Senin, 31 Maret 2014

TEORI PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL




TEORI PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL


TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori dan Pendekatan Konseling
Yang dibina oleh Bapak Dr. Triyono, M.Pd dan Dr. M. Ramili, M.Pd



Oleh
Akhmad Sugianto
130111809209










PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER 2013


A.    Nama Pendekatan
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pngujian secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari bahasa pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metose yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

B.     Sejarah Perkembangan
Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (1910-1970) setelah dia mendapat gelar M.D (Medical Doktor). Dari McGill University di Montreal pada tahun 1935. Dia menyelesaikan spesialis psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di tentara Amerika Serikat (US Army) selama tahun 1934-1946, dia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok . setelah itu dia memulai praktek psikiatri di Carmel, California. Berdasarkan hasil obervasinya terhadap konseli-konseli, Berne membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatri pada zaman itu, yaitu pada pertengahan tahun 1950-an. Pada usia 46 tahun, dia mengundurkan diri dari keanggotaan di the psychoanalytic Institute. Kemudian dia mendobrak asumsi dasar psikiatri tradisional dan mulai berpraktek dengan Transactional Analysis. Pada tahun 1946 dia menerbitkan buku Games People Play yang menjadi  International Best-Seller.
Tahap Pertama (1955-1962)
Pada tahap ini Berne  mengidentifikasi ego state yang terdiri dari orang tua (Parent), dewasa (Adult), dan anak-anak (Child). Ego state ini yang memberikan perspektif dalam berpikir, merasa, dan bertingkah laku.
Tahap Kedua (1962-1966)
Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. Pada tahap ini, analisis transaksional menjadi lebibh popular karena pendekatan ini menggunakan kosa kata yang direktif dank arena individu secara langsung dapat mengetahui  games yang dia mainkan. Pada tahap ini Analisis Transaksional dikenal sebagai pendekatan kognitf dan hanya sedikit menyentuh aspek afektif.
Tahap Ketiga (1966-1970)
Pada tahap ini perhatian Berne pada naskah hidup  (Life Scripts) dan analisis naskah hidup (Scripts Analysis). Naskah hidup adalah rencana internal yang menentukan arah hidup individu. Konselor mengarahkan konseli untuk merasakan kembali pengalaman secara emosional (emotionally reexperience) dan menganalisis peristiwa-peristiwa penting yang mendasari pengambilam keputusan.
Tahap Keempat (1970-Sekarang)
Tahap ini dikarakteristikan sebagai tahap penggabungan teknik-teknik Analisis Transaksional yang baru dari pendekatan yang lain. Robert dan Mary Goulding, direktur dari the Western Institute for Group and Family Therapy di Watsonville, California adalah pionir dari pendekatan analisis transaksional yang terbaru. Pendekatan mereka berbeda dengan pendekatan analisis transaksional klasik, karena mereka mengkombinasikan pendekatan analisis transaksional dengan prinsip dan teknik-teknik pendekatan gestalt dan modifikasi perilaku.
Dalam tulisan Goulding dan Goulding  teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep , antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunction) yang berbasis dari pesan-pesan orang tua dalam membuat pengambilam keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini bertujuan untuk menerima stroke dari orang tua (parental strokes) yang berupa penghargan dan perhatian (recognition and attention) serta memastikan dalam pertahanan hidup yang mendasar (basic survival). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu. Rackets adalah perasaan buruk yang familiar yang biasanya disimpan oleh individu. Dalam keluarga tertentu tidak membolehkan ekspresi perasaan tertentu, seperti hanya orang-orang tertentu dalam keluarga  dalam keluarga yang diperbolehkan untuk marah, sedangkan yang lain harus mengekspresikan kemarahan dalam bentuk lain. Dengan demikian, individu yang sangat dilarang dalam mengekspresikan kemarahannya dapat mengekspresikannya dalam bentuk kesedihan. Individu menampilkan kesedihan untuk menutupi kemarahan dan kesalahanya. Semua elemen ini merupakan bagian dari naskah hidup (Life Scripts), yang termasuk di dalamnya adalah harapan individu tentang drama kehidupan yang dimainkan. Kontribusi Goulding dan Goulding adalah penekanan pada kapasitas konseli untuk mengambil keputusan kembali (redecision) tentang naskah hidupnya.

C.    Hakikat Manusia
Analisis trasaksional berakar dari filosofi antideterministik. Iman ditempatkan
dalam kapsitas seseorang untuk di atas pola kebiasaan dan untuk memilih
sasaran dan perilaku baru. Ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali tanpa ada
hal yang mempengaruhinya bisa sampai pada penentuan hidup yang kritis.
Analisis ini juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan
oleh orang lain yang signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang
terlebih dahulu telah dibuat pada masa hidup mereka pada saat mereka sangat
bergantung pada orang lain. tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan ditantang
dan apabila keputusan yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat
keputusan. Secara singkat hakikat manusia menurut Analisis Transaksional adalah:

1.    Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup.
2.    Manusia memenuhi dua kebutuhan dasar yaitu fisik dan psikologis.
3.    Manusia adalah makhluk yang mempunyai potensi untuk  membuat keputusan.
4.    Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab
5.    Manusia adalah makhluk social.

D.    Perkembangan Perilaku
1.    Struktur Kepribadian
a.    Konsep Dasar
Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksiyang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup. Pendekatan ini dapat digunakan pada seting individu atau kelompok yang melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek konitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada peningkatan keasadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
Beberapa konsep penting dalam pendekatan analisis transaksional yaitu injunction dan keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision).
Injungsi (Injunction) dan Pengambilan Keputusan Awal (Early Decision)
Salah satu konsep kunci Analisis Transaksional adalah injunction ayau don’ts.
Injunction adalah pesan yang disampaikan oleh anak kepada parent’s internal child out dari kondisi kesakitan orang tua seperti kecemasan, kemarahan, frustasi dan ketidak bahagiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Sebagai seorang anak yang membutuhkan pengakuan dan strokes dari orang tua dalkam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orang tua diterima oleh anak. Goulding dan Goulding (1978, 1979) mengemukakan injunction  yang biasa terjadi dan beberapa kemungkinan keputusan yang dibuat untuk merespon injunction tersebut, di antaranya adalah:
1)        Don’t atau don’t do anything (jangan berbuat apa-apa)
2)        Don’t be (don’t exist)
3)        Don’t be close (jangan dekat)
4)        Don’t be important (jangan menjadi orang penting)
5)        Don’t be a child (jangan seperti anak kecil)
6)        Don’t grow (jangan jadi besar)
7)        Don’t succeed atau don’t make it (jangan berhasil)
8)        Don’t be you (jangan begitu)
9)        Don’t be sane and don’t be well
10)    Don’t belong (jangan jadi orang kita)
11)    Don’t think (jangan berpikir)
12)    Don’t feel (jangan merasa)
Strokes
Strokes adalah bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokes untuk berkomunikasi dengan orang lain. Strokes dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh dan verbalisasi. Beriku adalah tipe-tipe strokes :








