Taksonomi
Gagne dan Taksonomi Bloom
ROBERT GAGNE
Robert
Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar
A.B. di Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Psychology
dari Universitas Brown. Mengajar di Connecticut College for Women dari 1940-49
dan kemudian di Penn State University dari 1945-1946.
Antara 1949-1958, Gagne menjadi direktur “perceptual and motor skills
laborartory” di U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan
beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut"The Conditions of
Learning". Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor di
Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee.
Gagne melihat proses belajar
mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting yaitu :
1. Fase
– fase pembelajaran
2. Kategori
utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
3. Kondisi
atau tipe pembelajaran
4. Kejadian-kejadian
instruksional
Robert Gagne seorang ahli psikologi
pendidikan mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya (titik uncak)
pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar,
seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The
Condition of Learning” mengemukakan bahwa:Learning is change in human
disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not
simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan
keduanya saling berinteraksi.
·
Fase-Fase Dalam Belajar
Gagne
membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu:
·
Fase Receiving The Stimulus Situation
Merupakan
fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan
memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai
cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau
sebuah judul film. Stimulus itu dapat
spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa
memperhatikan apa yang akan diucapkan.
·
Fase Stage Of Acquition
Pada fase ini seseorang akan dapat
memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan
menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan
pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
·
Fase Storage
Fase penyimpanan informasi, ada
informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang,
melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke
memori jangka panjang.
·
Fase Retrieval/Recall
Fase mengingat kembali atau
memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja
informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka
panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama
disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas
pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah
dipanggil.
Kemudian ada fase-fase lain yang
dianggap tidak utama, yaitu :
·
Fase Motivasi
Sebelum pelajaran dimulai guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
·
Fase Generalisasi
Fase transfer informasi, pada
situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta
mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.
·
Fase Penampilan
Fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu,
seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat
yang benar.
·
Fase Umpan Balik,
Siswa harus diberikan umpan balik
dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
·
Kategori Utama Kapabilitas
Setelah
selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan
berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut
berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil
belajar yang diberikan Gagne yaitu :
·
Verbal Information
Kemampuan
siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini
dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan
yang lainnya yang bersifat verbal.
·
Intellectual Skills
Merupakan
penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang
dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan
intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.
Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu
aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi,
untuk memperloleh aturan – aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep
konkret, dan untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai
diskriminasi-diskriminasi.
·
Cognitive Strategies
Merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi
belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan
mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir.
Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi
elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi
afektif.
·
Attitudes
Merupakan pembawaan yang dapat
dipelajari dan dapat mempengaruhiperilaku seseorang
terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang
penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap
sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting
dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
·
Motor Skills
Merupakan keterampilan kegiatan
fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil
belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi
juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dan lainnya.
·
Kondisi Atau Tipe Pembelajaran
·
Signal Learning
Belajar isyarat merupakan proses
belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk
melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat
untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.
·
Stimulus-Response
Learning
Belajar stimulus-respon (S-R),
merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus
tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu
sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.
·
Chaining
Chaining atau rangkaian, terbentuk
dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang
satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.
·
Verbal Association
Mengenal suatu bentuk-bentuk
tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya :
seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dan
lain sebagainya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris,
sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
·
Discrimination Learning
Belajar diskriminasi adalah dapat
membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat
membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama.
Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika
jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu
membedakan.
·
Concept Learning
Belajar konsep mungkin karena
kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia
sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan
tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa
dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan
dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dan
lainnya
·
Rule Learning
Belajar model ini banyak diterapkan
di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah
mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang
konkrit.
·
Problem Solving
Memecahkan masalah merupakan suatu
pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem
solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan
atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia
dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus
memiliki konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya
dan suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikiran agar produktif.
·
Kejadian-Kejadian Instruksional
Apakah yang terjadi dalam mengajar?
Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi
ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru
yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah
kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine
instructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
·
Gain Attention
Perlunya menimbulkan minat dan
perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau
kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera untuk merespon dengan cepat
stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian siswa, pembimbing atau guru
dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik muka dan suara tiba-tiba.
·
Inform Learners Of Objectives
Perlunya
mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti
pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah
mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan
pembelajaran bisa menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
·
Stimulate Recall Of Prior Learning
Merangsang
timbulnya ingatan tentang pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari
yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
·
Present The Content
Penyampaian
materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal
maupun “features” tertentu.
Provide
"Learning Guidance"
Bimbingan
diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses atau alur
berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh,
gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang
disampaikan.
·
Elicit Performance /Practice
Siswa
diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap materi.
·
Provide Feedback
Siswa diberi tahu sejauh mana
ketepatan unjuk kerjanya (performance)
·
Assess Performance
Memberikan tes atau tugas untuk
menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan pembelajaran
·
Enhance Retention And Transfer To The Job
Merangsang kemampuan mengingat-ingat
dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau
mempraktekkan apa yang telah terjadi. Diharapkan nantinya siswa dapat
mentransfer atau menggunakan pengetahuan, keahlian dan strategi ketika
menghadapi masalah dan situasi baru.
Dalam mengajar hal di atas dapat
terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa
nomor 5 dan 6. Peristiwa-peristiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan
komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus
dilakukannya
B.S. Bloom
Kata
Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang
berarti untuk mengklasifikasidan nomos yang
berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi
berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua
( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan
menurut beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada
tahun 1956, sehingga sering pula
disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
B.
S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok
pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational
objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational
Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of
Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil
menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang
psikomotorik (psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu
klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow
pada tahun 1972.
Adapun
suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus,
yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan
species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam
ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang
tumbuh-tumbuhan dan binatang, Sistematika pembagian/penggolongan itu tidak
berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer),
sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifir buku-buku
menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku
atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi
di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh
kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi
menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya
memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya
dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan
di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang
dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan nama/judul
“klasifikasi” (classification).
Adapun
taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:
· Rana
Kognitif :
o Pengetahuan (Knowledge)
o Pemahaman (Comprehension)
o Penerapan (Application)
o Analisa (Analysis)
o Sintesa (Syntesis)
o Evaluasi (Evaluation)
· Rana
Afektif :
o Penerimaan (Receiving)
o Partisipasi (Responding)
o Penilaian/Penentuan
Sikap (Valuing)
o Organisasi (Organization)
o Pembentukan Pola Hidup (Characterization
By A Value Or Value Complex).
· Rana
Psikomotorik :
o Persepsi (Perception)
o Kesiapan (Set)
o Gerakan Terbimbing (Guided
Response)
o Gerakan Yang
Terbiasa (Mechanical Response)
o Gerakan Yang
Kompleks (Complex Response)
o Penyesuaian Pola
Gerakan (Adaptation)
o Kreativitas (Creativity)
Rana
Kognitif
Kawasan
kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar terdiri dari :
·
Pengetahuan (Knowledge):
Mencakup
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal
itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.
Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui
bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan
mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai
berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta
perbatasan daerah-daerah propinsi”.
·
Pemahaman (Comprehension):
Mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti
rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang
kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
·
Penerapan (Application):
Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam
aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu
metode kerja pada pemecahan problem baru.
·
Analisa (Analysis):
Mencakup
kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian
itu.
·
Sintesa (Synthesis):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian
dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.
·
Evaluasi (Evaluation):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu,
seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas,
atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya
perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang
baik.
Rana
Afektif
Pembagian
domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral
dan sebagainya, terdiri dari :
·
Penerimaan (Receiving/Attending) :
Mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh
guru.
·
Partisipasi (Responding):
Mengadakan
aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
· Kesiapan
menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan,
menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang
bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
· Kemauan
menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal
khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
· Kepuasan
menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang
berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan
yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau
gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
·
Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing):
Mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten
dengan sikap batin.
·
Organisasi (Organization):
Mencakup
kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala
nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu
penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai,
seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan
tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan
atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
·
Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value
Or Value Complex):
Mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas
dalam mengatur kehidupannya sendiri.
I
Rana
Psikomotorik
Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari :
·
Persepsi (Perception):
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi
yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan
antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang
berwarna merah dari yang berwarna hijau.
·
Kesiapan (Set):
Mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani
dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang
ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang
berwarna merah.
·
Gerakan Terbimbing (Guided Response):
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh
yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota
tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam
meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
·
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response):
Mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
Kemapuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan
prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara
terkoordinir.
·
Gerakan Kompleks (Complex Response):
Mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti
dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
·
Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation):
Mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan
ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai
kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya
dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan
·
Kreativitas (Creativity):
Mencakup
kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan
tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mempu mencapai tingkat kesempurnaan
ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan
es dengan diiringi musik instrumental.
Daftar Pustaka
·
Dahar,
Ratna Wilis, Teori – Teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1989.
·
W.
S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia
·
http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-kognitif.html
·
http://bawana.wordpress.com/2008/04/07/prinsip-pembelajaran-gagne-the-condition-of-learning/
TEORI BELAJAR GAGNE
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang
mengembangkan pendekatan perilaku yang eklektik. Teori belajar yang dikembangkannya
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam konsep belajar yaitu: (1) Hasil Belajar
Gagne, (2) Kejadian-kejadian Belajar, dan (3) Kejadian-kejadian Intruksi
A. Hasil-hasil
Belajar Gagne.
Dalam mengajar kita
harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran itulah yang akan kita
jadikan sebagai tolok ukur dari hasil belajar siswa. Gagne memaparkan lima
tujuan belajar yang bersifat kognitif, psikomotor, dan afektif. Hasil belajar
ini berwujud penampilan-penampilan yang disebut kemampuan-kemampuan
(capabilities). Di antaranya bersifat kognitif, yaitu: keterampilan
intelektual, strategi-strategi kognitif, dan informasi verbal
1. Keterampilan
Intelektual
Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah diskriminasi-diskriminasi, konsep-konsep
konkret, konsep terdefinisi, aturan-aturan, dan aturan-aturan tingkat tinggi
1.1 Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep
kemampuan untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap
stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.
