Jumat, 04 Maret 2011

TEORI HUMANISTIS ABRAHAM MASLOW & TEORI BERPUSAT PADA PRIBADI CARL ROGERS


IV.          PEMBAHASAN
A.Teori Rogers
1. TEORI YANG BERPUSAT PADA  PRIBADI
a.       Asumsi dasar.
Teori Rogers ada dua, yaitu yang pertama kecendrungan formatif dan kecendrungan aktualisasi. Kecendrungan formatif menyatakan bahwa semua hal, baik yang organic maupun non-organik, mempunyai kecendrungan untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana kebentuk yang lebih kompleks. Kecedrungan aktualisasi, atau kecendrungan setiap manusia (selain hewan dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi ( Rogers, 1959,1980).
b.      Diri dan aktualisasi diri
Aktualisasi diri berkembang setelah manusia mengembangkan system diri dan merujuk kepada kecendrungan tersebut untuk bergerak menuju menjadi manusia yang berfungsi sepenuhnya.
1)   Konsep diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik.
2)    Diri ideal
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkan. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang dimiliki oleh seseorang.
3)    Kesadaran
Tanpa kesadaran, konsep diri dan diri ideal tidak mungkin ada. Rogers (1959) mendifinisikan kesadran sebagai “refresentasi simbolik (walaupun tidak selalu dalam symbol verbal) dari sebagian pengalaman kita “
4)    Tingkat kesadaran
Rogers (1959) menemukan tiga tingkat kesadaran. Pertama, beberapa kejadian dialami dibawah batas kesadaran dan biasanya diabaikan atau disangkal. Kedua, Rogers (1959) membuat sebuah hipotesis bahwa beberapa pengalaman akan disimbolisasikan secara akurat dan dimasukkan dengan bebas kedalam struktur diri. Ketiga, pengalam yang diterima dalam bentuk yang terdistorsi.
5)    Penyangkalan atas pengalaman positif.
Pujian dari orang lain juga mengimplikasikan hak dari seseorang untuk mengkritik atau menghujat sehingga pujian membawa ancaman yang tersirat (Rogers, 1961).
6)                Menjadi seorang manusia
Seorang individu menjadi manusia dengan membuat kontak dengan pengasuhnya yang penghargaan positifnya pada individu tersebut akan menumbuhkan penghargaan diri yang positif.

7)    Hambatan pada kesehatan psikologis
Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat, inkongrueinsi, sikap defensive, dan disorganisasi


2.      SPIKOTERAPI
Saat orang yang rentan memiliki kontak dengan terapis yang kongruen, mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat dan empati, proses perubahan kepribadian akan mulai terjadi

3.      MANUSIA MASA DEPAN
Rogers ( 1961,1962,1963) memberikan beberapa kemungkinan karakteristik, apabila kondisi terapi yang perlu dan memadai yaitu kongruensi, penerimaan positif yang tidak bersyarat, dan empati hadir secara optimal maka beberpa tipe karakteristiktersebut yang akan muncul adalah pertama, orang yang sehat psikologis akan mudah beradaptasi. Kedua, manusia-manusia masa depan akan lebih terbuka atas pengalaman-pengalaman mereka, secara akurat mensimbolisasikan pengalaman tersebut dalam kesadaran daripada melakukan penyangkalan dan distorsi. Ketiga, dari manusia masadepan adalah kecendrungan untuk hidup sepenuhnya pada masa sekarang. Keempat, manusia masa depan akan tetap percaya terhadap kemampuan diri mereka untuk merasakan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Kelima, manusia masa depan akan lebih teritegrasi, lebih utuh, tanpa batasan-batasan buatan antara proses kognitif yang dilakukan secara sadar ataupun yang tidak. Keenam, manusia masa depan mempunyai kepercayaan pada kemanusiaan. Ketujuh, karena manusia masa depan terbuka dengan semua pengalaman, mereka akan lebih menikmati kekayaan hidup daripada orang lain.

4.      FILOSOFI ILMU PENGETAHUAN
Menurut Rogers (1968), ilmu pengetahuan bermula dan berakhir dengan pengalaman subjektif walaupun semua yang ada diantaranya harus objektif dan empiris. Ilmuan harus mempunyai karakteristik manusia masa depan, yaitu mereka harus terdorong untuk melihat kedalam, untuk selaras dengan perasaan dan nilai internal, untuk dapat menjadi intuitit dan kreatit, untuk terbuka kepada pengalaman, untuk menerima perubahan, untuk mempunyai pandangan yang baru, serta untuk memiliki kepercayaan yang penuh atas diri mereka.