Strokes baik positif maupun negative memberikan pengaruh pada individu. Akan tetapi strokes positif merupakan bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang sehat. Strokes ini membentuk ekspresi kasih saying (affection) dan penghargaan (appreciation). Adapun strokes negative menghambat perkembangan individu. Strokes negative mengambil harga diri individu denga menghilangkan mempermalukan, dan mempermainkan individu.
Naskah Hidup (Life Scripts)
Menurut teori analisis transaksional naskah hidup menetukan pilihan terakhir. Bila anak menyusun lakon hidupnya, pilihan akhir ini sudah terungkap juga pada lakon ini. Seluruh proses perkembangan lakon ini dari titik mula sudah diarahkan dan dijiwai oleh titik akhirnya. Titik akhir ini oleh analisis transaksional dinamakan payyof, penyelesaian akhir dan pembulatan sandiwara yang diharapkan menjadi happy ending. Pembentukan naskah hidup dipengaruhi oleh:
1)   Injunction, yaitu pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan  apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Diterima melalui pesan orang tua, penemuan sendiri dan misin terpretasi atas pesan orang tua.
2)   Strokes yaitu berupa penghargaan dan penerimaan baik positif maupun negative.
3)   Hunger yaitu kekurangan stroke positif.
Sesudah naskah hidup disusun sejak kecil, seiring dengan bertambahnya umur,  naskah hidup inipun berkembang lebih lanjut. Pada perkembangannya naskah hidup mendapat bentuk yang oleh analisis transaksional dinamakan naskah hidup pemenang (winner), pecundang (loser) dan bukan pemenang (non-winner).
Konsep Ego State
Terdapat tiga jenis ego state yang secara in heren eksis dalam diri setiap individu. Ego state tersebut yaitu: ego state orang tua (parent), ego state dewasa (adult) dan ego state anak-anak (child).
1)   Ego State Orang Tua (Parent)
Pada ego state orang tua, individu merasakan kembali pengalaman (reexperience) yang individu imajninasikan bagaimana orang tua kita merasa pada situasi tersebut dan bagaimana orang tua kita bertindak. Ego state orang tua cenderung memiliki cirri-ciri antara lain: menasihati, kritik, berperilaku sesuai dengan aturan atau ketentuan institusi yang berperanan penting selama masa pendidikan seseorang. Terdapat dua jenis ego state orang tua, yaitu :
a)    Orang tua yang membimbing (nurturing parent)
Cirri-ciri orang tua yang membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta menilai dan member batasan benar salah yang tegas.
b)   Orang tua yang mengkritik (critical parent)
Cirri-cirinya adalah cenderung menasihati, mengkritik dan menggurui. Nada suara tinggi dan cenderung keras. Seringkali mengatakan “Tidak”, “Jangan”. Bila berbicara umumnya sambil menunjuk.
2)   Ego State Dewasa (Adult)
Ego state orang dewasa adalah pemroses data (the processor of data). hal ini ditandai dengan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego stste orang dewasa adalah bagian objektif dari individu  dimana dia menyimpan, menerima, memproses, dan mengirim informasi kembali berdasarkan fakta bukan opini atau perasaan. Cirri-ciri ego state ini adalah berpikir logis berdasarkan fakta-fakta obyektif dalam mengambil keputusan, nalar, diplomatis, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekpresi wajah tenang dan nada suara datar.
3)   Ego State Anak-Anak (Child)
Ego state anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls, dan spontanitas. Biasanya ditandai dengan cirri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan dan keinginan untuk bereksplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspon dengan melihat, mendengar, memahami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti menunjukan sikap manja, menangis, dan merajuk. Terdapat tiga jenis ego state anak, yaitu :
a)    Anak yang alamiah (free/natural child)
Cirinya adalah spontan mengungkapan perasaan dan keinginannya, baik emosi positif dan maupun negative.
b)   Professor kecil (the little professor)
Adalah anak yang menunjukkan “kebijaksanaan” anak-anak (unscooled wisdom of a child). Cirinya adalah egosentris, manipulative, dan kratif. Ini adalah bagian dari ego state anak yang intuitif dan bermain dengan tebakan intuitif (feeling hunch).
c)    Anak yang menyesuaikan diri (adapted child)
Ego state yang melakukan penyesuaian diri terhadap ego state orang tua yang dimainkan orang lain. Terdapat dua jenis ego state dalam ego state anak yang menyesuaiakn diri, yaitu:
Ø Anak yang penurut (conforming child)
Ego state yang melakukan apa yang dikehendaki orang lain bukan  ungkapan perasaan dan keinginan sebenarnya. Biasanya diungkapkan dengan suara lirih.
Ø Anak yang pemberontak (rebellios child)
Ego state yang melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak orang lain. Misalnya ungkapan  “tidak tau” dan “masa bodoh”.
Posisi Hidup (Life Position)
Keyakinan-keyakinan yang dinamakan posisi hidup (psychological position), yang terdiri dari empat posisi hidup, yaitu: I’m OK, You’re OK; I’m OK, You’re not OK; I’m not OK, you’re OK; I’m not OK, You’re not OK.





                                 


                       




Membuat Keputusan Ulang (Redecisions)
The Gouldings menekanakan bahwa ketika keputusan awal telah dibuat, keputusan tersebut tdak dapat diubah. Menurut mereka individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup, sehingga individu dapat membuat keputusan baru yang lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami kehidupan yang baru. Dalam proses membuat keputusan ulang (redecision), konseli di ajak kembali ke masa kecil disat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak dan memfasilitasi konseli untuk membuat keputusan baru. Dengan kegiatan ini konseli di ajak untukj merasakan kembali situasi  masa kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara emosional dan intelektual.
Games
Kebanyakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia memainkan games. Games adalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat dipredeksi individu. Barne percaya bahwa keuntungan game adalah fungsi stabilisasi (homeostatic). Homeostatic adalah kecenderungan individu untuk mempertahankan keseimbangan psikologis untuk mengatur proses intrapcychic. Games berfungsi untuk mepertahankan keseimbangan biologis, eksestensial, psikologis, area sosial internal dan eksternal. Games merupakan bagian yang penting dalam interaksi individu dengan orang lain dan individu harus memahami games yang dimainkannya untuk hidup lebih otentik.
2.    Pribadi Sehat dan Bermasalah
a.    Pribadi sehat
1)   Memilih posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK
2)   Status ego berfung secara tepat.
b.    Pribadi bermasalah
1)   Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
2)   Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
3)   Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK
4)   Kontaminasi (merupakan pengacauan dari satu status ego terhadap status ego yang lain)
5)    Eksklusi (batas status ego yang kaku)

E.     Hakikat Konseling
Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis transaksional yaitu perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konseling dalam pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.
F.     Kondisi Pengubahan
1.    Tujuan
Menurut Eric Berne 1966 (Dewa Ketut Sukardi 1984:223), mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling  analisis transaksional, yaitu:
a.   Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b.   Konselor membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus diantara status egonya.
c.   Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu, untuk itu individu membutuhkan kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
d.   Konselor membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
2.    Sikap, Peran dan Tugas Konselor
a.    Sebagai guru (memperjelas teknik analisis transaksional, rencana kehidupan dan analisis rencana kehidupan, rencana analisis permainan).
b.    Sebagai pengamat
c.    Sebagai fasilitator
d.   Sebagai pelatih (membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat).
e.    Sebagai nara sumber (membantu klien menemukan apa yang diperlukan)
f.     Sebagai advisor
g.    Menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat perkembangan.
h.    Membantu klien menemukan kemampuan dan untuk berubah dengan membuat keputusan sekarang.
i.      Membantu klien mendapat alat yang diperlukan untuk mencapai perubahan.
3.    Sikap, Peran, dan Tugas Konseli
a.   Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak konseling.
b.   Klien harus aktif dalam proses konseling.
c.   Klien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.
4.    Situasi Hubungan
Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu:
a.   Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi kata-kata dan konsep-konsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
b.   Klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh  dalam konseling.
Berarti klien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya..
c.   Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.

G.    Mekanisme Pengubahan
1.    Tahap-Tahap Konseling
a)    Analisis Struktur (Structural Analysis)
Analisis structural adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orang tua, dewasa dan anak). Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Dua masalah dalam kepribadian yang dapat dipertimbangkan dalam analisis struktur, yaitu:  kontiminasi atau perencanaan (contamination) dan ekslusi (exclusion). Kontaminasi terjadi ketika  isi dari ego state bercampur dengan ego state lainnya. Kontaminasi terjadi bila ego state anak (child) dan ego state orang tuanya (parent) memasuki batasan  ego state dewasa (adult) sehingga mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state  dewasa. Sedangkan ekslusi terjadi bila satu ego state memblokade ego state yang lain dan tidak memperbolehkan perpindahan antara ego state dengan ego state lainnya.













b)   Analisis Transaksi (Transactional Analysis)
Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam sebuah komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus-respon antara dua orang ego stage. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Analisis transaksional dikelompokan menjadi tiga katagori, yaitu:transaction transaksi komplementer (complementary), transaksi bersilang (crossed transaction), dan transaksi ulterior atau terselubung (ulterior transaction).
1)   Transaksi Komplementer (complementary transaction)
Transaksi komplementer dideskripsikan oleh Berne sebagai “ the natural order of healthy human relationshipyaitu  bentuk nyata hubungan antar manusia secara sehat, ketika stimulus dan respon datang dari ego state yang diinginkan.





                                  



2)   Transaksi bersilang (Crossed Transaction) Transaksi terjadi ketika pesan disaampaikan dari satu ego state  dan mendapat kan respons dari ego state yang tidak dihgarapkan.











3)   Transaksi Terselubung (Ulterior atau Covert Transaction)
Transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state dan pesan yang disampaikan tidak jelas.










c)    Analisis Naskah Hidup (Scripts Analysis)
Naskah psikologis adalah program yang terjadi pada individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendekti perjalanan hidup individu. Manusia – secara sadar atau tidak sadar – bertingkah laku kompulsif tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup adalah rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa kehidupannya berdasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orang tuanya. Berne percaya bahwa naskah hidup mempunyai lima komponen, yaitu (1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa kanak-kanak yang disesuaikan dengan diri, (4) ketertartarikan pada kesuksesan atau kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku.
d)   Analisis Game (Game Analysis)
Terdapat tiga peran dalam analisis games, yaitu persecutor, victim, dan recuer. Dalam permainan tidk ada pemenang, semua pemain kalah. Analisis transaksional berpandangan bahwa games  adalah pertukaran strokes yang mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah hidup. Games dapat memberikan bentuk intimasi, tetapi individu yang terlibat dalam transaksi games  menciptakan jarak di antara mereka. Games yang bisa dimainkan antara laian: kasihan saya (poor me); (martyr); iya, tapi (yes, but); bila ini bukan untuk kamu (if it weren’t for you); (look what you made me do! Harried); (uproar), dan (wooden leg). Dalam melakukan analisis games, konselor melakukan rackets. Rackets adalah perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu setelah bermain games. Hal ini berupa perasaan kronis yang dipertahankan individu karena perasaan ini kerap sekali direasakan bersama orang tua karena perasaan individu ketika masa kecil. Rackets terdiri dari calling up  dan koleksi perasaan yang digunakan individu untuk menjustifikasi naskah hidup dan keputusan. Analisis games dan rackets adalah aspek penting dalam memahami transaksi dengan orang lain. Dalam melakukan analisis games, dapat dipergunakan dua cara yaitu formula G dan segitiga drama karpman ( the karpman  drama triangle). Analisis dengan formula game (formula G) dilakukan dengan enam langkah, yaitu:
Ø Con = stimulus yang memancing orang lain untuk ikut main.
Ø Gimmick = tanggapan dari orang lain untuk main game
Ø Respon = rangkaian transaksi psikologis terselubung dan transaksi sosial.
Ø Switch = penjungkirbalikan sikap dari kedua pihak
Ø Cross up = saat kebingungan kedua pihak akibat switch
Ø Pay off = merupakan racket feeling (perasaan tidak enak) ke dua pihak di akhir game.
Cara yang kedua adalah Seg itiga Drama Karpman (The Karpman Drama Triangle) adalah alat yang berguna untuk membantu individu memahami games. Model ini dikembangkan Stephan Karpman. Dalam segitiga terdiri dari penuduh atau orang yang menyakiti (persecutor), penolong (rescuer) dan korban (victim). Persecutor memiliki posisi hidup I’m OK, You’re not OK; rescuer I’m OK, You’re not OK; dan victim I’m not OK, You’re OK.






2.    Teknik-Teknik Konseling
Permission (Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini diberikan kepada kilen untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan; 3) tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klian memainkannya.
Protection (Proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego Anak.
Potency (Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.Teknik Khusus menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi

H.    Kelamahan dan Kelebihan
1.    Kelebihan
a.   Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
b.   Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lainDan itu adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
c.   Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunyaBerbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia.
d.   Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya.

2.    Kelemahan
a.   Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistisTetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b.   Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram klien.




I.       Sumber Rujukan
Correy,G.1982. theory ang practice of counseling and psycotheraphy. California: cole publishing company
Corey.G.1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco
Fauzan lutfi.2001. Pendekatan-pendekatan konseling individual. Malang:Elang Mas
Subandi.A.M. 2002.Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer. Yogyakarta : pustaka pelajar
Komalasari, Gantina. Wahyuni, Eka. Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT indeks.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Redaksi Rafika Aditama
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.
                   Belmont, CA: Brooks/Cole.
Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktek Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Belajar