1.2 Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek atau
atribut objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia merupakan sebuah
konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari belajar abstrak.
1.3 Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan
mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek,
kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
1.4 Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan mempunyai
semacam "keteratuan" dalam berbagai situasi khusus. Dalam hal ini
konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang
bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat pula
dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan pengklasifikasian.
1.5 Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari
berbagai aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk memecahkan masalah.
Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk
memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah.
2. Strategi-strategi
kognitif
Stategi-strategi
kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan
siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar mengingat, dan berpikir
2.1 Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan
latihan tentang materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan terus-menerus.
2.2 Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiakan
hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya
mempelajari puisi dengan cara memparafrasekan puisi tersebut.
2.3 Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi
dengan menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut.
2.4 Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk
menentukan tujuan belajar, memperkiran keberhasilan pencapain tujuan itu, dan
memilih alternatif untuk mencapai tujuan itu.
2.5 Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan
siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan dan
menggunakan waktu secara efektif.
3. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah
informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah, kata-kata yang diucapkan
orang, membaca, radio, televisi, dan media yang lain.
4. Sikap-sikap
Sikap-sikap yang umum
biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku
sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang
lebih moralitas.
5. Keterampilan-keterampilan motorik
Keterampilan motorik
tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi jugakegiatan-kegiatan motorik yang
digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis.
B. Kejadian-kejadian
Belajar
Kejadian-kejadian belajar merupakan fasa-fasa belajar yang terdiri
atas fasa motivasi, pengenalan, pemerolehan, retensi, pemanggilan,
generalisasi,penampilan, dan umpan balik.
C. Kejadian-kejadian
Instruksi
Menurut Gagne bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi;
kejadian-kejadian instruksi dapat pula diterapkan pada belajar penemuan,
belajar di luar kelas atau belajar di dalam kelas. Tetapi kejadian instruksi
yang dikemukakan Gagne merupakan kejadian-kejadian instruksi yang terjadi pada
guru ketika menyampaiakn pelajaran pada sekelompok siswa. Yang termasuk dalam
kejadian-kejadian instruksi tersebut antara lain adalah: (1) mengaktifkan
motivasi (activating motivation), (2) memberi tahu tujuan-tujuan belajar, (3)
mengarahkan perhatian (directting attention), (4) merangsang ingatan
(stimulating recall), (5) menyediakan bimbingan belajar, (6) meningkatkan
retensi (enhancing retention), (7) melancarkan transfer belajar, dan (8)
mengeluarkan penampilan; memberikan umpan balik
1. Mengaktifkan motivasi
Kejadian ini merupakan
langkah pertama dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
tujuan memberikan motivasi belajar pada siswa.
2. Memberi tahu
tujuan-tujuan belajar
Pada langkah kedua ini
guru menyampaikan tujuan belajar agar siswa mengetahui latar belakang
penyampaian materi serta mengetahui apa yang akan dipelajari. Tahap ini
biasanya dirumuskan dengan tujuan instruksional khusus/tujuan pembelajaran
3. Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan du
bentuk perhatian yaitu perhatian yang berbentuk stimulus dan perhatian yang
berbentuk persepsi selektif.
4. Merangsang ingatan
Mengingat pelajaran yang
telah lampau dengan cara pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori
jangka pendek. Guru dapat melakukannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang merupakan suatu pengulangan.
5. Menyediakan bimbingan
belajar
Bimbingan belajar ini
dimaksudkan untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang.
Dapat dilakukan dengan mengaitkan informasi baru pada pengalaman siswa.
6. Meningkatkan retensi
Retensi atau bertahannya
materi dapat dilakukan dengan banyak kali pengulangan terhadap materi tersebut.
7. Membantu transfer belajar
Tujuan transfer belajar
ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru. Pada transfer
belajar diperlukan penguasaan konsep-konsep, fakta-fakta,
keterampilan-keterampilan oleh para siswa
8. Mengeluarkan penampilan
dan memberikan umpan balik
Guru memberikan
kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,
agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan
lancar.
Berdasarkan analisis
dari kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan agar guru memperhatikan
kejadian-kejadian instruksi yang bisa dihubungkan dengan fasa-fasa belajar,
serta hierarki belajar.
Teorinya menjelaskan tiga hal, yaitu
taksonomi hasil belajar, kondisi belajar khusus, dan 9 peristiwa pembelajaran.
Mbah Bloom, mengkategoikan taksonomi hasil belajarnya kedalam tiga ranah,
kognitif, psikomotorik dan afektif. Taksonomi ranah kognitif dibuat sendiri
oleh Bloom, sementara ranah afektif dibuat bekerjasama dengan Masia dan ranah
psikomotorik dibuat bersama Simpson.
