan diharapkan
orang akan berhasil diraih sedemikian rupa. Apabila kegagalan tidak dapat
diterima dan disikapi secara positif, tentu akan menyebabkan terjadinya krisis
dalam diri orang tersebut.
- Ditimpa Kesulitan
Krisis
akan terjadi bila seseorang ditimpa kesulitan yang membuat orang itu menderita.
Sewaktu orang menderita sakit yang terasa parah, ketika harus hidup dalam
kemiskinan yang berkepanjangan, sewaktu mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) sementara orang sangat membutuhkan pekerjaan.
- Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang Dicintai
Apabila
seseorang kehilangan orang atau sesuatu yang dicintainya, seringkali ia
merasa terpukul dengan kejadian tersebut. Kecintaan yang sangat mendalam pada
seseorang atau kepada sesuatu menyebabkan orang tidak mau berpisah dengan hal
yang dicintai tersebut. Bila kehilangan itu terjadi, maka orang akan mengalami
keadaan krisis.
Sehubungan
dengan krisis yang terjadi, perlu penanganan secepatnya. Salah satu upaya
penanganan krisis adalah dengan pelayanan konseling. Pelayanan konseling untuk
menangani krisis dinamakan “Konseling Krisis”.
Konseling
Krisis dapat dikatakan sebagai pelayanan bantuan kepada klien yang sedang
mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di
sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan
dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
D.
UPAYA PENANGANAN MASALAH MELALUI KONSELING KRISIS
1. Berikan
Perhatian Terhadap Penderita Krisis
Upaya
memperlihatkan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain,
mulai dari menerima klien, sentuhan fisik (bagi klien sejenis), kontak mata,
pertanyaan terbuka, refleksi isi, refleksi perasaan, dan memperlihatkan empati.
2. Beri
Kesempatan Pada Klien untuk Melaksanakan Relaksasi
Dalam
krisis klien berada pada keadaan tidak produktif, yang menyebabkan pikiran
tidak menentu, perasaan cemas, berbagai pikiran yang tidak kreatif yang akan
merusak kesehatan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, Konselor dapat membimbing
klien untuk melakukan relaksasi sesuai dengan keadaan yang dialami klien.
Relaksasi dapat mengurangi kecemasan, berbagai keluhan psikosomatis, dan
kegelisahan. Dapat dilakukan relaksasi sederhana, relaksasi dengan
komitmen, atau relaksasi penuh. Relaksasi dilakukan dengan persetujuan klien,
klien boleh memilih mana yang diperkirakannya akan cocok dengan keadaan yang
sedang dideritanya.
Menurut
Haryanto, (2002:76) salah satu bentuk relaksasi dapat dilakukan sewaktu
melaksanakan ibadah shalat, karena shalat mempunyai efek relaksasi otot, yaitu
kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Selanjutnya dikemukakannya bahwa bagian-bagian tubuh yang harus digerakkan atau
dikontraksikan selama melaksanakan relaksasi antara lain, (a) bagian kepala;
mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah dan rahang, (b) leher, (c) bahu,
(d) lengan bawah dan lengan atas, (e) siku, (f) pergelangan tangan, (g) tangan
dan jari-jari, (h) dada, (i) perut, (j) tulang belakang dan punggung, (k)
pinggang dan pantat, (l) paha, (m) lutut dan betis, (n) pergelangan kaki, dan
(o) kaki dan jari-jari. Semua gerakan tersebut dilaksanakan dalam gerakan-gerakan
shalat.
3.
Cari Nilai Positif dari Setiap Kejadian
Tidak
semua orang melihat nilai positif pada suatu peristiwa atau kejadian yang
menguntungkan atau membahagiakan. Bahkan orang cenderung menganggap bahwa hanya
kebaikan saja yang ada pada kejadian yang menguntungkan itu. Demikian juga
halnya dengan peristiwa atau kejadian yang tidak menguntungkan, yang
mendatangkan kesusahan, kebanyakan orang melihatnya dari suatu keburukan saja.
Tidak ada kebaikan pada suatu yang mendatangkan kesulitan. Tentu tidak
selamanya seperti itu.
Usahakan
melihat kebaikan dari peristiwa yang dialami, banyak orang merasa peristiwa
yang mendatangkan kesusahan cenderung dipandang sebagai sesuatu yang jelek. Hal
ini terjadi hanya karena ketidakmampuan orang melihat hal yang tersirat di
balik peristiwa yang tidak menyenangkan itu. Konselor dapat membantu klien
untuk mencoba mencari nilai-nilai positif dari peristiwa yang dialami klien.
Kemampuan
untuk melihat kebaikan dalam setiap kejadian apapun, baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, merupakan kualitas sumber daya manusia yang
penting. Hal ini timbul dari keyakinan yang tulus kepada kekuasaan Allah SWT
dan pendekatan kehidupan yang dilandasi keimanan.
4.
Tingkatkan Kesabaran
Konselor
dapat mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran dalam menghadapi krisis yang
sedang dideritanya. Menurut ajaran agama Islam, peristiwa yang menyebabkan
krisis itu adalah ujian. Setiap orang yang beriman, harus diuji dulu
keimanannya. Seseorang belum dapat dikatakan beriman apabila belum diuji
keimanannya. (QS........). Dalam menghadapi ujian, sebagaimana diajarkan dalam
Al-Quran (QS. Al-Baqarah, 2:153) yang artinya, “Hai orang-orang yang
beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Manusia
hendaklah minta pertolongan dengan sabar dan shalat kepada Allah yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu, termasuk kekuasaan untuk menyembuhkan krisis yang
sedang diderita manusia tersebut.
5.
Lakukan Shalat
Konselor
dapat menjelaskan kepada klien bahwa dengan melakukan shalat dapat sangat
membantu dalam pemulihan penderitaan krisis. Upaya yang paling baik dilakukan
untuk penanganan krisis menurut agama Islam adalah dengan melakukanshalat.
Apabila dilihat gerakan-gerakan yang dilakukan orang sewaktu shalat mulai dari
takbir, berdiri, ruku’, sujud duduk di antara dua sujud, duduk akhir, sampai
mengucapkan salam dapat melebihi relaksasi karena kontraksi otot, pijatan dan
tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu terlaksana selama menunaikan shalat.
Haryanto (2002:77-78) mengutip beberapa buku dan mengungkapkan bahwa relaksasi
otot dapat mengurangi kecemasan, depresi, insomnia, hiperaktif pada anak,
keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis. Menurut Arif Wibisono Adi
(1985) dalam Haryanto (2002:82) shalat akan berpengaruh pada seluruh sistem
yang ada dalam tubuh orang yang mengerjakannya, seperti pada sistem syaraf,
peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar reproduksi.
Berikut
ini dijelaskan diantara efek dan manfaat masing-masing posisi tubuh dalam
gerakan-gerakan shalat.
- Tubuh terasa bebas dari berbagai beban karena pembagian
beban yang sama pada kedua kaki. Punggung lurus akan memperbaiki postur
tubuh. Otot-otot punggung bagian atas dan bawah dilemaskan.
- Konsentrasi menyebabkan pengendoran kaki dan punggung,
menimbulkan perasaan kerendahan hati dan keshalehan. Waktu berdiri kedua
tangan diletakkan di atas pusat, merupakan sikap istirahat yang paling
sempurna, sendi pergelangan tangan dan otot-otot kedua tangan berada dalam
keadaan istirahat penuh. Sirkulasi darah, terutama aliran darah ke jantung
serta produksi getah bening dan jaringan yang terkumpul dalam
kantong-kantong kedua persendian itu menjadi lebih baik, sehingga gerakan
kedua sendi menjadi lancar dan dapat menghindarkan dari penyakit
persendian.
- Otot-otot punggung bagian bawah, paha, dan betis
sepenuhnya dilonggarkan. Darah dipompa ke batang tubuh bagian atas.
Melonggarkan otot-otot bagian perut, abdomen, dan ginjal. Tulang punggung
akan tetap dalam kondisi yang baik, karena persendian di antara
badan-badan ruas tulang belakang tetap tingal lembut dan lentur. Gerakan
ini dapat menghindarkan atau menyembuhkan penyakit membengkoknya tulang
punggung.
- Darah segar bergerak naik ke batang tubuh pada postur
sebelumnya, kembali ke keadaan semula dengan membawa toksin. Tubuh kembali
santai dan lepas ketegangan.
- Aliran darah ke tubuh bagian atas seperti kepala, mata,
telinga, hidung, dan paru-paru dapat membersihkan toksin-toksin. Dengan lutut
yang membentuk sudut secara tepat, memungkinkan otot-otot perut berkembang
dan mengencang. Dapat mengurangi tekanan darah tinggi, menambah
elastisitas tulang. Kontraksi otot pada waktu sujud dengan meletakkan jari
dan telapak tangan membuat otot akan menjadi besar dan kuat. Pembuluh nadi
dan pembuluh darah balik serta urat-urat getah bening akan terpijit
sehingga peredaran darah dan limpa menjadi lancar. Di samping itu membantu
pekerjaan jantung dan menghindarkan pengerutan dinding-dinding pembuluh darah
akan menghasilkan energi panas yang diperlukan untuk proses pencernaan
makanan oleh tubuh. Menghilangkan kesombongan dan egoisme, meningkatkan
kesabaran, menaikkan situasi rohani, menghasilkan energi batin yang tinggi
di seluruh tubuh, dan yang terpenting dari semua itu adalah meningkatkan
kepercayaan kepada Tuhan Allah SWT
- Tumit kanan ditekuk dan bobot kaki serta bagian tubuh
bertumpu pada tumit kaki bagi laki-laki. Posisi ini membantu menghilangkan
efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltik usus besar. Bagi
wanita, kedua kaki disatukan di bawah tubuh. Posisi ini akan membawa
kembali ke posisi pengendoran yang besar dan postur ini akan
membantupencernaan dengan mendesak turun isi perut.
- Sujud ulangan yang agak lama, dalam beberapa detik akan
membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah dan syaraf. Merasakan
keringanan tubuh dan kegembiraan emosional. Penyebaran oksigen ke seluruh
tubuh lebih lancar dan menyeimbangkan sistem syaraf sippatik dan
para-simpatik.
- Pada posisi duduk iftirasy otot-otot
pangkal paha diduduki. Di dalam otot-otot tersebut terdapat salah satu
syaraf pangkal paha yang besar di atas kedua tumit. Tumit dilapisi oleh
sebuah otot yang berfungsi sebagai bantal. Dengan demikian maka tumit
menekan otot dan syaraf pangkal paha. Pijitan tersebut dapat menghindarkan
atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha.
Shalat
juga dijadikan sebagai sarana komunikasi seseorang dengan Allah SWT. Komunikasi
dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam, terutama dengan Allah SWT
sangat diperlukan sewaktu seseorang mengalami masalah, apalagi orang yang
mengalami krisis, ia membutuhkan tempat katarsis. Selanjutnya Haryanto
(2002:89) mengemukakan bahwa dengan shalat seseorang dapat berdialog,
katarsis langsung dengan Allah Sang Pencipta, Tuhan yang Maha Mengetahui,
Pengasih dan Penyayang. Sehingga ia menyadari dan merasa ada yang melihat, ada
yang memelihara, ada yang memperhatikan, dan ada yang menolongnya. Perasaan
tidak sendirian, tidak kesepian ini membuat perasaannya lega dan akan membantu
pemulihan, sehingga ia dapat merasa tenang dan tenteram kembali.
6.
Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia
sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan
menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang
tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan
pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah
ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang
lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang
mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas
kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang
diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain
padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan
semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini
sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami
kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat
orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.
7.
Niatkan Segala Kegiatan sebagai Amal Ibadah kepada Allah (Ikhlas) dalam Rangka
Mencari Ridha-Nya
Orang
yang dapat menikmati hidupnya adalah orang yang paling bersungguh-sungguh
menjaga keikhlasannya. Ibadah apapun yang dilakukannya tanpa keikhlasan akan
sia-sia belaka. Betapa indah makna yang terkandung dalam ikhlas.
Ikhlas, bebas dari segala perbuatan yang tidak disukai Allah, lepas dari
maksud-maksud pribadi, tidak pamrih, tidak riya, menjadikan Allah menjadi
satu-satunya yang diharapkan, ditaati, dicintai, dan ditakuti. Allah sebagai
Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa sekalian alam. Hanya apa yang
diperintahkan Allah yang menjadi tujuan hidupnya.
Apapun
yang dilakukan orang yang ikhlas tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya
penghargaan orang lain. Suatu hal yang dicari adalah semata ridha Allah SWT.
Ajaran agama Islam menyuruh orang membuat kebajikan karena kebajikan itu baik,
dan harus dilakukan serta mencegah perbuatan yang jelek. Berbuat kebajikan dan
meninggalkan yang buruk bukan mengharapkan balasan dari orang lain, karena
balasan yang sempurna hanya dapat diharapkan datang dari Allah Swt.