5.      THE CHICAGO STUDIES
Chigago studies meninjukkan bahwa orang-orang yang menerima terapi yang berpusat pasa klien pada umumnya menunjukkan pertumbuhan dan peningkatan. Akan tetapi, peningkatan ini jauh dari optimal. Kelompok terapi memulai perawatan sebagai kelompok yang tidak lebih sehat daripada kelompok control, merekamenunjukkan beberapa pertumbuhan selama terapi, dan mempertahankan peninhkatan yang mereka raih selama periode selama setelah terapi. Akan tetapi, mereka tidak pernah meraih level kesehatan psikologis yang diperlihatkan “orang-orang normal” yang ada dikelompok control.
Melihat hasil dari sudut pandang yang lain, dapat dilihat bahwa orang yang menerima terapi yang berpusat pada klien mungkin tidak akan pernah sampai pada tahap tujuh, seperti yang dihipotesiskan oleh Rogers dan telah didiskusikan sebelummya. Harapan yang paling realistis bagi klien adalah menncapai tiga atau empat. Terapi yang berpusat pada klien memang efektif, tetapi tidak selalu menghasilkan manusia yang berfungsi sepenuhnya.

6.      PENELITIAN TERKAIT
Dibandingkan dengan teori Maslow, gagasan Rogers mengenai kekuatan dari penerimaan positif yang tidak bersyarat menghasilkan beberapa penelitian empiris. Penelitian Rogers sendiri mengenai kondisi yang perlu dan memadai untuk pertumbuhan psikologis juga menjadi pendahulu dari  psikologi positif dan telah semakin didukung oleh banyak temuan dari penelitian modern (Crammer, 1994,2002,2003a). selain itu, pendapat Rogers tentang inkongrueinsi antara diri sebenarnya dan diri ideal serta motivasi untuk mencapai tujuan terus menghasilkan banyak perhatian dari banyak peneliti.

7.      KRITIK TERHADAP ROGERS
Kritik pertama mendapatkan penilaian sedang dalam kemampuannya untuk memancing munculnya aktivitas penelitian dan ruang lingkup umum psikologi. Kedua, teori Rogerian tinggi dalam kemampuan untuk diuji ulang. Ketiga, menilai teori yang berpusat kepada pribadi tinggi dalam kemampuannya untuk menjelaskan apa yang diketahui mengenai prilaku manusia sejauh ini. Keempat, tidak serempak. Kelima, teori ini cukup tinggi dalam aspek konsistensi dan definisi operasionalnya yang dibuat hati-hati. Terakhir, beberapa bahasa yang digunakan tergolong canggung dan tidak jelas.

8.      DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, organism mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organism itu matang maka ia maka berdiferensiasi, makin luas, makin otonom dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (hall dan lindzey, 1995 : 136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecendrungan aktualisasi akan menunjukka diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
a.       Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makanan, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan merinci fungsi tubuh serta generasi.
b.      Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
c.       Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.

9.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Rogers lebih mementingkan dinamika daripada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu :
a.    Organisme mencakup  :
1)   Makhluk hidup, organism adalah makhluk pelengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat.
2)   Realitas subjektif, organism menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
3)   Holisme, organisme adalah kesatuan system, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian-bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan aktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
b.    Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
c.    Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu, bersifat intergral dan konsisten, menganggap pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman, dapat berubah kematangan dan belajar.

10.  PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organism menjadi semakin komplek, otonom, sosial, dan keseluruhan aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berrfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merialisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan lima cirri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
a.    Terbuka untuk mngalami ( oppeness to experience)
b.    Hidup menjadi (exsistensial living)
c.    Keyakinan organismik (organismic trusting)
d.   Pengalaman kebebasan (experiental freedom)
e.    Kreativitas (creativity)

B. Teori Abraham Maslow
1.    PANDANGAN MASLOW TENTANG MOTIVASI
Teori kepribadian maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1997) mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation) yaitu, keseluruhan dari seseorang bukan hanya satu bagian atau fungsi termotivasi. Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal yang berarti bahwa tingkah laku seseoreang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Asumsi ketiga adalah orang-orang berulangkali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another). Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang  dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama ( all people everywhere are motivated by the same basic needs). Asumsi terakhir mengenai motivasi adalah bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hirarki ( need can be arranged on a hierarchy) ( Maslow 1943, 1970 ).
a.    Hirarki kebutuhan
Konsep hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan dilevel lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Liam kebutuhan yang berbentuk hierarki ini adalah : kebutuhan konatif ( conative needs), yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi .
Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi dari masing-masing :
1)   fisiologis, yaitu kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia termasuk didalamnya dalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan lain sebagainya. Kebutuhan fisiollogis adalah kebutuhan yang mempunyai kekuatan atau pengarung paling besar dari semua kebutuhan.
2)   keamanan, yaitu ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka menjadi termotivasi akan kebutuhan keamanan, yang termasuk idalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan.
3)    cinta dan keberadaan, yaitu setelah orang memenuhi kebutuhan psikologis dan keamanan , mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan , seperti : keinginin untuk berteman , keingin untuk memiliki pasangan , kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkimlpulan lingkungan masyarakat, atau Negara.cinta dan keberadaan mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan msnusia lain dan juga kebutuhan untuk mmemberi dan mendapatkan cinta. ( masllow , 1970 ).
4)   Penghargaan,yaitu setelah orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan , mereke bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. ( masllow, 1970 ). Mengindentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan – refutasi dan harga diri.
5)    Aktualisasi diri , (maslow , 1950 ) berasumsi bahwa kebutuhan akan aktualisasi muncul jika kebutuhan akan pengharagaan teleh terbutuhi. Kebutuhan akan aktualisasi mencakup pemenuhan diri,sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekretif mungkin (maslow , 1970 ). Orang-orang yang mengaktualisasikan  diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka mejadi mandiri sejaka kebutuhan level rendah yang member mereka kehidupan. Selain lima kebutuhan konatif ini, maslow mengindenfikasi tiga kategori kebuthan lainnya – estetika, kognitif, dan neurotic.

2.    AKTUALISASI DIRI
a.    Kriteria untuk Aktualisasi Diri
Kiriteria yang dimilki oleh orang-orang yang mengaktualisasi diri, yakni: Pertama, mereka bebas dari psikopatologi atau penyakit psikologis, Kedua, orang-orang yang mengaktualisasi diri ini telah menjalani hirarki kebutuhan dan oleh karena itu mereka hidup dengan level kecukupan yang tinggi dan tidak mengalami ancaman terhadap keamanan mereka, Ketiga, orang-orang tersebut menjungjung nilai-nilai B (nilai Being), Keempat, individu-individu yang mengaktualisasi diri dalam daftarnya memenuhi kebutuhan mereka untuk tumbuh, berkembang, dan semakin menjadi apa yang mereka bisa.
b.    Nilai-Nilai dari Orang-orang Yang Mengaktualisasi Diri
Maslow (1971) menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasi diri termotivasi oleh “prinsip hidup yang abadi” (eternal verities), yang ia disebutkna sebagai nilai-nilai B. Nilai-nilai “Being” (kehidupan) ini merupakan indikator dari kesehatan psikologis dan merupakan kebalikan dari kebutuhan akan kekurangan (deficiency nedds), yang memotivasi orang-orang yang nonaktualisasi. Maslow menamakan nilai-nilai B “metakebutuhan” (metaneeds) untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai ini merupakan level tertinggi dari kebutuhan. Nilai-nilai dari orang-orang yang mengakutalisasi diri diantaranya adalah kejujuran, kebaikan, keindahan, keutuhan, perasaan hidup, keunikan, kesempurnaan, kelengkapan, keadilan, kesederhanaan, totalitas, membutuhkan sedikit usaha,humor, dan kemandirian.
c.    Karakteristik dari Orang-orang Yang Mengaktualisasi Diri
Maslow (1970) membuat daftar lima belas karakteristik sementara yang merupakan orang-orang yang mengaktualisasi diri, yaitu: Persepsi yang lebih efesien akan kenyataan, Penerimaan akan diri, orang lain, dan hal-hal alamiah, Spontanitas, kesederhanaan, kealamian, Berpusat pada Masalah, Kebutuhan akan privasi, Kemandirian, Penghargaan yang selalu baru, Pengalaman puncak, Gemeinschaftsgefuhl, Hubungan interpersonal yang kuat, Struktur Karakter Demokratis, Diskriminasi antara cara dan tujuan, Rasa jenaka/ Humor yang filosofis, Kreativitas, Tidak mengikuti enkulturasi.