Beda dengan Bloom, Mbah Gagne mengkategorikan
taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu: informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Jadi, tiga ranah dalam taksonomi Bloom tercakup semua disini. Kenapa Gagne
mengelompokkannya kedalam lima komponen? Ia mengatakan, hal tersebut
dikarenakan atas asumsi bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan
kondisi belajar yang berbeda pula.Artinya begini, untuk membangun strategi
kognitif siswa memerlukan kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun
sikap atau keterampilan motorik. Taksonomi yang dibuat oleh Gagne ini adalah
taksonomi hasil belajar pertama, sebelum dibenahi oleh Bloom dkk, dan sekarang
tahun 1999 lalu telah diperbaiki oleh Crathwol dkk.
Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi
belajar khusus (specifik learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah
penting untuk mengkategorisasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil
belajar, alias taksonomi seperti dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini
guru/tutor/dosen dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut, harus sangat-sangat memperhatikan kondisi khusus
(critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Misal, jika
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata, katakanlah
maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk (cues) atau
tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.
Hal ketiga adalah 9
peristiwa pembelajaran, yaitu:
1. Gaining Attention; yaitu
upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
2. Informing learner of the
objectives; memberitahukan siswa tujuan pembelajaran yang akan mereka
capai/peroleh;
3. stimulating recall of prior
learning; guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa
untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa
yang akan dipelajari berikutnya;
4. Presenting stimulus; setelah
itu mulailah dengan menyajikan stimulus;
5. Providing learning guidance;
berikan bimbingan belajar;
6. Eliciting performance;
tingkatkan kinerja;
7. Providing feed back; alias
berikan umpan balik;
8. Assessing performance; ukur
capaian hasil belajar mereka;
9. Enhancing retention and
transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan untuk dicapai.
3. Teori
Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset
tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya
diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai
dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang
harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal
yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut
Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior)
adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak
dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah :
mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara
kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan
nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam
berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus
dan lingkungan
2. Proseskognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan
yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan.
Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan,
penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan
skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan
kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita.
Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep,
menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang
mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan.
Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang
ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si
pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan
kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah,
penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan.
Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan
“independent tinker”.
Dalam paper ini, akan dibahas mengenai teori
tentang learning and memory, serta bagaimana learning and memory bermanfaat
bagi perkembangan pembelajaran di sekolah. Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3)
pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7)
perlakuan dan umpan balik.
Menurut garne hasil belajar dimasukkan ke
dalm lima kategori. Guru sebaiknya menggunakan kategori ini dalam merencanakan
tujuan instruksional dan penilaian. Lima kategori belajar menurut garner
sebagai berikut :
Kategori hasil belajar
|
Tujuan instruksional khusus
|
1. Informasi verbal
|
Menyatakan tentang perubahan undang undang sementara
menjadi undang- undang 45
|
2. Kemahiran intelektual
2.1.Diskriminasi
2.2.Konsep konkret
2.3.Konsep yang didefinisikan
2.4.Kaidah atau rule
2.5.Prinsip ( high order rule )
|
Menunjukkan bagaimana melakukan berikutnya.
Membedakan antara bentuk huruf ” b’s” dan ”d’s’.
Relasi tempat diantara benda- benda seperti ”diatas”,
”dibawah”.
Mengklasifikasi ” kota ” dengan menggunakn definisi.
Mendemonkrasikan air akan membeku pada tempat yang
bersuhu 0 C
Menerapkan hukum untuk meramnalkan jatuhnya hujan
dengan memberikan situasi tempat dan daerah.
|
3. Peraturan kegiatan kognitif
|
Memulai rencana kerja untuk mengatur malm kesenian.
|
4. Sikap
|
Memilih berenang sebagai latihan yang paling dusukai
|
5. Ketrampilan motorik
|
Mengendarai mobil
|
1. Informasi
verbal adalh tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang dapt di
ungkapkna melalui bhasa lisan maupun tulisan kepada ornag lain.
2. Kemahiran
intelektual adalah bagaimana seorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan
dirinya sendiri.
a. a.
Diskriminasi jamak adalah kemampuan seseoarng dalm membedakan antara objek
yang satu dengan objek yang lainnya.
b. Konsep yaitu
suatuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri- ciri yang sama.
c. Kaidah (rule) adalah dua konsep
atau lebih jika dihubungkan satu sam lain, terbentuk suatu
keteraturan. Misalnnya besi jika dipanskan akan memuai.
d. Prinsip atau higer
order rule yaitu terjadi kombinasi dari beberap kaidah sehingga terbentuk
kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks
3. Peraturan
kegiatan kognitif yaitu kemampuan yang dapt menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitif sendiri khususnya bila sedang belajar dan berfikir .
4. Ketrampilan
motorik yaitu sseoarng yang mampu melakukan sesuatu rangkain gerak gerik
jasmani dalm urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antar gerak gerik
berbagi anggota pada secara terpadu.
5. Sikap
yaitu sikap tertentu dari sseorang terhadap suatu objek.
Daftar Pustaka
Driscoll, MP
(1994). Psychology of learning for instruction. Psikologi belajar
untuk instruksi. Boston: Allyn and Bacon. Boston: Allyn and Bacon.
Gagne, RM, Briggs, LJ,
& Wager, WW (1992). Gagne, RM, Briggs, LJ, & Taruhan, WW
(1992). Principles of instructional design. Prinsip-prinsip desain
instruksional. Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich.Fort Worth: Harcourt
Brace Jovanovich.
(dian mp biologie
unsyiah/08)
Materi 2 : Aspek hasil
belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
RANAH
PENGETAHUAN MENURUT BLOOM
Pada tahun 1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan
pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam
bentuk system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil
perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Bloom dalam
taksonominya, yang selanjutnya disebut Taksonomi Bloom. Bloom dan Krathwohl
menggunakan 4 prinsip-prinsip dasar dalam merumuskan taksonomi, antara lain:
1.Prinsip metodologi
Perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar
2.Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten fenomena kejiwaan yang ada sekarang
3.Prinsip Logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten
4.Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan
nilai-nilai.
Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri
dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust, W.H. Hill dan D.R Krathwohl, yang
kemudian di dukung oleh Ralp W. Tyler. Bloom merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan pada 3 tingkatan :
1.Kategori tingkah laku yang masih verbal
2.Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan
3.Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas-tugas dalam
pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Pada awalnya Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi,
maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan
isi/jenis.
Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi
(create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual
(factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan
prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive
knowledge).
Struktur dari original taksonomi Bloom (sebelum di revisi)
a.Ranah Kognitif
Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.yang
meliputi 6 tingkatan:
1.Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1
Menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka
peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol
matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan
prinsip-prinsip
2.Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2
Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan
penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan
mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah
yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala
implikasinya.
3.Penerapan (Aplication), yang disebut C3
Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman
mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya
secara tepat ketika mereka diminta untuk itu.
4.Analisis (Analysis), yang disebut C4
Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan
hingga hirarki dan keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi
tampak dan jelas.
5.Sintesis (Synthesis) , yang disebut C5
Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah
struktur yang unik dan system. Dalam matematika, sintesis melibatkan
pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan
berbeda dari yang sebelumnya.
Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara,
atau metode. Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan
baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam
analisis atau sisntesis.
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya. Bila
seseorang memiliki penguasaan kognitif yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif
akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Misalnya;
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru
dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa kategori
dalam ranah afektif sebagai hasil belajar; (a) Receiving/ attending/ menerima/
memperhatikan. (b) Responding/ menanggapi. (c) Valuing/ penilaian. (d) Organization/
Organisasi. (e) Characterization by a value or value complex/ karakteristik
nilai atau internalisasi nilai.
Receiving/ attending/ menerima/ memperhatikan adalah semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan
dari luar. Receiving juga diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan
suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina
agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan
mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
Responding/ menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi
aktif atau kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada
dirinya. Valuing/ penilaian, menilai atau menghargai artinya memeberikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila
kegiatan itu idak dikerjakan kan memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang
diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik
atau buruk.
Organization/ Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi
ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain.
Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau
internalisasi nilai adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai.
Bentuk-bentuk aktivitas dalam pembelajaran matematika
1)Menerima: Siswa menanyakan perbandingan perbandingan senilai dan perbandingan
berbalik nilai.
2)Menanggapi: Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru tentang perbandingan
senilai.
3)Menilai: Siswa melengkapi jawaban temannya yang di tampilkan di depan kelas.
4)Mengelola: Siswa dapat mengubah bilangan persen ke bentuk decimal.
5)Menghayati: Siswa melengkapi catatan matematikanya serta membuat tugas
yang diberikan guru.
c.Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Adapun kategori dalam ranah psikomotor; (a) Peniruan, (b) Manipulasi, (c)
Pengalamiahan, (d) Artikulasi.
Struktur dari taksonomi Bloom (setelah di revisi)
A.Struktur dari dimensi proses kognitif.
1.Mengingat
Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama
2.Mengerti
Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan,
dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya:
a.Interpreting (menerjemahkan)
b.Exemplifying (Mencontohkan)
c.Classifying ( Mengklasifikasikan)
d.Summarizing (Meringkas)
e.Inferring (Menyimpulkan)
f.Comparing Membandingkan)
g.Explaining (Menjelaskan)
3.Menerapkan
Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu
4.Menganalisis
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya.
5.Mengevaluasi
Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide
atau mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar
6.Berkreasi
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau
fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk
didalamnya:
a.Generating (hipotesa)
b.Planning (Perencanaan)
c.Producing ( Penghasil)
Kata Operasional dari dimensi proses taksonomi Bloom
• Mengingat - Mengenali, daftar, menjelaskan, mengidentifikasi,
mengambil, penamaan, mencari, menemukan
• Memahami - meringkas, menyimpulkan, parafrase, mengklasifikasi,
membandingkan, menjelaskan, mencontohkan
• Menerapkan - Menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melaksanakan
• Menganalisis - Membandingkan, mengorganisir, dekonstruksi,
menghubungkan, menguraikan, menemukan, penataan, mengintegrasikan
• Mengevaluasi - Memeriksa, hypothesising, mengkritisi, percobaan,
penilaian, pengujian, Mendeteksi, Monitoring
• Menciptakan - merancang, membangun, perencanaan, menghasilkan,
menciptakan, merancang, membuat
Jika isi adalah subjek-materi yang spesifik maka akan memerlukan banyak
taksonomi karena ada materi (misalnya, satu untuk ilmu pengetahuan, satu untuk
sejarah, dll). Kemudian, jika isi dianggap ada di luar siswa, maka timbul
permasalahan bagaimana untuk mendapatkan isi dalam siswa. Ketika isi di dalam
siswa, itu menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Transformasi ini
pengetahuan diperoleh melalui proses-proses kognitif yang digunakan oleh siswa.
Sehingga dibedakan atas 4 jenis pengetahuan
1.Pengetahuan faktual (Factual Knowledge)
Yaitu elemen dasar dimana siswa harus tahu akan berkenalan dengan disiplin atau
memecahkan masalah di dalamnya. Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi
dan pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur.
2.Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge)
Yaitu hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. Diantaranya: Pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
generalisasi, Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
3.Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge)
Yaitu bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan, dan kriteria untuk
menggunakan keterampilan, teknik, dan metode.
Diantaranya: Pengetahuan tentang subyek-keterampilan khusus, pengetahuan
subjek-teknik khusus dan metode, pengetahuan kriteria untuk menentukan ketika
untuk menggunakan prosedur yang tepat.
4.Pengetahuan metakognitif (Metacognitive Knowledge)
Yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang
kognisi sendiri. Diantaranya: Pengetahuan strategis, pengetahuan tentang
tugas-tugas kognitif, termasuk sesuai kontekstual dan kondisi
pengetahuan, Pengetahuan diri
18.49
Robert
Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan dengan teorinya yang terkenal
yaitu Condition of Learning. Teorinya menjelaskan tiga hal, yaitu taksonomi
hasil belajar, kondisi belajar khusus, dan 9 peristiwa pembelajaran.
1.) Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu:
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motorik. Jadi, tiga ranah dalam taksonomi Bloom tercakup semua
disini. Kenapa Gagne mengelompokkannya kedalam lima komponen? Ia mengatakan,
hal tersebut dikarenakan atas asumsi bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut
memerlukan kondisi belajar yang berbeda pula.Artinya begini, untuk membangun
strategi kognitif siswa memerlukan kondisi berbeda dengan ketika kita ingin
membangun sikap atau keterampilan motorik. Taksonomi yang dibuat oleh Gagne ini
adalah taksonomi hasil belajar pertama, sebelum dibenahi oleh Bloom dkk, dan
sekarang tahun 1999 lalu telah diperbaiki oleh Crathwol dkk.
2.) Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik
learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting untuk
mengkategorisasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, alias
taksonomi seperti dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru/tutor/dosen
dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, harus sangat-sangat memperhatikan kondisi khusus (critical condition)
yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Misal, jika tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata, katakanlah maka kita harus
menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk (cues) atau tips alias trik
tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.
3.) Hal ketiga adalah 9 peristiwa pembelajaran, yaitu:
a.) Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
b.) Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan
pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh;
c.) Stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan
appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya
dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari berikutnya;
d.) Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus;
e.) Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar;
f.) Eliciting performance; tingkatkan kinerja;
g.) Providing feed back; alias berikan umpan balik;
h.) Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka;
i.) Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.
Robert M. Gagne
Gagne’s Theory of Instruction
Ketika banyak terdapat teori-teori pembelajaran yang
mengarah pada teori behaviorisme, maka terjadi pembatasan ruang lingkup.
Dibutuhkan juga teori yang menyediakan metode dan kondisi belajar tertentu
untuk suatu tujuan belajar tertentu. Hal yang terutama berkaitan dengan
bagaimana cara peserta didik dapat memperoleh informasi sebagai sebuah
pengetahuan. Walaupun ada banyak teori dan usaha, namun tidak mudah bagi
pendidik untuk memunculkan keterampilan dan pengetahuan bagi para peserta
didik, yang tidak mudah diamati.
Pada 1985, lahir Teori Gagne, yang menjelaskan tentang
kondisi belajar. Dengan asal teori behavioris, teori Gagne menyatukan
perspektif memprosesan informasi kognitif mengenai pembelajaran dan hal-hal
empiris berdasar tindakan guru dan murid di dalam kelas. Teori Gagne juga
merupakan kerangka dasar untuk desain terkemuka teori pembelajaran.
INSTRUCTIONAL PSYCHOLOGY, INSTRUCTIONAL THEORIES,
INSTRUCTIONAL MODEL
Instructional Psychologist memusatkan perhatian pada cara
bagaimana meningkatkan sistem belajar. Bagaimanapun juga, hal ini bergantung
pada temuan riset psikologi dan pembelajaran untuk memecahkan masalah
pembelajaran dan membuat keputusan tentang praktek instruksional. Ketika para
instruksional psikologis menemukan instruksi dan prinsip-prinsip teori belajar,
kemudian mengembangkan prinsip-prinsip tersebut dalam studi empiris, yang
disebut teori instruksional. Oleh karena itu, tujuan dari teori instruksional
adalah membuat ketentuan-ketentuan, yang menyediakan prinsip-prinsip untuk para
pengajar dan para instruktor yang meyakinkan masalah belajar.
Metode yang efektif mungkin bisa dibantu dengan melakukan demonstrasi langsung,
yang bisa diikuti latihan praktis kepada para siswa didik untuk memecahkan
masalah. Namun, bagaimanapun juga, ada beberapa efek yang timbul dari berbagai
dimensi. Latihan langsung mungkin terhambat oleh buku bacaan, catatan kerja yang
mungkin menggangu oleh para pengajar, ataupun permasalahan yang timbul ketika
proses pembuatan portofolio.
Panduan-panduan yang diberikan kepada para pengajar, disebut Instructional
Model, yang berisikan langkah-langkah spesifik untuk menciptakan hasil-hasil
belajar.
ROBERT M. GAGNE AND THE CONDITION OF LEARNING
Robert M. Gagne menerbitkan edisi pertama dari “The
Condition of Learning” pada tahun 1965, dan edisi keempat pada tahun 1985. Pada
saat itu, teori berkembang secara signifikan untuk berbagai perilaku, yang
menunjukkan pengaruh kognitif yang dominan. Sebagaimana perkembangannya, Teori
Gagne tergabung dalam tiga komponen besar : sebuah taksonomi hasil
pembelajaran, hirarki konsep pembelajaran, dan konsep yang berhubungan dengan
kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar.
A Taxonomy of Learning Outcomes
Antara psikolog kognitif dan neuroscientist, memberikan
pengertian yang berbeda antara pengetahuan deklaratif dan prosedural.
Pengetahuan deklaratif berarti pada pengetahuan yang faktual, dan pengetahuan
prosedural mengarah pada kemampuan kognitif. Pada psikolog kognitif senantiasa
menyelidiki pengetahuan kondisional, dan pengetahuan metakognitif yang selalu
menyediakan bahwa para pelajar dapat dapat menentukan kapan dan bagaimana
mengaplikasikan pengetahuan yang prosedural atau yang deklaratif.
Menceritakan dan menulis sesuatu merupakan perilaku dari jenis pengetahuan yang
lain. Misalnya, untuk menulis apa pun, seorang pelajar harus mampu membentuk
huruf yang sesuai dengan perangkat menulis. Jenis kinerja ini secara
fundamental berbeda dari pengetahuan deklaratif, prosedural, atau kondisional,
bahwa hal tersebut melibatkan penggunaan dan pergerakan otot. Secara umum, hal
demikian disebut dengan kemampuan motoris, yang harus melibatkan komponen fisik.
Walaupun terkadang tidak digunakan secara terus menerus, individu tidak akan
melupakan bagaimana cara-cara melakukan tindakan-tindakan kemampuan motoris
tersebut.
Sebagai tambahan kemampuan motoris dan kognitif, individu juga menampilkan
kemampuan afektif. Adanya perasaan internal dari dalam individu yang
mempengaruhi tindakan lain, inilah yang disebut dengan kemampuan afektif
tersebut.
Menurut Gagne, ada 5 kategori besar mengenai hasil
belajar : (1) informasi verbal, (2) kemampuan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) kemampuan motoris.
Verbal Information ( Informasi Verbal )
Adalah penjelasan Gagne dari domain kognitif mengenai
pengetahuan deklaratif. Merupakan bagian dari pengetahuan umum yang dibutuhkan
para pelajar, bahkan ketika sedang berada di sekolah formal, di buku, di
televisi, dan lain sebagainya. Proses pemecahan masalah tidak hanya sekedar
kemampuan verbal, tetapi juga dipengaruhi kemampuan anak didik dalam menerapkan
informasi yang relevan untuk memcahkan masalh itu sendiri.
Kemampuan verbal yang dimaksudkan oleh Gagne, dapat juga dikatakan sebagai
penggabungan dari dua level pertama dari taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom,
yakni mengenai Pengetahuan dan Pemahaman. Terkadang anak didik melakukan proses
memori (mengingat) tanpa mengetahui arti sebenarnya. Walaupun mereka mungkin
dapat menceritakan kembali apa yang telah mereka baca, tapi mereka terkadang
tidak dapat menyampaikannya dengan bahasa mereka sendiri. Dengan kata lain,
ketika pada peserta didik melakukan proses pemahaman, dapat dilakukan dengan
mengingat kata demi kata, ataupun dengan mengingat informasi apa yang hendak
disampaikan kembali. Dengan demikian, informasi tidak lagi terbatas hanya pada
ingatan tetapi berhubungan dengan konteks yang lebih luas dan ide-ide yang
berhubungan. Dengan demikian, bahwa proses pemahaman jauh lebih baik dalam
proses belajar ketimbang hanya melakukan proses mengingat.
Intellectual Skills (Kemampuan Intelektual)
Kemampuan intelektual ini berhubungan dengan yang
dimaksud dengan pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan terbagi atas
5 subkategori, yakni : discrimination, concrete concepts, defined concepts,
rules, and higher order rules. Gagne membagi kemampuan intelektual menjadi lima
bagian, dipengaruhi pertumbuhan proses kerjanya dengan Hierarki Belajar, yakni
adanya komponen-komponen pengetahuan yang harus dipelajari sebelum kemampuan
yang utama, dimana kemampuan-kemampuan tersebut dapat dipelajari secara
terpisah (Gagne, 1985). Hierarki itu sendiri berasal dari hasil analisis pada
keterampilan terminal dengan sebuah prasyarat jangka waktu. Sebuah prasyarat
membedakan sesuatu hal dengan hal lain secara konkrit, dapat menjadi landasan
untuk proses identifikasi selanjutnya, yang kemudian mengarahkan peserta didik
pada kemampuan akhir yang dibutuhkan. Contohnya adalah, anak didik terlebih
dahulu untuk membedakan suatu bentuk yang merupakan segitiga dari antara
tumpukan yang berisi juga bentuk persegi. Setelah dapat membedakan, maka
kemudian anak disuruh mengidentifikasikan bentuk segitiga, dan sifat-sifatnya.
Setelah itu, hasil akhir yang ingin dicapai adalah kemampuan anak
mengidentifikasikan kembali contoh-contoh yang benar dari bentuk segitiga.
Perbedaan yang ada biasa disebut dengan prenominal, artinya, bahwa seseorang
dapat mengatakan hal yang berbeda walaupun dia tidak melihatnya, tetapi hanya
merasakan. Anak kecil dapat membedakan sentuhan yang lembut dan kasar, walaupun
dia tidak dapat menyebutkan bagian yang mana yang lembut, ataupun yang kasar.
Setelah proses “membedakan hal” dilakukan, kemudian proses belajar dapat
dilanjutkan.
Beberapa konsep mungkin tidak dapat dijelaskan secara poin-poin umum, tetapi
dapat diartikan melalui defenisinya. Gagne menyebutnya dengan deffenisi konsep,
dan menyatakan bahwa para pelajar harus mengetahui berbagai defenisi-defenisi
konsep, sebagai dasar atas proses pengklasifikasian. Terkadang defenisi konsep
dinyatakan sebagai bagian tersederhana atas sebuah aturan,yang kemudian dibuat
menjadi simbol-simbol untuk ditampilkan dan untuk digunakan oleh lingkungan
dengan cara yang umum. Akhirnya, tingkatan tertinggi, dari aturan-aturan yang
kompleks terbentuk dari kombinasi-kombinasi aturan yang sederhana, digunakan
untuk memecahkan berbagai masalah yang kompleks juga.
Kemampuan intelektual yang ditunjukkan oleh Gagne, harus diaplikasikan untuk
melihat urutan-urutan tingkah laku mulai dari pengenalan konsep dan aturan,
penggunaan analisis, sintesis, proses evaluasi secara keseluruhan, bahkan
hingga proses pemecahan masalah. Untuk menentukan proses mana yang lebih
efektif dalam pemecahan suatu masalah, terlbih dahulu dilakukan proses analisa,
melakukan proses generalisasi terhadap subproblem atau mengambil catatan
penting masalah tersebut. Mengaplikasikan kombinasi dari beberapa rule
(aturan), dapat memecahkan masalah secara sintesis.
Cognitive Strategies (Strategi Kognitif)
Kemampuan kognitif ini biasa diartikan dengan cara-cara
yang digunakan oleh peserta didik untuk memandu pelajaran mereka, cara mereka
berpikir, bertindak, ataupun merasakan sesuatu. Gagne menyatakan bahwa strategi
kognitif menampilkan fungsi eksekutif atas sebuah kontrol dalam memproses
informasi, dan hal itulah yang disebut juga dengan Pengetahuan kondisional.
Sebagai contoh, peserta didik menggunakan strategi kognitif tersebut untuk mengatur
tingkat atensi mereka, membantu dalam proses pengkodean informasi baru, dan
berusaha meningkatkean kemampuan untuk mengingat informasi ketika berada dalam
keadaan terdesak, seperti saat ujian.
Menciptakan strategi kognitif yang efektif dan unik, adalah bagian dari suatu
oembelajaran mengenai cara belajar, dan cara belajar secara independen. Namun,
strategi kognitif yang banyak digunakan tidak dijelaskan secara langsung pada
bagian ini. Aspek lain dari proses belajar adalah berpikir secara mandiri, kreatif,
dan mampu menciptakan strategi kognitif yang efektif dan jela