Seorang
yang ikhlas tidak akan melakukan perbuatan untuk mencari kemegahan, ketenaran,
kekuasaan, jabatan, atau pangkat untuk mencari kenikmatan, bersuka ria, mencari
kemanfaatan materil, atau kekayaan pribadi. Sesungguhnya perbuatan kebajikan
itu dilakukan hanya semata untuk mencari ridha Allah. Tujuan hidupnya jelas dan
tegas, langkhnya pasti dan penuh harapan. Bila mengalami kegagalan dalam melakukan
sesuatu dia tidak akan merasa kecewa dan frustrasi, dia tidak akan putus asa
dengan usahanya, akan selalu berikhtiar dengan ulet menempuh jalan yang disukai
Allah.
E.
KESIMPULAN
Manusia
sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis
antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit,
(4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7)
tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9)
kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling
krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis
untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai
upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu
klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian
terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk
melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4)
mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan
sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari
siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari
ridha-Allah Swt..
DAFTAR
BACAAN
Al-Quran
dan Terjemahnya.
Amin,
M.R. 2004. Belajar Sukses dari Shalat: Mengungkap Pelajaran-pelajaran
Shalat untuk Meraih Keberhasilan Hidup. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Dahlan,
M.D. 2000. Pakar Kampus: Berda’wah & Berkhutbah. Bandung:
Yayasan Fithri.
Depdikbud.
(1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Drever,
J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak).
Jakarta: Bina Aksara.
Geldard,
D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors.
New York: Prentice Hall.
Gymnastiar,
A. 2004. Bangkit!: Manajemen Qolbu untuk Meraih Sukses. Bandung: MQ
Publishing.
Haryanto,
S. 2002. Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6. Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.
7. Niatkan Segala Kegiatan sebagai Amal Ibadah kepada Allah (Ikhlas) dalam Rangka Mencari Ridha-Nya
Orang yang dapat menikmati hidupnya adalah orang yang paling bersungguh-sungguh menjaga keikhlasannya. Ibadah apapun yang dilakukannya tanpa keikhlasan akan sia-sia belaka. Betapa indah makna yang terkandung dalam ikhlas. Ikhlas, bebas dari segala perbuatan yang tidak disukai Allah, lepas dari maksud-maksud pribadi, tidak pamrih, tidak riya, menjadikan Allah menjadi satu-satunya yang diharapkan, ditaati, dicintai, dan ditakuti. Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa sekalian alam. Hanya apa yang diperintahkan Allah yang menjadi tujuan hidupnya.
Apapun yang dilakukan orang yang ikhlas tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya penghargaan orang lain. Suatu hal yang dicari adalah semata ridha Allah SWT. Ajaran agama Islam menyuruh orang membuat kebajikan karena kebajikan itu baik, dan harus dilakukan serta mencegah perbuatan yang jelek. Berbuat kebajikan dan meninggalkan yang buruk bukan mengharapkan balasan dari orang lain, karena balasan yang sempurna hanya dapat diharapkan datang dari Allah Swt.
Seorang yang ikhlas tidak akan melakukan perbuatan untuk mencari kemegahan, ketenaran, kekuasaan, jabatan, atau pangkat untuk mencari kenikmatan, bersuka ria, mencari kemanfaatan materil, atau kekayaan pribadi. Sesungguhnya perbuatan kebajikan itu dilakukan hanya semata untuk mencari ridha Allah. Tujuan hidupnya jelas dan tegas, langkhnya pasti dan penuh harapan. Bila mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu dia tidak akan merasa kecewa dan frustrasi, dia tidak akan putus asa dengan usahanya, akan selalu berikhtiar dengan ulet menempuh jalan yang disukai Allah.
E. KESIMPULAN
Manusia sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Allah Swt..
DAFTAR BACAAN
Al-Quran dan Terjemahnya.
Amin, M.R. 2004. Belajar Sukses dari Shalat: Mengungkap Pelajaran-pelajaran Shalat untuk Meraih Keberhasilan Hidup. Jakarta: Al-Mawardi Prima.
Dahlan, M.D. 2000. Pakar Kampus: Berda’wah & Berkhutbah. Bandung: Yayasan Fithri.
Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Drever, J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak). Jakarta: Bina Aksara.
Geldard, D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors. New York: Prentice Hall.
Gymnastiar, A. 2004. Bangkit!: Manajemen Qolbu untuk Meraih Sukses. Bandung: MQ Publishing.
Haryanto, S. 2002. Psikologi Shalat: Kajian Aspek-aspek Psikologis Ibadah Shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
terima kasih atas materinya
BalasHapus