3.    MENGUKUR AKTUALISASI DIRI
Everett L. Shostrom (1974) mengembangkan Personal Orientation Inventory (POI) dalam usahanya untuk mengukur nilai-nilai dan tingkah laku dari orang-orang yang mengaktualisasi diri. POI mempunyai 2 skala utama dan 10 subskala. Salah satu karakteristik dari orang-orang yang mengaktualiusasi diri adalah tidak mengikuti apa yang diharuskan oleh kultur. POI mempunyai dua masalah praktis, pertama alat ini memakan waktu, partisipan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit untuk menyelesaikannya dan kedua format dua pernyataan pilihan jawaban dapat menimbulkan perasaan marah dalam diri partisipan, yang merasa frustasi dengan terbatasnya pilihan jawaban. Untuk mengatasi dua hambatan praktis ini, Alvin Jones dan Rick Crandall (1986) membuat Short Index of Self-Actualization, yang meminjam 15 pertanyaan dari POI yang paling berkaitan dengan skor aktualisasi diri total. Pernyataan-pernyataan pada  Short Index dinilai dengan 6 skala point Likert (dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju). Alat pengukuran aktualisasi diri ketiga adalah Brief Index of Self-Actialization, yang dibuat oleh John Sumerlin dan Charles Bundrick (1996, 1998).

4.    JONNAH KOMPLEX
Hal lain yang sering menghambat pertumbuhan seseorang menuju aktualisasi diri adalah Jonah Complex (ketakutan untuk mencapai puncak, Maslow 1979). Jonah Complex mempunyai cirri-ciri adanya usaha untuk melarikan diri dari takdirnya.

5.    PSIKOTERAPI
Bagi Maslow (1970), tujuan terapi adalah agar klien-kliennya dapat memiliki nilai-nilai kehidupan (nilai-nilai B), yaitu untuk menghargai kejujuran, keadilan, kebaikan, kesederhanaan, dan seterusnya.

6.    PENELITIAN TERKAIT
Salah satu aspek yang sangat penting dari teori kepribadian Maslow adalah konsep hirraki kebutuhan. Beberapa kebutuhan seperti fisiologis dan keamanan merupakan kebutuhan-kebutuhan pada level lebih rendah, sementara kebutuhan-kebutuhan seperti harga diri dan aktualisasi merupakan kebutuhan pada level yang lebih tinggi. Secara umum, menurut teori Maslow, kebutuhan-kebutuhan pada level lebih rendah harus terpenuhi di masa-masa awal kehidupan, sementara kebutuhan-kebutuhan di level yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri cenderung terpenuhi belakangan. Oleh karena itu, seperti yang Maslow katakana dan Reiss dan Havercamp (2006) temukan, jika orang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan paling mendasar di awal-awal kehidupannya, maka mereka mempunyai waktu dan energy yang banyak untuk berusaha mencapai level tertinggi dari kehidupan manusia di masa-masa akhir kehidupannya.
a.    Psikologi Positif
Psikologi positif adalah sebuah bidang ilmu psikologi yang relative baru yang menggabungkan penekanan pada harapan, optimism, dan kesejahteraan dengan penelitian dan pengukuran ilmiah. Penelitian-penelitin ini menunjukkan pentingnya memikirkan dan mengamalami kembali pengalaman-pengalaman paling positif atau pengalaman “puncak” dalam kehidupan kita.
b.    Perkembangan, Pertumbuhan, dan Tujuan-Tujuan Kepribadian
Diungkapkan secara implicit dalam konsep aktualisasi diri dari Maslow adalah asumsi bahwa orang memperoleh tingkat kesehatan psikologis yang lebih besar seiring dengan bertambahnya usia mereka. Jack Bauer dan Dan McAdams (2004) mengasumsikan keberadaan dari dua jenis pendekatan pada pertumbuhan dan perkembangan yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Perkembangan ekstrinsik umumnya berkaitan dengan perkembangan kognitif dan berputar di sekitar kemampuan seseorang untuk berpikir secara lengkap mengenai tujuan hidupnya, sementara perkembangan intrinsic umumnya berupa perkembangan emosional dan berputar di sekitar kemampuan seseorang untuk merasa lebih baik tentang kehidupannya. Pertumbuhan ekstirnsik menitikberatkan pada ketenaran, uang, penampilan fisik, status, dan kekuasaan. Sebaliknya, tujuan-tujuan intrinsic menitikberatkan pada kepuasan, kebahagiaan, pertumbuhan pribadi, dan hubungan interpersonal yang sehat.

7.    KRITIK TERHADAP MASLOW
Adapun kritik untuk teori maslow tersebut adalah:
a.    Ide Maslow mengenai metamotivasi, hierarki kebutuhan, jonah complex, dan kebutuhan Instinctoid mengundang lebih sedikit ketertarikan penelitian.
b.    Bahasa Maslow sulit dimengerti dan tidak jelas membuat bagian-bagian penting dari teorinya menjadi ambigu dan tidak konsisten.
c.    Secara menyeluruh teori ini dinilaiparsimonious secara menengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar