Minggu, 20 Maret 2011

USIA LANJUT

A.      Usia Tua dan Gangguan Otak
                   Mayoritas orang-orang usia lanjut mengalami gangguan otak. Gangguan otak yang dialami oleh orang-orang usia lanjut ada dua macam, yaitu gangguan otak demensia dan gangguan otak delirium.
1.      Gangguan Otak Demensia
a.         Pengertian Demensia
       Demensia sering disebut juga sebagai kepikunan. Kepikunan merupkan istilah deskriptif umum bagi kemunduran kemampuan intelektual hingga ke titik yang melemahkan fungsi social dan pekerjaan. Demensia terjadi secara sangat perlahan selama bertahun-tahun, kelemahan kognitif dan behavioral yang hamper tidak terlihatdapat dideteksijauh sebelu orang yang bersangkutan menunjukkan sikap yang tampak jelas (Small dkk, 2000). (Gerald C. Davison dkk, 2006 : 742).
       Kesulitan dalam mengingat banyak hal, terutama berbagai peristiwa-peristiwa baru, ini merupakan simtom utama demensia. Orang-orang yang mengalami demensia mengabaikan standar mereka dan kehilangan kendali atas impuls-impuls mereka.

b.        Penyebab Demensia
       Demensia pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat tipe. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang pada umumnya menyebabkan demensia. Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang adanya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dan kematian pada jaringan otak  biasanya terjadi 10 atau 12 tahun setelah onset simtom-simtom.

c.         Penanganan Demensia
       Dengan menggunakan psikologis yang diberikan secara umum bersifat suportif, dengan tujuan utamanya untuk meminimalkan gangguan yang ditimbulkan oleh perubahan behavioral pasien. Tujuan ini dicapai dengan memberikan kesempatan bagi pasien dan keluarganya untuk membahas penyakittersebut dan berbagai konsekuensinya, menyediakan informasi yang akurat tentang penyakit, membantu keluarga merawat pasien, dan mendorong dikembangkannya sikap realistic dan bukan katastrofik dalam menghadapi berbagai isu dan tantangan spesifik yang ditimbulkan oleh penyakit otak ini (Knight, 1996; Zarit, 1980).
       Memberikan konseling bagi penderita penyakit Alzheimer merupakan hal yang sulit. Karena menurunnya kemampuan kognitif. Psikoterapi hanya sedikit memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka yang mengalami kemunduran parah. Keterbatasan kognitif pada orang-orang menderita demensiaharus selalu ditangani dengan kelembutan.

2.      Gangguan Otak Delirium
a.         Pengertian Delirium
       Istilah delirium berasal dari bahasa Latin de, yang berarti “dari” atau “di luar” dan lira, yang berarti “celah” atau “jalur”. Istilah tersebut merujuk pada kondisi keluar jalur atau menyimpang dari kondisi normal (Wlls & Duncan, 1980).

b.        Penyebab Delirium
       Penyebab delirium pada orang lanjut usia dapat dibagi dalam beberapa kelompok umum, yaitu intokasi obat dan putus obat, ketidakseimbangan metabolism dan nutrisi, infeksi atau demam, gangguan neurologis, dan stress karena perubahan lingkungan sekeliling orang yang bersangkutan (Knight, 1996). Delirium juga dapat terjadi setelah menjalani operasi besar, yang paling sering adalah operasi tulang pinggul (Zarit & Zarit, 1998).
       Penyakit fisik umumnya yang menyebabkan delirium dalam kelompok umur ini mencakup gagal jantung karena penyumbatan, infeksi saluran urin, kanker, gagal ginjal atau hati, malnutrisi, dan kecelakaan atau stroke.

c.         Penanganan Delirium
       Penanganan delirium dapat dilaksankan dengan menggunakan strategi pencegahan primer, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya delirium sejak awal.

B.       Usia Lanjut dan Gangguan Psikologis
1.    Prevalensi Lengkap Gangguan Mental di Usia Lanjut
            Mayoritas orang-orang yang berusia 65 tahun atau lebih tidak mengalami psikopatologi serius, namun 10 hingga 20 persen memang mengalami masalah psikologis yang cukup parah sehingga memerlukan perhatian professional. Diantara mereka yang menderita penyakit mental parah, banyak tinggal di tengah-tengah komunitas dan cenderung hidup dalam kemiskinan, menderita tiga macam penyakit fisik atau lebih, dan hanya menerima sedikit bantuan dari sistem kesehatan mental selain pemberian obat. Saat ini, sistem perawatan kesehatan tidak melayani kebutuhan para lanjut usia yang sakit mental dengan baik.   
2.    Depresi
            Sebagian besar orang lanjut usia mengalami depresi, namun depresi yang mereka alami merupakan kelanjutan suatu kondisi yang terjadi di masa usia terdahulu.
            Karakteristik depresi pada lanjut usia pada umumnya rasa khawatir, rasa tidak berguna, sedih, pesimis, tidak dapat tidur, dan sulit untuk mengerjakan segala sesuatu. Penyebabnya adalah penyakit fisik dan pikiran mereka yang negatif.
            Penyakit depresi pada usia lanjut dapat ditangani dengan memberikan psikoterapi kognitif, behavioral, dan psikodinamika.
3.      Gangguan Anxietas
            Gangguan kecemasan lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut dibanding depresi. Gangguan anxietas pada usia lanjut dapat merupakan kelanjutan atau kekambuhan dari masalah yang terjadi pada masa usia terdahulu, atau dapat terjadi untuk pertama kali pada masa tua.
            Penyebab kecemasan pada orang usia lanjut mencerminkan beberapa kondisi ketika memasuki usia tua dan dapat merupakan reaksi atas kekhawatiran menderita sakit dan menjadi lemah. Penanganan kecemasan pada orang usia lanjut dapat ditangani dengan menggunakan terapi psiokologis.
4.      Gangguan Delusional (Paranoid)
            Penyebab gangguan delusional paranoia pada pasien lanjut usia dapat merupakan kelanjutan dari gangguan yang terjadi pada usia terdahulu atau dapat menyertai penyakit otak seperti delirium dan demensia. Paranoia bahkan dapat memiliki fungsi tertentu bagi pasien demensia, yaitu mengisi kekosongan memori yang disebabkan hilangnya memori.
            Pemikiran paranoid telah dihubungkan dengan kerusakan sensorik, khususnya kerusakan pendengaran. Beberapa orang meyakini bahwa orang-orang lanjut usia yang mengalami gangguan paranoid parah cenderung mengalami kerusakan pendengaran pada kedua telinga yang telah berlangsung lama. Orang lanjut usia yang telah mengalami ketulian dapat meyakini bahwa orang lain membicarakannya dengan berbisik agar ia tidak mendengar apa yang dikatakan mereka.
            Karena orang-orang yang menjadi paranoid juga memiliki penyesuian sosial yang buruk, simtom-simtom tersebut dapat terjadi setelah suatu periode dimana mereka semakin terisolasi secara sosial. Isolasi social itu sendiri membatasi kesempatan orang yang bersangkutan untuk menguji kecurigaannya terhadap dunia, sehingga memudahkan terbentuknya delusi tersebut.
            Penenganan gangguan delusional. Penanganan paranoia untuk orang lanjut usia sama persis dengan penanganan untuk orang yang lebih muda. Meskipun tidak banyak data terkendali, para ahli klinis berpendapat bahwa pendekatan terbaik adalah pendekatan sopurtif dimana terapis memberikan pengertian empatik kepada pasien atas kekhawatirannya. Secara langsung menentang delusi paranoid atau mencoba mengajak orang yang bersangkutan untuk menalar keyakinannya jarang menghasilkan efektif. Pengakuan tanpa menghakimi penderitaan yang disebabkan oleh paranoia tersebut lebih mungkin meningkatkan hubungan terapeutik dengan pasien.  
5.      Skizofrenia
Simtom-simtom skizofrenia mencakup delusi, hendaya kognitif, halusinasi, dan simtom-simtom negative seperti aspek datar. Prevalensi skizofrenia pada orang lanjut usia secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan prevalensi dalam populasi total orang lanjut usia yang menderita skizofrenia cenderung hidup dalam kemiskinan, memiliki tingkat pendidikan rendah dan tingkat pengangguran tinggi. Bila skizofrenia terjadi untuk pertama kali pada usia lanjut, sering sekali disebut parafrenia. Para psien cenderung orang tidak menikah, hidup dalam kesendirian, hanya memiliki sedikit kerabat yang masih hidup, mengalami kerusakan pendenganran, memiliki riwayat skizofrenia dalam keluarga, dan berasal dari kelas sosioekonomi terendah.
Beberapa peniliti meyakini bahwa pasien berusia lanjut yang didiagnosis mengalami parafrenia sebenarnya mengalami gangguan mood, karena pada banyak orang mengalami simtom-simtom utama, funsi kognitif dan fungsi secara keseluruhan tidak terganggu; hidup mereka tidak mengalami kemunduran dan gangguan yang umum dialami para pengidap skizofrenia.
6.      Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat
Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol. Jika orang lanjut usia mengunsumsi 12 gelas minuman dalam seminggu juga dihitung, sekitar 8% orang lanjut usia adalah peminum berat. Berdasarkan perspektif lungitodinal, tampak bahwa para peminum berat cenderung mengurangi minum ketika memasuki usia tua. Mungkin diasumsikan bahwa minum bermasalh pada orang lanjut usia selalu merupakan kelanjutan dari pola yang terbentuk pada masa usia terdahulu, namun tidaklah demikian. Banyak peminum bermasalh mulai mengalami masalah yang berhubungan dengan berhubungan dengan alkohol setelah berusia 60 tahun.
Penyalahgunaan obat terlarang. Beberapa studi terhadap para penyalahgunaan narkotik yang berusia tua yang mengindikasikan bahwa mereka mengawali kebiasaan mereka pada usia muda dan mengurangi konsumsi obat mereka seiring bertambahnya usia, dan diasumsikan bahwa semua pecandu berhenti menggunakannya atau meninggal sebelum mencapai usia tua. Meskipun demikian, sekarang ini tampak bahwa jumlah pecandu heroin yang memasuki usia 60 tahun atau lebih semakin besar.
Penyalahgunaan pengobatan. Penyalahgunaan obat-obatan yang diresepkan dan dijual bebas merupakan masalah yang jauh lebih besar daripada penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang dalam populasi orang tua. Tingkat konsumsi obat bebas pada orang lanjut usia secara keseluruhan lebih tinggi daripada kelompok umur manapun, meskipun hanya mencangkup 13% dari populasi, mereka mengkonsumsi sekitar 1/3 dari obat yang diresepkan. Pasien lanjut usia menggunakan lebih banyak obat-obat anti kecemasan dibanding kelompok manapun. Obat-obatan tersebut sering menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Meskipun demikian, karena orang lanjut usia cenderung tidak bekerja secara rutin dan kadang bahkan tidak terlihat didepan umum selama berhari-hari atau berminggu-minggu dalam satu waktu, mereka dapat menyembunyikan penyalahgunaan yang mereka lakukan selama bertahun-tahun.
7.      Hipokondriasis
Para lanjut usia dapat mengalami berbagai macam masalah fisik, diantaranya sakit pada kaki dan punggung, pencernaan yang buruk, sembelit, sesak nafas, dan kedinginan yang amat sangat. Diyakini secara luas bahwa hipokondriasis sangat umum terjadi dalam populasi orang lanjut usia, namun prevalensi hipokondriasis dikalangan orang lanjut usia mungkin tidak lebih besar dibanding dikalangan lain.
Para ahli klinis setuju bahwa secara umum tidak ada gunanya meyakinkan orang yang bersangkutan bahwa ia sehat karena orang-orang tersebut tidak peduli dengan berbagai hasil tes laboratorium yang negatif atau pendapat otoritatif dari berbagai sumber resmi.  
8.      Gangguan Tidur
Insomnia adalah keluhan yang umum terjadi dikalangan orang lanjut usia. Masalah tidur yang sering dialami oleh orang lanjut usia adalah sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang amat sangat pada siang hari. Keluhan tersebut sejalan dengan bebagai perubahan fsikologis yang terjadi secara normal ketika orang memasuki usia tua.
Penyebab gangguan tidur . selain perubahan yang berhubungan dengan penuaan, berbagai macam penyakit, obat-obatan, kafein, stress, kecemasan, defresi, kurang beraktifitas, dan kebiasaan tidur yang buruk dapat menyebabkan insomnia pada orang lanjut usia.
Penanganan gangguan tidur. Para dokter menyakini bahwa obat-obatan merupakan penanganan yang paling efektif untuk masalah tidur pada orang lanjut usia namun, penelitian baru-baru ini mengenai penanganan nonfarmakologis untuk gangguan tidur pada populasi orang lanjut usia memberikan hasil yang sangat menjanjikan, serta dapat melalui penanganan terapi behavior.
9.      Bunuh Diri
Terdapat beberapa faktor yang membuat orang-orang pada umumnya memiliki resiko yang sangat tinggi untuk bunuh diri: penyakit fisik yang serius dan kelemahan fungsional, penyakit fisikiakrik, rasa putus asa, isolasi sosial, kehilangan orang-orang yang dicintai, kondisi keuangan yang buruk, dan defresi.
Batler dan lewis berpendapat bahwa bunuh diri orang yang lanjut usia yang dilakukan orang lanjut usia mungkin lebih sering merupakan keputusan rasional atau filosofis dibanding orang-orang yang lebih muda. Intervensi untuk mencegah tindakan bunuh diri pada orang lanjut usia dengan menggunakan terapis dengan mencoba membujuk orang yang bersangkutan untuk melihat masalahnya dari sudut pandang yang akan mengurangi keputusannya.

10.  Seksualitas  dan Penuaan
Orang cenderung beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan kehilangan minat dan kapasitas untuk berhubungan seks ketika mereka memasuki usia lanjut. Ada sebagian orang yang menyakini bahwa orang-orang yang lanjut usia tidak mampu menikmati hubungan lebih dari sekedar pelukan sayang dan ciuman di pipi. Terlepas dari keyakinan semacam itu, sebagian besar orang lanjut usia memiliki minat dan kapasitas seksual yang besar. Hal ini benar adanya bahkan bagi banyak orang yang berusia 80 hingga 100 tahun dengan kondisi tubuh yang sehat, dimana aktifitas yang lebih disukai cenderung berupa belaian dan masturbasi, dan kadang-kadang melakukan kontak kelamin.
Kaum laki-laki, yang berusia lanjut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengalami ereksi, bahkan bila mereka distimulasi dengan cara yang mereka sukai. Tidak diketahui apakah perubahan psiologis atau pengendalian yang dipelajari selama bertahun-tahun yang berperan dalam hal ini. Dalam fase orgasme, kontraksi lebih sedikit dan tidak terlalu intens, dan cairan sperma yang dikeluarkan lebih sedikit dengan tekanan yang kurang setelah mencapai orgasme, ereksi melemas dengan lebih cepat pada laki-laki berusia lanjut, kemampuan untuk mengalami ereksi berikutnya tidak secepat pada laki-laki yang berusia lebih muda. Laki-laki berusia lanjut mampu memiliki pola aktivitas seksual yang sama dengan laki-laki yang berusia lebih muda, perbedaan besarnya adalah segala sesuatu memerlukan waktu lebih lama untuk terjadi, dan ketika terjadi, orgensinya berkurang.
Kaum perempuan, perempuan berusia lanjut mampu untuk aktif berhubungan seksual minimal sama dengan kaum laki-laki. Perempuan lanjut usia memerlukan waktu lebih lama untuk mengalami keterangsangan seksual, yang menjadi sesuai dengan lambatnya pola keterangsangan pada laki-laki. Terdapat beberapa bukti bahwa berbagai perubahan fisik tersebut tidak sedemikian ekstensif pada perempuan yang mnedapat stimulasi seksual secara teratur sekali atau dua kali dalam seminggu sepanjang kehidupan seksual mereka.
Masalah yang berhubungan dengan usia, penyakit fisik dapat menghambat hubungan seksual pada orang lanjut usia seperti halnya pada orang yang berusia lebih muda. Karena orang lanjut usia menderita lebih banyak penyakit kronis, potensi hambatan yang bersumber dari penyakit dan obat-obatan lebih besar. Perempuan cenderung lebih sedikit memiliki masalah fisik, mereka dikungkung oleh banyak mitos mengenai seksualitas pada perempuan yang memasuki usia tua. Aktivitas seksual perempuan heteroseksual umumnya dilakukan bila ia memiliki pasangan dan apakah pasangan tersebut dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, perempuan berusia lanjut kurang aktif berhubungan seks disbanding laki-laki lanjut usia, mungkin karena mereka kurang memiliki pasangan atau jika mereka berstatus menikah si suami cenderung berusia lebih tua dan memiliki berbagai masalah kesehatan yang signifikan.
Penanganan disfungsiseksual, beberapa orang lanjut usia memilih untuk tidak aktif berhubungan seks, namun orang lanjut usia yang mengalami dan terganggu oleh disfungsiseksual kemungkinan untuk menjadi calon pasien yang cocok untuk tipe terapi seks. Karena sikap terhadap seks pada orang lanjut usia yang ada dewasa ini dipengaruhi oleh masa.
Pada orang lanjut usia perhatian yang diarahkan apad kondisi fisik harus lebih besar dibanding bila menangani orang dewasa yang lebih muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar