Kamis, 14 Maret 2013

BIMBINGAN KELOMPOK


Bimbingan Kelompok dapat dipandang sebagai suatu proses pemberian layanan bimbingan pada sejumlah konseli dalam situasi kelompok. Pada umumnya dilaksanakan dalam konteks klasikal. Secara khusus, bimbingan kelompok merupakan suatu jenis metode bimbingan berbentuk aktivitas kelompok yang dikelola secara sengaja untuk melaksanakan program bimbingan. Dalam suatu kelompok, para partisipan (anggota kelompok) mengkaji topik atau permasalahan yang ditawarkan guna mendapat pertimbangan dan pembahasan kelompok dalam tataran sini-dan-kini; tanpa harus dimiliki pengetahuan penuh dan (bahkan) tidak pula bermaksud mendapatkan informasi mengenai individu atau tujuan akhir mereka. Alasan utama bimbingan kelompok di sekolah adalah: pertama, menyediakan informasi pendidikan-jabatan dan pribadi-sosial kepada murid, kedua, meluangkan murid berdiskusi dan terlibat dalam aktivitas pribadi dan karir, dan ketiga, memberi murid peluang untuk meneliti dan mendiskusikan masalah, tujuan, dan solusi bersama. Tujuan yang hendak dicapai melalui bimbingan kelompok lebih bersifat pada pencegahan dan pengembangan daripada penyembuhan. Fasilitator bimbingan kelompok mungkin saja guru, konselor, penyedia bantuan atau helper profesional, atau siapapun yang memiliki keterampilan khusus melaksanakan bimbingan kelompok. Adapun anggota bimbingan kelompok adalah setiap individu dapat mengikutinya sepanjang informasi yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan.Metode yang digunakan adalah bersifat instruksional, informatif, berorientasi pada materi, penyajian berstruktur, presentasi/ekspositori, ceramah, dan diskusi. Diskusi kelompok dipandang sebagai jantung bimbingan kelompok. Sebab sebagian besar bimbingan kelompok menggunakan variasi diskusi dalam proses pelaksanaannya. Diskusi kelompok dapat dikatakan sebagai suatu percakapan yang direncanakan antara 3 orang atau lebih, bertujuan untuk memperjelas ataupun memecahkan suatu masalah yang dihadapi di bawah pimpinan seorang pemimpin. Dari batasan tersebut dapat ditemukan ciri dari diskusi kelompok, yaitu: (1) terdapat pembicaraan atau percakapan yang dilakukan oleh 3 orang atau lebih; (2) proses pembicaraan tersebut telah dirancang atau dipersiapkan sebelumnya; (3) tujuan pembicaraan bisa jadi untuk memperjelas (klarifikasi) suatu permasalahan maupun untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan kepada kelompok, masalah yang diangkat dapat berupa masalah riel yang sedang dihadapi konseli maupun masalah yang disimulasikan (bukan masalah yang sebenarnya); (4) dalam proses diskusi dipimpin oleh pemimpin kelompok, hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota dan pemimpin kelompok.

Selasa, 12 Maret 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kata psikologi pasti sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Tetapi, mungkin hanya sebagian saja yang mengetahui secara mendalam apa itu psikologi. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang kejiwaan. Ada juga yang berpendapat membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tidak hanya itu, ilmu psikologi juga telah berkembang dalam pendidikan. Khususnyaa di perguruan tinggi.   
Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu, perkembangan ilmu psikologi juga ditandai oleh banyaknya penemuan ilmiah tentang pengaruh aspek psikologis dalam kehidupan individu sehingga ilmu psikologi semakin dikenal umum dan diterima oleh masyarakat Indonesia.

1.2    Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penulisan makalah ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a.       Apa pengertian psikologi ?
b.      Bagaimanakah klasifikasi psikologi?
c.       Bagaimana implikasi psikologi dalam pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN 

2.1  Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu “psikologi” dan “pendidikan”. Psikologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitupsyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti Ilmu. Secara harfiah psikologi berarti Ilmu tentang jiwa atau Ilmu jiwa. Dengan demikian, psikologi berarti Ilmu pengetahuan tentang jiwa. Atau dalam bahasa sederhana disebut dengan Ilmu jiwa. Secara istilah psikologi dapat diartikan Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses tingkah laku dan mental.
Dalam Al-Qur’an masalah jiwa atau ruh itu telah disinggung dalam surat Al-Isra’ ayat 85.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk usrusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85).

Ayat diatas secara gamblang jelas memberitahukan kepada seluruh manusia bahwa jiwa atau ruh itu berada dalam tanggung jawab dan urusan Allah, bukan urusan manusia. Itu sebabnya para pakar ilmu jiwa sampai zaman modern ini belum mampu menemukan definisi atau pengertian yang tepat terhadap istilah jiwa itu.
Sedangkan kata pendidikan, berasal dari kata “didik” mendapat awalan “me”, sehingga menjadi “mendidik”, yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan(toelicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Adapun dalam pengertian yang luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. 
Dalam dictionary of psychologi pendidikan diartikan sebagai the institusional procedures which are employed in accomplihing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Usually the term is applied to formal institution. (prosedurinstitusionalyangdigunakan dalampengembangan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dll.Biasanyaistilah iniditerapkan padalembaga formal). Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Poerbakawatja dan harahap pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama, dan lain sebagainya.
Adapun secara istilah terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian psikologi pendidikan. Diantaranya yaitu:
Ø  Menurut Muhibin Syah, pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut  ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prinsip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Ø  Tardif juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan
Ø  Menurut Witherington Psikologi pendidikan adalah sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being. Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefesien dalam pendidikan
Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian psikologi pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia
2.      Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.


2.2  Klasifikasi Psikologi
Klasifikasi psikologi berdasarkan objek yang di teliti dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.      Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur). Macam-macam psikologi umum :
a.       Psikologi perkembangan
Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.
b.      Psikologi sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atauaktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c.       Psikologi pendidikan
Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d.      Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
e.       Psikopatologi
Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal atau abnormal
f.       Psikologi Kriminil
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.
g.      Psikologi perusahaan
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan.
2.      Psikologi Khusus
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.
2.3 Implikasi Psikologi Dalam Bidang Pendidikan
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan. Diantaranya adalah pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.


a.       Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum.
Kajian psikologi perkembangan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran Psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya pembahasan psikologi ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik. Secara Psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologi dalam pengembangan kurikulum sesungguhnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari tingkat kecerdasan, kemampuan sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan sesungguhnya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal pokok masalah maupun metode penyampainya. Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologi terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
Ø  Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
Ø  Pengalaman belajar siswa; v Hasil belajar(learningoutcomes);
Ø  Standarisasi kemampuan siswa;
b.      Kontribusi Psikologi perkembangan terhadap sistem pembelajaran
Kajian psikologi perkembangan telah melahirkanberbagai teori yang mendasari sistempembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlahteori dalam pembelajaran, seperti teori daya, teori kognitif danteori-teori pembelajaran lainnya.Terlepas dari kontroversi yang menyertaikelemahan dari masing-masing teori tersebut,pada kenyataannya teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Disamping itu, kaitan psikologi perkembangan telahmelahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yangmelandasi pembelajaran Nasution(Daeng Sudiworo,2002) mengatakan 13 prinsip dalambelajar, yakni :
1)      Agar seseorang benar-benar belajar, ia harusmemiliki suatu tujuan.
2)      Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungandengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan orang lain.
3)      Orang itu harus bersedia mengalamibermacam-macam kesulitan dan berusaha dengantekun untuk mencari tujuan yang berharga baginya.
4)      Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5)      Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperoleh pula hasil sambilan.
6)      Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat dan melakukan.
7)      Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspekintelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8)      Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9)      Untuk belajar diperlukan insigh. Apa yang harus dipelajari harus benar-benar dipahami.
10)  Disamping mengejar tujuan belajar yangsesungguhnya, seseorang juga harus mengejar tujuan-tujuan yang lain.
11)  Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu lebih memberisukses yang menyenangkan.
12)  Ulangan dan latihan memang perlu, tetapi harus didahuluidengan pemahaman yang mendasar.
13)  Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untukbelajar.
c.       Psikologi Pendidikan terhadap sistem penilaian
Penilaian sistem pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis, kita dapat memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian Psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.Disamping itu kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai test psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Kita mengenal sejumlah test psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang induvidu, seperti testMultipleApitude Test(MAT), DifferensialAppitude Test(DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan bakat, minat danaspek kepribadian lainnya melaluipengukuran psikologis, memiliki arti pentingdalam upaya pengembangan prosespendidikan individu yang bersangkutansehingga pada gilirannya dapat dicapaiperkembangan individu yang optimal.Oleh karena itu, betapa pentingnyapenguasaan psikologi perkembangan

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Psikologi berarti Ilmu pengetahuan tentang jiwa. Atau Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses tingkah laku dan mental. Kemudian Klasifikasi psikologi berdasarkan objek yang di teliti dibedakan menjadi dua, yaitu :Psikologi Umum (psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas -aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab); Psikologi Khusus yaitu Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia.
Implikasi Psikologi Dalam Bidang Pendidikan seperti, Implikasi Psikologi Perkembangan terhadap pengembangan kurikulum, Implikasi Psikologi perkembangan terhadap sistem pembelajaran, Psikologi Pendidikan terhadap sistem penilaian.

DAFTAR PUSTAKA


Dalyono, Muhammad. PsikologiPendidikan. Jakarta: RinekaCipta. 2010
Baharuddin. Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
Syah,Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995
Sujanto, Agus. PsikologiUmum. Jakarta :BumiAksara. 2001.
Ahmadi,Abu. PsikologiUmum. Semarang:RinekaCipta, 1991


M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. VI, hlm. 1
Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet. III, hlm. 13

Ibid, hlm. 14
M. Dalyono, Op.cit, hlm. 4-5
Ibid, hlm. 5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 11

AgusSujanto, PsikologiUmum, ( Jakarta : BumiAksara, 2001), hal.1
AbuAhmadi,PsikologiUmum,(Semarang :RinekaCipta, 1991) hal. 23

MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa serta berkehendak dimana perilakunya mencerminkan apa yang difikir, yang dirasa dan yang dikehendakinya. Manusia juga makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus, disamping ia dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya, ia juga dapat meneliti keberagamaan orang lain.
Tetapi apa makna agama secara psikologis pasti berbeda-beda, karena agama menimbulkan makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi sebagian orang, agama adalah ritual ibadah, seperti salat dan puasa, bagi yang lain agama adalah pengabdian kepada sesama manusia bahkan sesama makhluk, bagi yang lain lagi agama adalah akhlak atau perilaku baik, bagi yang lain lagi agama adalah pengorbanan untuk suatu keyakinan, berlatih mati sebelum mati, atau mencari mati (istisyhad) demi keyakinan.
Di sini kita berhadapan dengan persoalan yang pelik dan rumit, yaitu bagaimana menerangkan agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena tu mereka selalu menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allah lah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.
Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan. Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan, seperti yang disebut oleh seorang tokoh psikologi tranpersonal, Ken Wilber; Pernikahan antara Tubuh dan Roh, The Marriage of Sence and Soul. (Ken Wilber, The Marriage of Sence and Soul, Boston, Shambala, 2000).
Pengertian agama itu sangat kompleks. Psikologi agama mencoba menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku manusia, tetapi keberagamaan seseorang juga memiliki keragaman corak yang diwarnai oleh berbagai cara berfikir dan cara merasanya. Seberapa besar Psikologi mampu menguakkeberagamaan seseorang sangat bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Freud (mazhabPsikoanalisa) keberagamaan merupakan bentuk ganguan kejiwaan,bagi mazhab Behaviorisme, perilaku keberagamaan tak lebih sekedar perilaku karena manusia tidak memiliki jiwa. Mazhab Kognitip

BAB II
MANFAAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A. Pengertian
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya, bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya
Secara operasional, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai: “Cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris”.
Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa:
Ø  Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan.
Ø  Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku keagamaannya.
Psikologi Agama tidak bermaksud untuk melakukan penilaian (to evaluate) atau kritik (to criticize) terhadap ajaran agama tertentu, tetapi semata untuk memahami dan melukiskan (to describe) tingkah laku keagamaan sebagai ekspresi dari alam pikiran, perasaan dan sebagainya akibat adanya keyakinan agama. Jadi psikologi agama tidak mencampuri dasar-dasar keyakinan agama tertentu. Tidak melakukan penilaian benar-salah, baik-buruk, masuk akal atau tidaknya suatu kepercayaan tertentu.
Theodore Flournoy menyusun prinsip-prinsip studi psikologi agama:
v  Prinsip menjauhkan studi dari transenden;
v  Prinsip mempelajari perkembangan;
v  Prinsip dinamika; dan
v  Prinsip perbandingan.
Sementara itu masih terdapat isu perdebatan seputar istilah psychology of religion dan religious psychology. Yang pertama dirujukkan pada corak aliran yang memberi penekanan pada bagaimana psikologi seharusnya mencerahkan pemahaman kita tentang agama. Sedangkan yang kedua lebih menekankan pada interpretasi keagamaan tentang psikologi.
B. Manfaat Bagi Pesantren
lembaga Pendidikan Pondok Pesantren, dibelantara tanah air lembaga ini muncul sejak awal Islam masuk, dan telah mengadopsi sistem pendidikan keagamaan secara integral berurat akar, mendarah daging, plus perannya tidak bisa diabaikan begitu saja dalam perjalanan sejarah bangsa, pesantren tidak hanya telah mampu melahirkan sosok tokoh-tokoh nasronal yang berpengaruh namun juga sistem pendidikannya juga lelah mampu membentuk watak tersendiri sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam dan bangsa yang akomodattf serta penuh tenggang rasa.
            Semua itu terbentuk dari lahirnya pendidikan di pesantren, tak heran dalam kiprah pendidikan, kontribusi pesantren dalam menoreh sejarah pendidikan di Indonesia terus tumbuh, mencuat dan bertembang mengikuti tuntutan dan kebutuhan zaman.
            Sehingga pada perkembangan selanjutnya pondok pesantren mengalami dinamika pendidikan yang luar biasa, yakni mengacu kepada paradigma baru yang bertumpu pada 3 tungku:
            1. Kemandirian (autonomy)
            2. Akuntabilitas (accountability)
            3. Jaminan Kualitas (quality assurance)

            Pemahaman akan ‘Kemandirian’ pesantren diarahkan pada pemberian otonomi yang lebih besar tidak hanya pada sisi pengelolaan (manajemen} tetapi juga dalam perancangan kurikulum, pengembangan program, kebebasan akademik serta pembinaan semua sumber daya yang ada.
            Pengembangan akuntabilitas diarahkan pada peningkatan kemampuan lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan yang direncanakan sorta memberikan hasil yang maksimal bagi masyarakat dan bangsa.
            Dan pada akhirnya jaminan kualitas diarahkan pada peningkatan relevant yang lebih tegas antara ‘out put’ yang dihasilkan lembaga pendidikan dengan kebutuhan masyarakat baik dalam dunia kerja maupun pengembangan dan pemberdayaan anggota masyarakat.
            Perubahan kurikulum pendidikan pesantren dalam konteks ini terpilah antara sisi kontsitusi yang sudah menjadi bagian dari Sisdiknas dan sisi kurikulum struktur mata pelajaran di pesantren yang sudah bercampuar baur dengan kurikulum standar nasional, maka visi yang harus dikembangkan adalah menjadikan pesantren sebagai sebuah si sitem pendidikan yang telah mampu melahirkan lulusan yang menguasai ilmu-ilmu ke-Islaman secara mendalam sekaligus siap pakai dalam dunia kerja, sehingga penataan struktur kurikulum pesantren yang representatif dengan kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi.
Pondok pesantren dalam melakukan penataan struktur kurikulum biasanya berkaitan erat dengan ciri khas keilmuan pesantrennya, di samping kondisi lingkungan masyarakatnya seperti letak geogrofis, sosio koltur, sumber-sumber perekonomian dan unsur-unsur lainnya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa pendidikan pondok pesantren tradisonal adalah jenis pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin) melaluikitab klasik (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, pendidikan pondok pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta didik secara integral, baik kognitif (knowlagde), afektif (attucude) maupun psikomotorik (skill)