Bimbingan Kelompok dapat dipandang sebagai suatu proses pemberian layanan bimbingan pada
sejumlah konseli dalam situasi kelompok. Pada umumnya dilaksanakan dalam
konteks klasikal. Secara khusus, bimbingan
kelompok merupakan suatu jenis metode bimbingan berbentuk aktivitas kelompok
yang dikelola secara sengaja untuk melaksanakan program bimbingan. Dalam suatu
kelompok, para partisipan (anggota kelompok) mengkaji topik atau permasalahan
yang ditawarkan guna mendapat pertimbangan dan pembahasan kelompok dalam tataran
sini-dan-kini; tanpa harus dimiliki pengetahuan penuh dan (bahkan) tidak pula
bermaksud mendapatkan informasi mengenai individu atau tujuan akhir mereka.
Alasan utama bimbingan kelompok di sekolah adalah: pertama, menyediakan
informasi pendidikan-jabatan dan pribadi-sosial kepada murid, kedua, meluangkan
murid berdiskusi dan terlibat dalam aktivitas pribadi dan karir, dan ketiga,
memberi murid peluang untuk meneliti dan mendiskusikan masalah, tujuan, dan
solusi bersama. Tujuan yang hendak dicapai melalui bimbingan kelompok
lebih bersifat pada pencegahan dan pengembangan daripada penyembuhan. Fasilitator bimbingan kelompok mungkin saja
guru, konselor, penyedia bantuan atau helper profesional, atau siapapun yang
memiliki keterampilan khusus melaksanakan bimbingan kelompok. Adapun anggota
bimbingan kelompok adalah setiap individu dapat mengikutinya sepanjang
informasi yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan individu yang
bersangkutan.Metode yang digunakan adalah bersifat instruksional, informatif,
berorientasi pada materi, penyajian berstruktur, presentasi/ekspositori,
ceramah, dan diskusi. Diskusi kelompok dipandang sebagai jantung
bimbingan kelompok. Sebab sebagian besar bimbingan kelompok menggunakan variasi
diskusi dalam proses pelaksanaannya. Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai
suatu percakapan yang direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk
memperjelas ataupun memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan
seorang pemimpin. Dari batasan tersebut dapat ditemukan ciri dari diskusi
kelompok, yaitu: (1) terdapat pembicaraan atau percakapan yang dilakukan oleh 3
orang atau lebih; (2) proses pembicaraan tersebut telah dirancang atau
dipersiapkan sebelumnya; (3) tujuan pembicaraan bisa jadi untuk memperjelas
(klarifikasi) suatu permasalahan maupun untuk memecahkan suatu masalah yang
diberikan kepada kelompok, masalah yang diangkat dapat berupa masalah riel yang
sedang dihadapi konseli maupun masalah yang disimulasikan (bukan masalah yang
sebenarnya); (4) dalam proses diskusi dipimpin oleh pemimpin kelompok, hal ini
menunjukkan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota dan pemimpin kelompok.
Blogger ini berisi materi mengenai Program Studi Bimbingan Konseling. berbagai macam pendekatan, Teori dan Teknik-teknik di sediakan dalam blogger ini.
Kamis, 14 Maret 2013
Selasa, 12 Maret 2013
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata psikologi pasti sudah tidak
asing lagi terdengar di telinga. Tetapi, mungkin hanya sebagian saja yang
mengetahui secara mendalam apa itu psikologi. Ada yang berpendapat bahwa
psikologi adalah ilmu tentang kejiwaan. Ada juga yang berpendapat membahas tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungannya. Tidak hanya itu, ilmu psikologi juga telah
berkembang dalam pendidikan. Khususnyaa di perguruan tinggi.
Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia
pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak
diselenggarakan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu,
perkembangan ilmu psikologi juga ditandai oleh banyaknya penemuan ilmiah
tentang pengaruh aspek psikologis dalam kehidupan individu sehingga ilmu psikologi
semakin dikenal umum dan diterima oleh masyarakat Indonesia.
1.2
Rumusan
Masalah
Permasalahan
dalam penulisan makalah ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a.
Apa pengertian psikologi ?
b.
Bagaimanakah klasifikasi psikologi?
c.
Bagaimana implikasi psikologi dalam
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan
terdiri dari dua kata, yaitu “psikologi”
dan “pendidikan”. Psikologi berasal
dari dua kata bahasa Yunani, yaitupsyche yang berarti jiwa
dan logos yang berarti Ilmu. Secara harfiah psikologi berarti
Ilmu tentang jiwa atau Ilmu jiwa. Dengan
demikian, psikologi berarti Ilmu pengetahuan tentang jiwa. Atau dalam bahasa
sederhana disebut dengan Ilmu jiwa. Secara
istilah psikologi dapat diartikan Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses
tingkah laku dan mental.
Dalam Al-Qur’an masalah
jiwa atau ruh itu telah disinggung dalam surat Al-Isra’ ayat 85.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,
ruh itu termasuk usrusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan hanya sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85).
Ayat diatas secara
gamblang jelas memberitahukan kepada seluruh manusia bahwa jiwa atau ruh itu
berada dalam tanggung jawab dan urusan Allah, bukan urusan manusia. Itu
sebabnya para pakar ilmu jiwa sampai zaman modern ini belum mampu menemukan
definisi atau pengertian yang tepat terhadap istilah jiwa itu.
Sedangkan kata pendidikan, berasal dari kata “didik”
mendapat awalan “me”, sehingga menjadi “mendidik”, yang artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya
pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa
Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate
(mendidik) artinya memberi peningkatan(toelicit, to give rise to), dan
mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau
pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan. Adapun dalam pengertian yang luas, pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.
Dalam dictionary
of psychologi pendidikan diartikan sebagai the institusional
procedures which are employed in accomplihing the development of knowledge,
habits, attitudes, etc. Usually the term is applied to formal
institution. (prosedurinstitusionalyangdigunakan
dalampengembangan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dll.Biasanyaistilah iniditerapkan padalembaga formal). Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang
bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
Sedangkan menurut
Poerbakawatja dan harahap pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya.
Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta
atau kyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama, dan lain
sebagainya.
Adapun secara istilah terdapat berbagai macam pendapat
tentang pengertian psikologi pendidikan. Diantaranya yaitu:
Ø Menurut Muhibin Syah, pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi
yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip
dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan
prinsip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Ø Tardif juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan
penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan
Ø Menurut Witherington Psikologi pendidikan adalah sebagai
“ A systematic study of process and factors involved in the education
of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran
yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara
untuk meningkatkan keefesien dalam pendidikan
Dari beberapa pendapat
diatas tentang pengertian psikologi pendidikan, dapat diambil kesimpulan
bahwa Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang
tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Objek Psikologi dibagi menjadi 2,
yaitu :
1.
Objek Material
adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang
ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material
mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide).
Objeknya yaitu manusia
2.
Objek formal
adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek
formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain (
psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi
tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat
diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya
melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari
matanya.
2.2 Klasifikasi Psikologi
Klasifikasi
psikologi berdasarkan objek yang di teliti dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari
kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang
dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur). Macam-macam psikologi umum :
a. Psikologi perkembangan
Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi
sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi (
psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.
b.
Psikologi
sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku
atauaktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c.
Psikologi
pendidikan
Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau
aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan,
misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah
diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d.
Psikologi
kepribadian dan tipologi
Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia,
mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
e.
Psikopatologi
Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal
atau abnormal
f.
Psikologi Kriminil
Psikologi yang khusus berhubungan
dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.
g. Psikologi perusahaan
Psikologi yang
khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan.
2.
Psikologi
Khusus
Psikologi yang
menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas
psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum
dibicarakan dalam psikologi khusus.
2.3 Implikasi Psikologi Dalam Bidang Pendidikan
Tidak bisa dipungkiri lagi
bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai
landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan. Diantaranya adalah
pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
a.
Implikasi
Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum.
Kajian psikologi
perkembangan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama
berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.
Terlepas dari berbagai aliran Psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya
pembahasan psikologi ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input dan
output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan
kepribadian peserta didik. Secara Psikologis, manusia merupakan individu yang
unik. Dengan demikian, kajian psikologi dalam pengembangan kurikulum
sesungguhnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik
ditinjau dari tingkat kecerdasan, kemampuan sikap, motivasi, perasaan serta
karakteristik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum
pendidikan sesungguhnya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu
untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal
pokok masalah maupun metode penyampainya. Secara khusus, dalam konteks
pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum
berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang refleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, kajian psikologi terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
Ø
Kemampuan siswa
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
Ø
Pengalaman
belajar siswa; v Hasil belajar(learningoutcomes);
Ø
Standarisasi
kemampuan siswa;
b. Kontribusi Psikologi perkembangan terhadap sistem pembelajaran
Kajian psikologi perkembangan telah
melahirkanberbagai teori yang mendasari sistempembelajaran. Kita mengenal
adanya sejumlahteori dalam pembelajaran, seperti teori daya, teori kognitif
danteori-teori pembelajaran lainnya.Terlepas dari kontroversi yang
menyertaikelemahan dari masing-masing teori tersebut,pada kenyataannya teori
tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Disamping itu,
kaitan psikologi perkembangan telahmelahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yangmelandasi
pembelajaran Nasution(Daeng Sudiworo,2002) mengatakan 13 prinsip dalambelajar,
yakni :
1) Agar seseorang benar-benar belajar, ia
harusmemiliki suatu tujuan.
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungandengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan orang lain.
3) Orang itu harus bersedia mengalamibermacam-macam
kesulitan dan berusaha dengantekun untuk mencari tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan
kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperoleh
pula hasil sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat dan
melakukan.
7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya
aspekintelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan
sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari
orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insigh. Apa yang harus
dipelajari harus benar-benar dipahami.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yangsesungguhnya,
seseorang juga harus mengejar tujuan-tujuan yang lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu lebih
memberisukses yang menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan memang perlu, tetapi harus
didahuluidengan pemahaman yang mendasar.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat
untukbelajar.
c. Psikologi Pendidikan terhadap sistem penilaian
Penilaian
sistem pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian
psikologis, kita dapat memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan.
Melalui kajian Psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja
yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau
pembelajaran tertentu.Disamping itu kajian psikologis telah memberikan
sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai test psikologis, baik
untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.
Kita mengenal sejumlah test psikologis yang saat ini masih banyak digunakan
untuk mengukur potensi seorang induvidu, seperti testMultipleApitude Test(MAT),
DifferensialAppitude Test(DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman
kecerdasan bakat, minat danaspek kepribadian lainnya melaluipengukuran
psikologis, memiliki arti pentingdalam upaya pengembangan prosespendidikan
individu yang bersangkutansehingga pada gilirannya dapat dicapaiperkembangan
individu yang optimal.Oleh karena itu, betapa pentingnyapenguasaan psikologi
perkembangan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Psikologi berarti Ilmu pengetahuan tentang jiwa. Atau
Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses tingkah laku dan mental. Kemudian Klasifikasi psikologi berdasarkan objek yang di
teliti dibedakan menjadi dua, yaitu :Psikologi Umum (psikologi yang menyelidiki
dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas -aktifitas psikis manusia pada
umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab); Psikologi Khusus yaitu Psikologi
yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas
psikis manusia.
Implikasi Psikologi Dalam Bidang Pendidikan seperti, Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap
pengembangan kurikulum, Implikasi Psikologi perkembangan terhadap sistem pembelajaran,
Psikologi Pendidikan terhadap sistem penilaian.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, Muhammad. PsikologiPendidikan. Jakarta: RinekaCipta. 2010
Baharuddin. Psikologi
Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2010
Syah,Muhibbin. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995
Ahmadi,Abu. PsikologiUmum. Semarang:RinekaCipta, 1991
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), cet. VI, hlm. 1
Baharuddin, Psikologi
Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), cet. III, hlm. 13
Ibid, hlm. 14
M. Dalyono, Op.cit, hlm.
4-5
Ibid, hlm. 5
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 11
AgusSujanto, PsikologiUmum,
( Jakarta : BumiAksara, 2001), hal.1
AbuAhmadi,PsikologiUmum,(Semarang
:RinekaCipta, 1991) hal. 23
MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
adalah makhluk yang berfikir dan merasa serta berkehendak dimana perilakunya
mencerminkan apa yang difikir, yang dirasa dan yang dikehendakinya. Manusia
juga makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus, disamping ia dapat
menghayati perasaan keagamaan dirinya, ia juga dapat meneliti keberagamaan
orang lain.
Tetapi
apa makna agama secara psikologis pasti berbeda-beda, karena agama menimbulkan
makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah
ritual ibadah, seperti salat dan puasa, bagi yang lain agama adalah pengabdian
kepada sesama manusia bahkan sesama makhluk, bagi yang lain lagi agama adalah
akhlak atau perilaku baik, bagi yang lain lagi agama adalah pengorbanan untuk
suatu keyakinan, berlatih mati sebelum mati, atau mencari mati (istisyhad) demi
keyakinan.
Di
sini kita berhadapan dengan persoalan yang pelik dan rumit, yaitu bagaimana
menerangkan agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena wilayah ilmu
berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup mengadili
agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi
tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena tu mereka
selalu menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya
Allah lah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu
berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama
diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.
Meski
demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan
berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya akur, bekerjasama atau
sama-sama kerja, terkadang saling menyerang dan menghakimi sebagai sesat, agama
memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan
sebagai kedunguan. Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu
tumbang di depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar
tetapi antara keduanya terjadi perkawinan, seperti yang disebut oleh seorang
tokoh psikologi tranpersonal, Ken Wilber; Pernikahan antara Tubuh dan Roh, The
Marriage of Sence and Soul. (Ken Wilber, The Marriage of Sence and Soul,
Boston, Shambala, 2000).
Pengertian
agama itu sangat kompleks. Psikologi agama mencoba menguak bagaimana agama
mempengaruhi perilaku manusia, tetapi keberagamaan seseorang juga memiliki
keragaman corak yang diwarnai oleh berbagai cara berfikir dan cara merasanya.
Seberapa besar Psikologi mampu menguakkeberagamaan seseorang sangat bergantung
kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Freud (mazhabPsikoanalisa)
keberagamaan merupakan bentuk ganguan kejiwaan,bagi mazhab Behaviorisme,
perilaku keberagamaan tak lebih sekedar perilaku karena manusia tidak memiliki
jiwa. Mazhab Kognitip
BAB II
MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A. Pengertian
Psikologi
secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa”
dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah
al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah
al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu
al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki
asumsi yang berbeda.
Belajar
psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi
hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya, bagaimana prilaku dan
kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya
Secara operasional, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai: “Cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris”.
Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa:
Secara operasional, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai: “Cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris”.
Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa:
Ø
Gejala-gejala psikis manusia yang
berkaitan dengan tingkah laku keagamaan.
Ø
Proses hubungan antara psikis manusia
dan tingkah laku keagamaannya.
Psikologi
Agama tidak bermaksud untuk melakukan penilaian (to evaluate) atau kritik (to
criticize) terhadap ajaran agama tertentu, tetapi semata untuk memahami dan
melukiskan (to describe) tingkah laku keagamaan sebagai ekspresi dari alam
pikiran, perasaan dan sebagainya akibat adanya keyakinan agama. Jadi psikologi
agama tidak mencampuri dasar-dasar keyakinan agama tertentu. Tidak melakukan
penilaian benar-salah, baik-buruk, masuk akal atau tidaknya suatu kepercayaan
tertentu.
Theodore
Flournoy menyusun prinsip-prinsip studi psikologi agama:
v
Prinsip menjauhkan studi dari
transenden;
v
Prinsip mempelajari perkembangan;
v
Prinsip dinamika; dan
v
Prinsip perbandingan.
Sementara
itu masih terdapat isu perdebatan seputar istilah psychology of religion dan
religious psychology. Yang pertama dirujukkan pada corak aliran yang memberi
penekanan pada bagaimana psikologi seharusnya mencerahkan pemahaman kita
tentang agama. Sedangkan yang kedua lebih menekankan pada interpretasi
keagamaan tentang psikologi.
B. Manfaat Bagi
Pesantren
lembaga Pendidikan Pondok Pesantren,
dibelantara tanah air lembaga ini muncul sejak awal Islam masuk, dan telah
mengadopsi sistem pendidikan keagamaan secara integral berurat akar, mendarah
daging, plus perannya tidak bisa diabaikan begitu saja dalam perjalanan sejarah
bangsa, pesantren tidak hanya telah mampu melahirkan sosok tokoh-tokoh nasronal
yang berpengaruh namun juga sistem pendidikannya juga lelah mampu membentuk
watak tersendiri sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam dan bangsa yang
akomodattf serta penuh tenggang rasa.
Semua itu terbentuk dari lahirnya pendidikan di pesantren, tak heran dalam
kiprah pendidikan, kontribusi pesantren dalam menoreh sejarah pendidikan di
Indonesia terus tumbuh, mencuat dan bertembang mengikuti tuntutan dan kebutuhan
zaman.
Sehingga pada perkembangan selanjutnya pondok pesantren mengalami dinamika
pendidikan yang luar biasa, yakni mengacu kepada paradigma baru yang bertumpu
pada 3 tungku:
1. Kemandirian (autonomy)
2. Akuntabilitas (accountability)
3. Jaminan Kualitas (quality assurance)
Pemahaman akan ‘Kemandirian’ pesantren diarahkan pada pemberian otonomi yang
lebih besar tidak hanya pada sisi pengelolaan (manajemen} tetapi juga dalam perancangan
kurikulum, pengembangan program, kebebasan akademik serta pembinaan semua
sumber daya yang ada.
Pengembangan akuntabilitas diarahkan pada peningkatan kemampuan lembaga
pendidikan dalam mencapai tujuan yang direncanakan sorta memberikan hasil yang
maksimal bagi masyarakat dan bangsa.
Dan pada akhirnya jaminan kualitas diarahkan pada peningkatan relevant yang
lebih tegas antara ‘out put’ yang dihasilkan lembaga pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat baik dalam dunia kerja maupun pengembangan dan
pemberdayaan anggota masyarakat.
Perubahan kurikulum pendidikan pesantren dalam konteks ini terpilah antara sisi
kontsitusi yang sudah menjadi bagian dari Sisdiknas dan sisi kurikulum struktur
mata pelajaran di pesantren yang sudah bercampuar baur dengan kurikulum standar
nasional, maka visi yang harus dikembangkan adalah menjadikan pesantren sebagai
sebuah si sitem pendidikan yang telah mampu melahirkan lulusan yang menguasai
ilmu-ilmu ke-Islaman secara mendalam sekaligus siap pakai dalam dunia kerja,
sehingga penataan struktur kurikulum pesantren yang representatif dengan
kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi.
Pondok pesantren dalam melakukan penataan struktur kurikulum
biasanya berkaitan erat dengan ciri khas keilmuan pesantrennya, di samping
kondisi lingkungan masyarakatnya seperti letak geogrofis, sosio koltur,
sumber-sumber perekonomian dan unsur-unsur lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa pendidikan pondok pesantren
tradisonal adalah jenis pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas
aslinya sebagai tempat mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin) melaluikitab klasik (kitab kuning)
yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Dalam perspektif pendidikan Islam
Indonesia, pendidikan pondok pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari
pendidikan nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta didik secara
integral, baik kognitif (knowlagde), afektif (attucude) maupun psikomotorik
(skill)
Langganan:
Postingan (Atom)